Indonesia melalui PT PLN (Persero) tengah menggarap proyek kabel bawah laut bersama perusahaan listrik Malaysia, untuk penyatuan listrik kedua negara.
Nilai proyek kabel listrik bawah laut ini mencapai US$ 300 juta atau lebih dari Rp 3 triliun. Proyek ini bernama Melaka-Pekanbaru Power Interconnection.
Kerjasama ini sudah ditandatangani kedua pihak dalam Memorandum of Understanding (MoU) di 2002, dan ditargetkan rampung di 2017.
Demikian disampaikan Senior Official IMT-GT dari Indonesia Rizal Affandi Lukman, dalam acara Pertemuan Menteri Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) ke-20, yang digelar di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Jumat (12/9/2014).
"Listrik ini untuk Malaka-Pekanbaru, diharapkan 2017 bisa selesai. Saat ini sedang proses, jadi kerjasama PLN Indonesia dan PLN Malaysia, itu sudah ditandatangani MoU-nya. Mulainya sudah berapa tahun lalu 2002, selesai 2017. Itu termasuk proyek penting kita, estimasi nilainya US$ 300 juta," ujar dia.
Rizal yang juga Deputi Bidang Kerjasama Internasional Kementerian Perekonomian mengatakan, kerjasama ini dilakukan untuk mendukung kebutuhan listrik di Pekanbaru dan Malaka.
Lewat kerjasama ini, Rizal mengungkapkan, masing-masing negara akan mampu memenuhi kebutuhan listriknya. Jadi, sambung dia, di saat Pekanbaru minim pasokan listrik, maka Malaka bisa menyuplai kebutuhan listrik untuk Indonesia dan sebaliknya
"Akan dibentuk Malaka-Pekanbaru highway voltage power connection, sumber listriknya bisa dari Malaysia dan kita. Jadi pada saat peak hours (beban puncak) di Indonesia umumnya kan malam hari, karena kebanyakan rumah tangga. Di sana (Malaysia) siang hari karena dipakai industri, itu ada proyek dia bisa menghubungkan 2 daerah di 2 negara itu. Jadi, saat mereka peak hours, listrik kita yang tidak terpakai bisa dikirim ke sana, dan pada saat kita peak hours bisa datang ke kita," jelas dia.
Rizal menyebutkan, pembiayaan untuk membangun proyek tersebut akan berasal dari kedua negara. Meskipun begitu, Rizal tidak bisa menyebutkan rincian porsi pendanaan.
"Pembiayaan dari 2 sisi, porsinya nanti dicek. Itu ada kabel bawah laut, supaya listrik dari pekanbaru bisa menyambung ke Penang. Itu perkiraan nilai proyek tapi saat realisasi bisa naik tergantung FS dan kalkulasi terbaru," katanya.
Rizal menambahkan, pihaknya tengah berunding dengan Malaysia untuk membicarakan besaran kebutuhan listrik, sehingga bisa menguntungkan masing-masing negara.
"Sekarang yang sedang dibicarakan perjanjian pembelian listriknya berapa, di antara PLN kita dan Malaysia, itu kan harus dihargakan. Ini sedang dibahas, mudah-mudahan Oktober ini purchase agreement bisa disebutkan, untuk memenuhi listrik di kedua negara, sehingga menjadi complementary untuk menguntungkan kedua-duanya," pungkasnya.
Nilai proyek kabel listrik bawah laut ini mencapai US$ 300 juta atau lebih dari Rp 3 triliun. Proyek ini bernama Melaka-Pekanbaru Power Interconnection.
Kerjasama ini sudah ditandatangani kedua pihak dalam Memorandum of Understanding (MoU) di 2002, dan ditargetkan rampung di 2017.
Demikian disampaikan Senior Official IMT-GT dari Indonesia Rizal Affandi Lukman, dalam acara Pertemuan Menteri Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) ke-20, yang digelar di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Jumat (12/9/2014).
"Listrik ini untuk Malaka-Pekanbaru, diharapkan 2017 bisa selesai. Saat ini sedang proses, jadi kerjasama PLN Indonesia dan PLN Malaysia, itu sudah ditandatangani MoU-nya. Mulainya sudah berapa tahun lalu 2002, selesai 2017. Itu termasuk proyek penting kita, estimasi nilainya US$ 300 juta," ujar dia.
Rizal yang juga Deputi Bidang Kerjasama Internasional Kementerian Perekonomian mengatakan, kerjasama ini dilakukan untuk mendukung kebutuhan listrik di Pekanbaru dan Malaka.
Lewat kerjasama ini, Rizal mengungkapkan, masing-masing negara akan mampu memenuhi kebutuhan listriknya. Jadi, sambung dia, di saat Pekanbaru minim pasokan listrik, maka Malaka bisa menyuplai kebutuhan listrik untuk Indonesia dan sebaliknya
"Akan dibentuk Malaka-Pekanbaru highway voltage power connection, sumber listriknya bisa dari Malaysia dan kita. Jadi pada saat peak hours (beban puncak) di Indonesia umumnya kan malam hari, karena kebanyakan rumah tangga. Di sana (Malaysia) siang hari karena dipakai industri, itu ada proyek dia bisa menghubungkan 2 daerah di 2 negara itu. Jadi, saat mereka peak hours, listrik kita yang tidak terpakai bisa dikirim ke sana, dan pada saat kita peak hours bisa datang ke kita," jelas dia.
Rizal menyebutkan, pembiayaan untuk membangun proyek tersebut akan berasal dari kedua negara. Meskipun begitu, Rizal tidak bisa menyebutkan rincian porsi pendanaan.
"Pembiayaan dari 2 sisi, porsinya nanti dicek. Itu ada kabel bawah laut, supaya listrik dari pekanbaru bisa menyambung ke Penang. Itu perkiraan nilai proyek tapi saat realisasi bisa naik tergantung FS dan kalkulasi terbaru," katanya.
Rizal menambahkan, pihaknya tengah berunding dengan Malaysia untuk membicarakan besaran kebutuhan listrik, sehingga bisa menguntungkan masing-masing negara.
"Sekarang yang sedang dibicarakan perjanjian pembelian listriknya berapa, di antara PLN kita dan Malaysia, itu kan harus dihargakan. Ini sedang dibahas, mudah-mudahan Oktober ini purchase agreement bisa disebutkan, untuk memenuhi listrik di kedua negara, sehingga menjadi complementary untuk menguntungkan kedua-duanya," pungkasnya.
★ detik
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.