CN235
JAKARTA: PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI) kembali berkongsi dengan pabrikan pesawat asal Eropa, European Aeronautic Defence and Space Company (EADS)-CASA untuk membuat pesawat militer C295.
Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan saat ini pihaknya telah siap membuat pesawat C295, dan untuk tahap pertama perseroan membidik proyek pengadaan pesawat di lingkungan TNI.
“Seperti diketahui, TNI ada proyek penggantian pesawat Fokker 27, dan kami membidik proyek tersebut dengan menawarkan pesawat C295. Pembuatan akan dilaksanakan bila kontrak telah diperoleh,” ujarnya, hari ini.
Menurut Budi Santoso, komponen lokal dalam pesawat C295 lebih dari 40%, sehingga perseroan berpotensi ditunjuk langsung oleh pemerintah. Permodalan akan disediakan oleh EADS, dan PTDI akan mengerjakan pembuatan pesawatnya.
“Untuk profit sharing dengan EADS, kami masih membahasnya. Kerja sama ini kami jalin dengan EADS setelah sebelumnya sempat mengalami kerenggangan ketika pemerintah tidak melibatkan Cassa dalam proyek N250,” lanjut Budi Santoso.
C295 merupakan pesawat kemiliteran yang mampu menjalankan berbagai fungsi, terutama untuk keperluan patroli maritim. Di lingkungan NATO, pesawat ini dilengkapi dengan sistem misil terbaru antikapal selam dan kapal permukaan.
Pesawat ini juga bisa berfungsi sebagai pesawat angkut ringan, yang mampu mengangkut personil militer hingga 70 orang. Sejauh ini pesawat C295 telah dipakai di berbagai negara. NATO menggunakan pesawat ini untuk operasi militer di Irak dan Afganistan.
Budi Santoso mengatakan EADS merelokasi pabrik pesawat Casa 212 yang sebelumnya berada di Spanyol. Hal ini lantaran biaya produksi di Eropa jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan di Indonesia.
“Seluruh pabrik pembuatan pesawat itu sekarang berada di Bandung. Produksi Casa 212 dikirim ke Thailand serta Vietnam,” katanya.
PTDI memiliki kapasitas produksi sebesar 12 unit setahun untuk setiap jenis pesawat yang diproduksi.
Sejauh ini pesawat-pesawat yang diproduksi PTDI adalah N-2130, N-250, NC-212, CN-235, N-219. Pada awal berdirinya, BUMN ini menghasilkan pesawat Sikumbang, Belalang, Kunang, serta Gelatik (diproduksi dengan lisensi dari CEKOP Polandia yang sekarang dikenal dengan nama PZL).
Untuk helikopter, produksi PTDI a.l. NBO 105 (lisensi dari MBB Jerman), NBK 117, NBell 412 (lisensi dari Bell Helicopter, AS), NAS 330 Puma (lisensi dari Aerospatiale, Prancis), NAS 332 Super Puma yang merupakan pengembangan dari Puma,serta Tailboom.(er)
• Bisnis
Bakamla Terima Hibah Kapal dari Pemerintah Jepang
-
*(Bakamla)*
*B*adan Keamanan Laut (Bakamla) menerima hibah kapal dari Pemerintah Jepang
melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) di Minato, ...
21 menit yang lalu
2 komentar:
Bisa bawa rudal anti kapal selam juga gak?
kayaknya bukan tipe pesawat ini , tapi nanti CN 235 MPA-ASW akan memungkinkan bisa membawa terpedo anti kapal selam ...
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.