"Kami mudah membuat pintu belakang untuk melihat aktivitas di dalamnya."
WikiLeaks (Wikileaks)
VIVAnews - Situs WikiLeaks membuat geger dunia dengan membocorkan ribuan kawat diplomatik kedutaan besar Amerika Serikat (AS) di seluruh dunia. Termasuk dari Indonesia.
Kalau AS saja bisa dibobol, apalagi milik pemerintah lainnya. Pakar teknologi informasi (TI) Onno W Purbo mengungkapkan situs milik pemerintah maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) gampang dibobol peretas dunia maya.
"Banyak bolongnya," ujar Onno dalam diskusi bertema 'WikiLeaks dan Undang-Undang Rahasia Negara' di Jakarta, Kamis 23 Desember 2010.
Onno pernah menguji beberapa situs pelat merah setelah ditantang seorang pegawai negeri sipil (PNS) kenalannya. Hasilnya, memang mudah dibobol.
"Kami mudah membuat pintu belakang untuk melihat aktivitas di dalamnya maupun mengambil data-data yang bersifat rahasia," ujarnya.
Menurut dia, situs yang dibobol itu bisa ditelanjangi informasi yang dikandung dalam server. Biasanya, pemerintah menyimpan informasi di server.
"Situs yang berinisial go.id saja rentan, apalagi yang memakai situs komersial," katanya.
Menurut Onno, situs swasta justru banyak yang lebih kuat. Penyebabnya, swasta terutama perbankan bersedia membayar ahli lebih mahal, sehingga mendapatkan tenaga yang lebih mumpuni. "Sedangkan petugas IT pemerintah jauh dari memadai," katanya.
Onno mengkritik pemerintah yang lebih memprioritaskan perangkat keras maupun perangkat lunak mutakhir daripada sumber daya manusia.
Untungnya, Onno melanjutkan, peretas di Indonesia yang jumlahnya lebih dari enam puluh ribu orang, enggan meretas situs pelat merah. "Mereka suka situs yang menghasilkan uang," ujarnya.(art)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.