Habibie Buka Suara Soal Pemberedelan Majalah Tempo
Jakarta | Cover story majalah Tempo 7 Juni 1994 benar-benar membuat merah telinga penguasa saat itu tentang pembelian kapal perang bekas dari Jerman Timur. Akibat pemberitaan tersebut, majalah Tempo bersama tabloid DeTik dan majalah Editor diberedel oleh Menteri Penerangan Harmoko.
Mantan Presiden Bachruddin Jusuf Habibie dalam pidatonya ketika menerima penghargaan Medali Emas Kemerdekaan Pers di Manado, Sulawesi Utara, Jumat malam, 8 Februari 2013, membuka kembali cerita yang sebenarnya.
Menurut B.J. Habibie, dia diminta Soeharto untuk mendapatkan 38 kapal bekas Jerman Timur yang masuk kandang setelah Jerman Timur bubar. Walaupun memiliki hubungan dekat dengan Jerman Barat, Habibie tidak lantas mendapatkannya dengan mudah. Dia mengatakan pada Soeharto bahwa untuk mendapatkan itu harus seizin NATO (Organisasi Pertahanan Atlantik Utara).
"Saya ditugaskan melakukan lobi, dan saya langsung berangkat ke Washington D.C.," kata Habibie yang menghadiri rangkaian acara Hari Pers Nasional (HPN) 2013 di Manado.
Selain ke Washington D.C., Habibie juga mengunjungi Roma, London, dan negara lainnya, mengingat banyak negara yang berminat untuk mendapatkan kapal-kapal tersebut. "Tugas saya melobi," katanya.
Pada 1994, ketiga media tersebut mengkritik pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur. Pemberitaan berfokus pada harga pembelian yang diperdebatkan oleh Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie dan Menteri Keuangan Marie Muhammad. Utamanya, besaran harga dari US$ 12,7 juta menjadi US$ 1,1 miliar. Sepekan sebelumnya, majalah Tempo mengungkapkan pembengkakan harga kapal bekas sebesar 62 kali lipat.
Pada 9 Juni 1994, dua hari setelah pemberitaan tersebut, ketika meresmikan pembangunan Pangkalan Utama Angkatan Laut di Teluk Ratai, Lampung, Soeharto marah besar. Dia memerintahkan supaya menindak tegas media yang “mengadu domba”. Dari sinilah, Menteri Penerangan Harmoko memberedel ketiga media tadi.
Berhasil Melobi, Habibie Teruskan Proyek Gatotkaca
Bachruddin Jusuf Habibie yang kala itu menjadi Menteri Riset dan Teknologi akhirnya berhasil melobi negara-negara yang memperebutkan kapal perang bekas Jerman Timur, yang masuk kandang pada 1994. Pemerintah RI diperkenankan membeli kapal bekas dengan suku cadang lima tahun serta semua pelurunya dengan harga 25 juta deutsch mark atau sekitar US$ 12,5 juta.
"Setelah itu, saya menyerahkan urusan itu ke Departemen Hankam untuk meneruskan pengadaan kapal," kata Habibie ketika menerima penghargaan Medali Emas Kemerdekaan Pers di Manado, Sulawesi Utara, Jumat malam, 8 Februari 2013.
Habibie kembali melanjutkan pekerjaan utamanya mempersiapkan pesawat nasional N250 bernama Gatotkaca. Selanjutnya, kata Habibie, Jenderal Faisal Tanjung kala itu sebagai Panglima ABRI melanjutkan negosiasi dan berhasil menawar harga menjadi 20 juta deutsch mark dari harga 25 DM.
"Setelah itu, saya mendapatkan tugas bernegosiasi dengan pemerintah Jepang soal soft loans," kata Habibie, yang kala itu menggunakan pesawat pribadi untuk pergi ke Jepang.
Habibie Batalkan Negosiasi Ketika Tempo Diberedel
Kepergian B.J. Habibie ke Jepang untuk bernegosiasi dengan pemerintah Jepang akhirnya batal ketika mendengar majalah Tempo diberedel. Habibie, yang kala itu sedang bernegosiasi, mendapatkan telepon dari Parni Hadi yang melaporkan pemberedelan tersebut. Ketika itu, Parni meminta Habibie melakukan sesuatu.
"Saya diminta Parni Hadi melakukan sesuatu, katanya kasihan adik-adik di Tempo," kata Habibie ketika menerima penghargaan Medali Emas Kemerdekaan Pers di Manado, Sulawesi Utara, Jumat malam, 8 Februari 2013.
Habibie langsung menyetop negosiasi dan terbang kembali ke Jakarta. Dia menelepon ajudan Soeharto agar diatur waktu untuk bertemu secepatnya. Dalam pertemuan dengan Soeharto, disampaikan bahwa keputusan pemberedelan tidak mungkin dicabut. Tapi Habibie berhasil meyakinkan Soeharto agar dikeluarkan SIUPP baru pengganti Tempo, yaitu Gatra.
"Banyak saksi yang mengetahui hal ini, silakan untuk mengecek kebenaran informasinya. Banyak saksi-saksi masih hidup dan dapat ditanyai," kata Habibie.
Cover story majalah Tempo 7 Juni 1994 mengkritik pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur. Pemberitaan berfokus pada harga pembelian yang diperdebatkan oleh Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie dan Menteri Keuangan Marie Muhammad. Utamanya, besaran harga dari US$ 12,7 juta menjadi US$ 1,1 miliar. Sepekan sebelumnya, majalah Tempo mengungkapkan pembengkakan harga kapal bekas sebesar 62 kali lipat.
Pada 9 Juni 1994, dua hari setelah pemberitaan tersebut, ketika meresmikan pembangunan Pangkalan Utama Angkatan Laut di Teluk Ratai, Lampung, Soeharto marah besar. Dia memerintahkan supaya menindak tegas media yang “mengadu domba”. Dari sinilah, Menteri Penerangan Harmoko memberedel tiga media: majalah Tempo, tabloid DeTik, dan majalah Editor.
• Tempo.Co
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.