blog-indonesia.com

Minggu, 26 Desember 2010

Menebak Arah Industri Telekomunikasi 2011

Kolom - Sudah lazim jadi pertanyaan, terutama dari kalangan industri, bagaimana rupa dan pergerakan industri telekomunikasi tanah air tahun mendatang. Apakah lebih baik, stagnan, atau malah terjun bebas?

Tentu saja, sebenarnya pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Terlebih jika kita mengingat bahwa industri telekomunikasi Indonesia tak selalu sejalan--bahkan kerap anomali--dengan tren global.

Namun demikian, penulis akan coba menggunakan pendekatan riset mengacu siklus umum yang biasa terjadi di industri telekomunikasi keseluruhan. Agar lebih tajam, maka ada tiga poin utama prediksi industri telekomunikasi Indonesia 2011.

Mulai Jenuh

Pertama, masa saturasi layanan akan mulai terjadi tahun depan. Artinya, pertumbuhan pelanggan baru mulai jenuh terjadi sementara intensitas penggunanaan layanan dasar (voice dan SMS) juga terus menurun.

Berdasarkan riset Sharing Vision, fase saturasi layanan seluler di sebuah negara akan terjadi begitu tingkat penetrasi mencapai kisaran 77,5%-80% dari jumlah penduduk. Dan, mengacu data regulator dan ATSI, Indonesia baru melewatinya.

Klaim Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI) pada Juni lalu menyebutkan bahwa jumlah pengguna seluler di Indonesia sudah mencapai 180 juta nomor atau 80% populasi. Maka, saturasi segera menyergap.

Dalam fase ini, kalaupun masih ada potensi pertumbuhan pelanggan baru, kemungkinan besar hanyalah segmen masyarakat lapisan paling bawah. Atau mereka yang daya belinya rendah, rata-rata pulsa per bulan kisaran Rp10.000.

Menariknya, lapisan masyarakat terbawah ini akan tetap diperebutkan banyak 'semut'. Sedikitnya sepuluh operator akan saling sikut, berjuang keras menarik simpati dari kalangan sisa segmen.

Inilah sebabnya, berdasarkan kalkulasi penulis, pertumbuhan pelanggan tahun depan takkan sebaik tahun-tahun sebelumnya. Dengan proyeksi optimistis, pertumbuhan maksimal 25% sementara pendekatan pesimistis 10%.

Era Broadband

Kedua, layanan internet kecepatan tinggi (broadband) makin booming. Jika boleh menggunakan indikator awal paling sederhana, pengguna Facebook di Indonesia pada 2011 bisa mencapai 25 juta atau jadi rangking dua dunia!

Hal ini didasarkan pada aneka pencapaian dalam tahun ini, dimana operator seluler mencatat kenaikan penjualan signifikan dan merata di seluruh daerah dalam layanan atau perangkat keras terkait broadband.

Mereka pastinya bakalan makin bersaing keras memikat pelanggan internet-data. Di sisi lain, operator yang menyediakan layanan data statis, juga sama menuai panen meski nantinya terkendala capital expenditure.

Sekalipun akan tumbuh pesat, operator tetap harus hati-hati. Jika manajerial layanan ini tidak baik, maka kerugian bisa cepat timbul dibandingkan investasi serupa pada layanan suara dan pesan singkat.

Apa pasal? Dengan konfigurasi jaringan maupun sistem fee dalam layanan internet (misalnya yang diterapkan RIM ke operator mitra penyedia BlackBerry Internet Service), maka marjin layanan ini relatif tipis.

Di sisi lain, data juga memerlukan investasi infrastruktur besar karena perlu banyak aplikasi dan bandwith. Masalah lain mucul karena data tidak memerlukan identitas, sehingga pelanggan mudah beralih.

Maka itu, tak perlu heran, jika terdapat trafik yang sama antara layanan data dengan layanan dasar, revenue yang dihasilkan layanan data berada di kisaran 1/3 dari layanan dasar. So, operator perlu hati-hati.

Seleksi Alam

Ketiga, tahun 2011 akan mulai menjadi periode ujian keras bagi operator baru yang notabene memiliki kapitalisasi dan pelanggan kecil di pasar. Apakah mereka sanggup bertahan dalam pasar yang kian sempit?

Penulis memperkirakan, operator kecil ini masih memiliki kemampuan bertahan jika mengingat sokongan dana asing dari operator induknya. Namun, daya tahan dan stamina mereka akan mulai benar-benar dipertaruhkan.

Jika dikaitkan tingkat keuangan dan pendapatan yang baik yang saat ini hanya dimiliki tiga operator (Telkom, Indosat, dan XL), operator tersebut setidaknya masih sanggup bertahan beroperasi maksimal hingga lima tahun ke depan.

Akan tetapi, seleksi alam jua yang menentukan. Disparitas operator besar dan kecil sudah terlalu besar. Penulis menilai pada akhirnya (bisa terjadi antara 3-5 tahun ke depan) hanya tersisa lima operator eksis dengan cashflow baik di Indonesia.

Akhir kata, jika dibaca sekilas, arah industri telekomunikasi tahun depan tampak suram. Sesungguhnya, bukan itu poinnya. Tapi tahun depan akan menyediakan tantangan lebih berat, sehingga operator perlu cermat, kreatif, dan sungguh-sungguh. Selamat tahun baru!

Penulis adalah Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision serta Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB. ( rou / rou )


DetikInet

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More