Dunia dirgantara menjamur di awal 1900-an. Warga Surabaya menjadi saksi penerbangan di Indonesia.
Surabaya era 1900 - 1940. (Wikimedia Commons) |
Seiring perkembangan teknologi penerbangan pada awal tahun 1900-an, pilot tiba-tiba menjadi profesi menjanjikan. Meski dekat dengan maut, mereka dibayar mahal untuk mendemonstrasikan kemampuan terbangnya dalam pameran dirgantara atau menerbangkan pesawat dari buatan pabrik pesawat yang tengah menjamur saat itu.
Nama-nama pilot asal Belanda juga turut hadir dalam pameran terbang di Eropa. Berkat bantuan sponsor, salah satu pilot Belanda lulusan sekolah Bleriot, Gijs Kuller, setuju tampil menerbangkan Antoinette VII Monoplane dengan melakukan tur di kota-kota di Jawa dan Malaya selama kurang lebih delapan bulan.
Pada 18 Maret 1911, Kuller lepas landas dari lapangan Pasar Toeri, Surabaya, sebagai uji coba terbang pertama setelah pesawat selesai dirakit. Tiga kali penerbangan dilakukan Kuller dengan berputar-putar di atas kota. Sebuah pemandangan menarik bagi ribuan mata yang belum pernah sekalipun melihat pesawat terbang.
Jalanan Surabaya sampai macet. Terpenting, tanggal itu dicatat sebagai penerbangan pertama yang dilakukan di Hindia Belanda. Dua tahun kemudian, lagi-lagi diatas Surabaya, diadakan demonstrasi terbang. Kali ini dilakukan oleh pilot Belanda kelahiran Probolinggo, Jan Hilgers.
Ia datang mempromosikan pesawat Spin (Spider), yang dirancang oleh pria kelahiran Belanda kelahiran Blitar/Kediri, Anthony Fokker. Pada 19 Februari 1913, Hilgers berhasil terbang tapi sayangnya jatuh di Kampung Baliwerti. Beruntung dia lolos dari maut. Kecelakaan ini bisa dibilang sebagai insiden terbang pertama di Hindia Belanda.
Sedangkan dari pihak militer, Letnan Satu Artileri Hein Ter Poorten menjadi pilot pertama militer Hindia Belanda yang terbang di langit Nusantara. Dengan menggunakan pesawat air Martin TA Hydroplane, dia lepas landas dari pangkalan Tanjung Priok pada 6 November 1915 dan terbang mengitari Batavia selama setengah jam.(Sumber: angkasa.co.id)
Nama-nama pilot asal Belanda juga turut hadir dalam pameran terbang di Eropa. Berkat bantuan sponsor, salah satu pilot Belanda lulusan sekolah Bleriot, Gijs Kuller, setuju tampil menerbangkan Antoinette VII Monoplane dengan melakukan tur di kota-kota di Jawa dan Malaya selama kurang lebih delapan bulan.
Pada 18 Maret 1911, Kuller lepas landas dari lapangan Pasar Toeri, Surabaya, sebagai uji coba terbang pertama setelah pesawat selesai dirakit. Tiga kali penerbangan dilakukan Kuller dengan berputar-putar di atas kota. Sebuah pemandangan menarik bagi ribuan mata yang belum pernah sekalipun melihat pesawat terbang.
Jalanan Surabaya sampai macet. Terpenting, tanggal itu dicatat sebagai penerbangan pertama yang dilakukan di Hindia Belanda. Dua tahun kemudian, lagi-lagi diatas Surabaya, diadakan demonstrasi terbang. Kali ini dilakukan oleh pilot Belanda kelahiran Probolinggo, Jan Hilgers.
Ia datang mempromosikan pesawat Spin (Spider), yang dirancang oleh pria kelahiran Belanda kelahiran Blitar/Kediri, Anthony Fokker. Pada 19 Februari 1913, Hilgers berhasil terbang tapi sayangnya jatuh di Kampung Baliwerti. Beruntung dia lolos dari maut. Kecelakaan ini bisa dibilang sebagai insiden terbang pertama di Hindia Belanda.
Sedangkan dari pihak militer, Letnan Satu Artileri Hein Ter Poorten menjadi pilot pertama militer Hindia Belanda yang terbang di langit Nusantara. Dengan menggunakan pesawat air Martin TA Hydroplane, dia lepas landas dari pangkalan Tanjung Priok pada 6 November 1915 dan terbang mengitari Batavia selama setengah jam.(Sumber: angkasa.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.