blog-indonesia.com

Selasa, 01 Februari 2011

Teknologi Terbaru, Produksi Rumput Laut Naik Lima Kali

PALU--MICOM: Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah (Sulteng) sedang mengembangkan sebuah teknologi baru budidaya rumput laut yang terbukti efektif meningkatkan produktivitas sampai lima kali lipat dibanding teknologi konvensional yang digunakan selama ini.

"Teknologi baru temuan Ujang Koswara, pegiat LSM ekonomi kerakyatan dan alumnus ITB Bandung itu sudah diuji coba di Laemanta, Kabupaten Parigi Moutong. Hasilnya luar biasa," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Hasanuddin Atjo di Palu, Selasa (1/2).

Teknologi baru itu adalah rakit berukuran 4x4 meter yang terbuat dari pipa paralon ukuran 3/4 inci dan dipasangi jaring tali nilon ukuran dua milimeter yang menghasilkan 515 simpul (titik) untuk menanam rumput laut. Di setiap titik diikat bibit rumput laut jenis Euchema cottoni berukuran 100 gram atau 51,5 kg per rakit.

"Ternyata, pada panen hasil uji coba perdana pekan lalu di Desa Laemanta (perairan Teluk Tomini), setiap rakit menghasilkan rata-rata 260 kg rumput laut basah (32,50 kg kering) atau lima kali lipat dari jumlah benih yang ditanam," ujarnya.

Sekitar 50 orang nelayan Laemanta mengikuti uji coba perdana penggunaan teknologi ini dengan luas areal tanam sekitar dua hektare. Mereka mengaku gembira dengan teknologi itu dan berjanji akan mengembangkannya lebih luas karena sangat menguntungkan.

Ketika menggunakan teknologi konvensional yakni tali nilon panjang, produktivitas hanya sekitar empat ton kering tiap hektare. Dengan teknologi ini produktivitas bisa digenjot hingga 20 ton lebih per hektare setiap siklus panen (sekitar empat bulan).

"Kalau harga rumput laut kering rata-rata Rp9.000/kg, maka penghasilan nelayan yang menggunakan teknologi baru ini naik dari Rp36 juta menjadi sekitar Rp180 juta tiap hektare per siklus panen," ujar Saldi.

Ia mengakui bahwa investasi membangun teknologi baru ini lebih tinggi dibanding teknologi konvesional yakni rata-rata Rp200.000/rakit. Dalam setiap hektare pertanaman dibutuhkan sekitar 600 rakit bernilai Rp120 juta.

"Rakit-rakit itu masih bisa digunakan empat sampai lima kali siklus panen berikutnya atau bisa bertahan paling tidak selama satu tahun penggunaan, sehingga hasilnya akan sangat berlipat ganda dan menguntungkan nelayan," ujar Saldi. (OL-5)


MediaIndonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More