Jika Indonesia ingin maju, pemerintah perlu maksimalkan potensi tenaga kerja dan industri.
Pabrik perangkat elektronik di Cibitung, Jawa Barat (VIVAnews/Muhammad Chandrataruna)
VIVAnews - Selama 50 tahun terakhir, Taiwan melakukan transformasi dari masyarakat agraris menjadi negara yang ekonominya mengandalkan bidang teknologi, khususnya Informasi dan Komunikasi (TIK). Sebagai contoh, disadari atau tidak, konsumen di seluruh dunia, termasuk Indonesia telah memanfaatkan produk teknologi asal Taiwan.
Sebut saja produk dari Acer, Asus, HTC, Gigabyte, Avermedia, BenQ, Genius, Trend Micro, D-Link, MSI, Mio, dan lain-lain adalah sebagian merek yang akrab di telinga pengguna. Dan merek-merek global ini berawal dari inovasi teknologi Taiwan yang dimulai 30 tahun yang lalu.
Awalnya, industri TIK Taiwan merupakan industri manufaktur sederhana. mereka maju setelah melakukan kolaborasi jangka panjang dengan Original Equipment Manufacturer (OEM) utama di dunia. Dari penelitian terakhir, perusahaan asal Taiwan memasok 95% komponsen untuk netbook PC dan lebih dari 72% komponen untuk memproduksi LCD di seluruh dunia.
“Ada dua faktor penting yang memuluskan transformasi Taiwan dari agraris ke industri teknologi yaitu inovasi serta riset dan pengembangan,” kata James Chen, Direktur Taiwan Trade Centre, Jakarta, 27 November 2010.
Indonesia, kata Chen, saat ini telah menunjukkan kemajuan pesat dalam penggunaan teknologi, terutama jika bicara mengenai cara masyarakat menerima social media dan connectivity. “Para pelajar Indonesia juga kerap berprestasi dalam kompetisi IPA dan Matematika dan institusi teknologi seperti seperti ITB Bandung merupakan wadah yang berisi bakat-bakat sempurna,” kata Chen.
Chen menyebutkan, inovasi dan investasi dalam penelitian serta pengembangan adalah pilihan yang terbaik. “Hal ini telah terbukti dan membuahkan hasil bagi Taiwan,” ucap Chen. “Cara yang serupa juga bisa digunakan oleh Indonesia untuk membawa industri teknologi dalam negerinya ke tingkat yang lebih tinggi,” ucapnya.
Jika Indonesia ingin maju, kata Chen, pemerintah perlu memaksimalkan potensi tenaga kerja dan industri. “Sebagai contoh di Taiwan, sekitar 30 tahun lalu pemerintah telah membangun Hsinchu’s Science-Based Industrial Park. Lokasinya berada di dekat beberapa universitas dan pusat penelitian,” ucap Chen. “Lokasi itu kini menjadi tempat berkumpulnya perusahaan-perusahaan teknologi tinggi terutama yang bergerak dalam industri semikonduktor,” ucap Chen.
Universitas seperti Tsing-Hua dan Chiao-Tung membekali lulusannya dengan pengetahuan dan keterampilan praktis. Sementara itu, The Industrial Technology Research Institute menyediakan fasilitas terbaik untuk menghasilkan solusi teknologi inovatif dan membagi penemuannya dengan industri TIK lokal. “Ini tentu memberikan kemampuan lebih bagi industri TIK Taiwan untuk mengembangkan produk-produk baru,” ucap Chen.
Hubungan simbiosis antara universitas-universitas di Taiwan dan program-program pengembangan yang dibiayai negara telah menciptakan lingkungan yang memungkinkan masyarakat memiliki ruang untuk mengembangkan kemampuan diri secara penuh. “Dengan langkah ini, perusahaan juga mendapat pasokan sumber daya manusia yang berpendidikan tinggi,” kata Chen. “Kombinasi tersebut mendukung industri TIK Taiwan berhasil mencapai posisinya saat ini,” ucapnya.
Danny Harjono, Wakil Kepala Bidang Komparmen Usaha Distribusi dan Import, Apkomindo menyebutkan, Indonesia butuh belajar dari Industri TIK Taiwan. “Khususnya bagaimana membina Industri TIK agar lebih matang dan mampu meraih pertumbuhan yang signifikan, menarik perhatian investor untuk menginvestasikan bisnis mereka di Indonesia,” ucapnya.
Indonesia, kata Danny, juga perlu membina hubungan baik dengan Taiwan agar dapat menjadi rekan strategis pada rantai pemasokan global agar jangan hanya menjadi sekadar konsumen perangkat teknologi. (umi)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.