Kepala LIPI Lukman Hakim (tengah kanan) mendengarkan penjelasan Ketua Forum Inovasi Industri Indonesia Puguh Iryantoro (kiri) tentang lampu LED tenaga surya di Pekan Inovasi Teknologi di Surabaya, Kamis (25/9).
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim menegaskan peningkatan anggaran riset minimal menjadi satu persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) mutlak harus dilakukan untuk kemajuan bangsa.
"Mutlak, peningkatan anggaran. Kami para peneliti mengikrarkan angka satu persen dari PDB, itu cita-cita lama peneliti sejak 1969 dan sudah dipesankan oleh UNESCO, jika negara mau tumbuh maka satu persen dari PDB untuk dana riset itu given," katanya saat membuka Pekan Inovasi Teknologi di Surabaya, Kamis.
"Anggaran riset saat ini Rp 10,4 triliun dari total APBN sekitar Rp 2.000 triliun yang dimiliki. Seharusnya dana riset satu persen dari PDB atau sekitar Rp 80 triliun," ujar dia.
Dengan besar anggaran riset yang sekarang, dia mengatakan, para peneliti hanya mampu mengerjakan sepersepuluh dari yang seharusnya dapat dilakukan.
Kondisi itulah yang menurut dia membuat Indonesia belum bisa masuk negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat BRICS (Brasil, Rusia, India, China, South Africa).
"Faktor-faktor penunjang kita untuk menjadi negara besar ada, tapi sayangnya kita tidak komit. APBN sudah naik 4.100 kali lipat dari 1969 hingga 2010 tapi anggaran riset baru naik 460 kali itu pun sesuai dengan tingkat inflasi," ujar dia.
Lukman kemudian menjelaskan bahwa kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu modal dasar untuk maju.
Sebagai gambaran, kondisi Indonesia dari berbagai aspek setara dengan Korea Selatan di era 1960-an, namun tingginya kegiatan riset di Korea Selatan membuat negara itu lebih cepat berkembang.
Tahun-tahun awal setelah era 1960-an Indonesia digadang-gadang masuk jajaran negara industri. Namun justru Korea Selatan yang melesat menjadi negara industri baru di dunia bersama dengan Hong Kong, Taiwan, dan Singapura.
Pada era tahun 1980-an, kata Lukman, masyarakat Jepang menganggap Indonesia akan menjadi The Next Japan (Jepang Selanjutnya). Namun justru Tiongkok yang menjadi negara industri setelah 1985.
Kondisi Tiongkok sebelum 1985 jauh di bawah Indonesia. Tetapi setelah menetapkan dana penelitian dan pengembangan naik dua persen per tahun, kemanjuan Tiongkok melesat, bahkan meninggalkan Jepang.
"Sekarang posisi mereka berada di bawah Amerika Serikat. Apa pun riset yang dikembangkan Amerika juga dikembangkan Tiongkok," ujar dia.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim menegaskan peningkatan anggaran riset minimal menjadi satu persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) mutlak harus dilakukan untuk kemajuan bangsa.
"Mutlak, peningkatan anggaran. Kami para peneliti mengikrarkan angka satu persen dari PDB, itu cita-cita lama peneliti sejak 1969 dan sudah dipesankan oleh UNESCO, jika negara mau tumbuh maka satu persen dari PDB untuk dana riset itu given," katanya saat membuka Pekan Inovasi Teknologi di Surabaya, Kamis.
"Anggaran riset saat ini Rp 10,4 triliun dari total APBN sekitar Rp 2.000 triliun yang dimiliki. Seharusnya dana riset satu persen dari PDB atau sekitar Rp 80 triliun," ujar dia.
Dengan besar anggaran riset yang sekarang, dia mengatakan, para peneliti hanya mampu mengerjakan sepersepuluh dari yang seharusnya dapat dilakukan.
Kondisi itulah yang menurut dia membuat Indonesia belum bisa masuk negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat BRICS (Brasil, Rusia, India, China, South Africa).
"Faktor-faktor penunjang kita untuk menjadi negara besar ada, tapi sayangnya kita tidak komit. APBN sudah naik 4.100 kali lipat dari 1969 hingga 2010 tapi anggaran riset baru naik 460 kali itu pun sesuai dengan tingkat inflasi," ujar dia.
Lukman kemudian menjelaskan bahwa kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu modal dasar untuk maju.
Sebagai gambaran, kondisi Indonesia dari berbagai aspek setara dengan Korea Selatan di era 1960-an, namun tingginya kegiatan riset di Korea Selatan membuat negara itu lebih cepat berkembang.
Tahun-tahun awal setelah era 1960-an Indonesia digadang-gadang masuk jajaran negara industri. Namun justru Korea Selatan yang melesat menjadi negara industri baru di dunia bersama dengan Hong Kong, Taiwan, dan Singapura.
Pada era tahun 1980-an, kata Lukman, masyarakat Jepang menganggap Indonesia akan menjadi The Next Japan (Jepang Selanjutnya). Namun justru Tiongkok yang menjadi negara industri setelah 1985.
Kondisi Tiongkok sebelum 1985 jauh di bawah Indonesia. Tetapi setelah menetapkan dana penelitian dan pengembangan naik dua persen per tahun, kemanjuan Tiongkok melesat, bahkan meninggalkan Jepang.
"Sekarang posisi mereka berada di bawah Amerika Serikat. Apa pun riset yang dikembangkan Amerika juga dikembangkan Tiongkok," ujar dia.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.