Jakarta - Proyeksi International Atomic Energy Agency (IAEA) menyatakan
Asia akan berkontribusi besar dalam pertumbuhan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN) pada 2030.
"Sebanyak 550 pembangkit nuklir baru akan dibangun di seluruh dunia pada 2030 dan sebanyak 321 PLTN akan dibangun di Asia," kata Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), As Natio Lasman, di Jakarta, Rabu.
Jika menghitung berdasarkan data resmi masing-masing pemerintahan, ia mengatakan Indonesia akan mebangun empat unit, Malaysia juga empat, Vietnam 16, ditambah beberapa negara, dan 290 PLTN sisanya akan dibangun oleh tiga negara yakni China, Korea Selatan, India.
Setelah sekian lama tidak membangun reaktor nuklir pembangkit listrik, menurut dia, Amerika Serikat pun kini mulai membangun lagi. Bahkan negara-negara kaya minyak pun membangun PLTN seperti di Dubai dan Arab Saudi.
Jepang pascagempa dan tsunami 2011 memang sedang mematikan 55 reaktor kecuali dua PLTN saja, itu pun, menurut dia, atas permintaan masyarakat.
"Kalau kita lihat perkembangannya jika Jepang ingin bisa mengimbangi China, Korea Selatan, dan India mau tidak mau akan mengaktifkan lagi reaktor nuklirnya," ujar dia.
Kebutuhan akan energi besar menjadi pertimbangan setiap negara membangun PLTN. Pertimbangan isu perubahan iklim, labilnya harga energi fosil, dan keamanan pasokan energi masuk dalam pertimbangan.
Faktor ekonomi hingga politik, menurut dia, menjadi pertimbangan lain suatu negara membangun reaktor nuklir.
Sementara itu, ia mengatakan berdasarkan Perpres Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) bahwa tahun 2025 Indonesia harus mengoperasikan nuklir dua persen dari seluruh total energi yang dibangkitkan di negeri ini.
"Berdasarkan dokumen itu kami persiapkan diri, sampai 2010 kami sudah selesaikan peraturan yang berkaitan dengan tapak PLTN. Setelah muncul kejadian Fukusima maka kita perbaiki beberapa hal," ujar dia. (V002)
"Sebanyak 550 pembangkit nuklir baru akan dibangun di seluruh dunia pada 2030 dan sebanyak 321 PLTN akan dibangun di Asia," kata Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), As Natio Lasman, di Jakarta, Rabu.
Jika menghitung berdasarkan data resmi masing-masing pemerintahan, ia mengatakan Indonesia akan mebangun empat unit, Malaysia juga empat, Vietnam 16, ditambah beberapa negara, dan 290 PLTN sisanya akan dibangun oleh tiga negara yakni China, Korea Selatan, India.
Setelah sekian lama tidak membangun reaktor nuklir pembangkit listrik, menurut dia, Amerika Serikat pun kini mulai membangun lagi. Bahkan negara-negara kaya minyak pun membangun PLTN seperti di Dubai dan Arab Saudi.
Jepang pascagempa dan tsunami 2011 memang sedang mematikan 55 reaktor kecuali dua PLTN saja, itu pun, menurut dia, atas permintaan masyarakat.
"Kalau kita lihat perkembangannya jika Jepang ingin bisa mengimbangi China, Korea Selatan, dan India mau tidak mau akan mengaktifkan lagi reaktor nuklirnya," ujar dia.
Kebutuhan akan energi besar menjadi pertimbangan setiap negara membangun PLTN. Pertimbangan isu perubahan iklim, labilnya harga energi fosil, dan keamanan pasokan energi masuk dalam pertimbangan.
Faktor ekonomi hingga politik, menurut dia, menjadi pertimbangan lain suatu negara membangun reaktor nuklir.
Sementara itu, ia mengatakan berdasarkan Perpres Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) bahwa tahun 2025 Indonesia harus mengoperasikan nuklir dua persen dari seluruh total energi yang dibangkitkan di negeri ini.
"Berdasarkan dokumen itu kami persiapkan diri, sampai 2010 kami sudah selesaikan peraturan yang berkaitan dengan tapak PLTN. Setelah muncul kejadian Fukusima maka kita perbaiki beberapa hal," ujar dia. (V002)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.