Andalkan Inovasi Teknologi
JAKARTA - Dirut PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk, Dwi Soetjipto mengatakan, persaingan bisnis global yang
makin ketat memaksa perusahaan melakukan efisiensi biaya. Salah satunya
dengan menerapkan inovasi teknologi yang tepat. Keyakinan ini dipegang
teguh PT Semen Indonesia dengan mengembangkan berbagai inovasi teknologi
guna mendukung kinerja perseroan.
Dwi Soetjipto menjelaskan, salah satu yang dilakukan Semen Indonesia adalah menerapkan teknologi Konservasi Energi dan Teknologi Penurunan Emisi Gas CO2 melalui pemanfaatan biomass dan limbah B3 sebagai Bahan Bakar Alternatif. Dari inovasi teknologi tersebut, kata Dwi Soetjipto, perseroan berhasil melakukan efisiensi hingga Rp300 miliar per tahun.
"Ini menjadi bukti bahwa perhatian khusus ke teknologi tidak akan membebani perusahaan dengan bermacam-macam biaya, tapi justru menghasilkan efisiensi,” kata Dirut PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Dwi Soetjipto selepas menerima penghargaan dari Meneg BUMN Dahlan Iskan dalam ajang BUMN Innovative Award 2013, di JCC Senayan, Jakarta (27/6).
Dijelaskan, dalam ajang pertama kalinya yang diselenggarakan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut, Semen Indonesia (SI) memborong 4 penghargaan BUMN Innovative Awards 2013. Masing-masing "the best corporate innovative culture & management", "the best innovation of green product", "the best product innovation of energy & mining sector", dan "the best technology innovation energy & mining sector".
BUMN Innovation Award 2013 mengambil tema "Innovation for Indonesia". Berbeda dengan award lainnya, kegiatan ini fokus untuk mendorong munculnya inovasi teknologi dan produk unggulan BUMN. "BUMN merupakan penggerak ekonomi nasional, karenanya harus juga menjadi penggerak inovasi di Indonesia," ujar Menteri BUMN Dahlan Iskan dalam sambutannya.
Sebelumnya, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang industri semen ini juga meraih Indonesia Green Award 2013 (IGA) atas usahanya yang luar biasa dalam bidang lingkungan dan inovasi. SI dinilai tidak sekedar menggeber target perolehan laba, namun tetap peduli terhadap kelestarian lingkungan.
Sejumlah inovasi pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh SI misalnya, memanfaatkan limbah industri seperti Cooper Slag, Fly Ash, Cement Retarder menjadi bahan baku substitusi menggantikan pasir besi, pasir silika, dan gipsum alam.
SI juga telah mengubah wilayah bekas tambangnya untuk lahan produksi tanaman yang bisa menjadi bahan bakar alternatif bagi proses produksi. Dari lahan bekas tambang itu, SI bisa mendapat suplai bahan bakar alternatif untuk menunjang proses produksi.
Selain itu, SI berencana memanfaatkan sampah kota, terutama dari dua kota di mana perseroan banyak beraktivitas, yaitu Gresik dan Tuban, Jawa Timur. Volume sampah di Gresik tercatat sebanyak 650 meter kubik atau sekitar 217 ton per hari. Adapun volume sampah di Tuban sebesar 250 meter kubik atau 83 ton per hari. Sampah kota tersebut, diolah menjadi refuse derived fuel (RFD) untuk menggantikan bahan bakar batubara yang selama ini dipakai perusahaan. Selama ini, perseroan juga sudah menggunakan bahan bakar alternatif, seperti dari sekam padi, kulit mete, limbah tembakau, dan oil sludge.
“Kami mengusung konsep ”waste to zero,” kami punya rencana akan terus meningkatkan efisiensi perusahaan dengan mengandalkan bahan bakar non fosil dari setiap setiap proses produksi kami, ini juga bermanfaat bagi lingkungan, ” ungkapnya.
Saat ini, porsi penggunaan energi alternatif milik SI sudah mencapai 5-8 persen dari total kebutuhan energi perseroan yang menyedot 2 juta ton batubara per tahun. Ke depan rencananya SI berharap bisa mencapai minimal 10 persen, sehingga perusahaan bisa berhemat bahan bakar. (chi/fuz/jpnn)
Dwi Soetjipto menjelaskan, salah satu yang dilakukan Semen Indonesia adalah menerapkan teknologi Konservasi Energi dan Teknologi Penurunan Emisi Gas CO2 melalui pemanfaatan biomass dan limbah B3 sebagai Bahan Bakar Alternatif. Dari inovasi teknologi tersebut, kata Dwi Soetjipto, perseroan berhasil melakukan efisiensi hingga Rp300 miliar per tahun.
"Ini menjadi bukti bahwa perhatian khusus ke teknologi tidak akan membebani perusahaan dengan bermacam-macam biaya, tapi justru menghasilkan efisiensi,” kata Dirut PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Dwi Soetjipto selepas menerima penghargaan dari Meneg BUMN Dahlan Iskan dalam ajang BUMN Innovative Award 2013, di JCC Senayan, Jakarta (27/6).
Dijelaskan, dalam ajang pertama kalinya yang diselenggarakan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut, Semen Indonesia (SI) memborong 4 penghargaan BUMN Innovative Awards 2013. Masing-masing "the best corporate innovative culture & management", "the best innovation of green product", "the best product innovation of energy & mining sector", dan "the best technology innovation energy & mining sector".
BUMN Innovation Award 2013 mengambil tema "Innovation for Indonesia". Berbeda dengan award lainnya, kegiatan ini fokus untuk mendorong munculnya inovasi teknologi dan produk unggulan BUMN. "BUMN merupakan penggerak ekonomi nasional, karenanya harus juga menjadi penggerak inovasi di Indonesia," ujar Menteri BUMN Dahlan Iskan dalam sambutannya.
Sebelumnya, perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang industri semen ini juga meraih Indonesia Green Award 2013 (IGA) atas usahanya yang luar biasa dalam bidang lingkungan dan inovasi. SI dinilai tidak sekedar menggeber target perolehan laba, namun tetap peduli terhadap kelestarian lingkungan.
Sejumlah inovasi pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh SI misalnya, memanfaatkan limbah industri seperti Cooper Slag, Fly Ash, Cement Retarder menjadi bahan baku substitusi menggantikan pasir besi, pasir silika, dan gipsum alam.
SI juga telah mengubah wilayah bekas tambangnya untuk lahan produksi tanaman yang bisa menjadi bahan bakar alternatif bagi proses produksi. Dari lahan bekas tambang itu, SI bisa mendapat suplai bahan bakar alternatif untuk menunjang proses produksi.
Selain itu, SI berencana memanfaatkan sampah kota, terutama dari dua kota di mana perseroan banyak beraktivitas, yaitu Gresik dan Tuban, Jawa Timur. Volume sampah di Gresik tercatat sebanyak 650 meter kubik atau sekitar 217 ton per hari. Adapun volume sampah di Tuban sebesar 250 meter kubik atau 83 ton per hari. Sampah kota tersebut, diolah menjadi refuse derived fuel (RFD) untuk menggantikan bahan bakar batubara yang selama ini dipakai perusahaan. Selama ini, perseroan juga sudah menggunakan bahan bakar alternatif, seperti dari sekam padi, kulit mete, limbah tembakau, dan oil sludge.
“Kami mengusung konsep ”waste to zero,” kami punya rencana akan terus meningkatkan efisiensi perusahaan dengan mengandalkan bahan bakar non fosil dari setiap setiap proses produksi kami, ini juga bermanfaat bagi lingkungan, ” ungkapnya.
Saat ini, porsi penggunaan energi alternatif milik SI sudah mencapai 5-8 persen dari total kebutuhan energi perseroan yang menyedot 2 juta ton batubara per tahun. Ke depan rencananya SI berharap bisa mencapai minimal 10 persen, sehingga perusahaan bisa berhemat bahan bakar. (chi/fuz/jpnn)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.