TEMPO Interaktif, Jakarta - Akuisisi adalah peristiwa biasa dalam dunia bisnis. Tapi, bisa lain ceritanya apabila yang 'dicaplok' adalah perusahaan besar dengan jumlah pengguna layanan yang banyak. Lima tahun lalu, si raja media, Rupert Murdoch, ngotot ingin membeli situs jejaring sosial Myspace. "Sudah saatnya kita kembali terlibat dalam bisnis Internet," ujar pemilik News Corporation (News Corp) ini kala itu.
Namun, belakangan Murdoch menjual situs tersebut lantaran jumlah penggunanya semakin turun. Bulan lalu, sang baron menjual situs yang sudah dibelinya itu kepada Specific Media, yang sebagian sahamnya dimiliki selebritas Justin Timberlake, dengan harga US$ 35 juta atau sekitar Rp 301 miliar. Angka ini jauh di bawah nilai pembelian Myspace yang ketika diakuisisi seharga US$ 580 juta (Rp 5,2 triliun).
Kisah serupa dialami Skype. Pada Mei lalu, perusahaan raksasa teknologi seperti Microsoft Corp, Google Inc, dan Facebook berminat meminang situs penyedia layanan chatting dan video call ini. Namun, penawaran yang paling menarik datang dari Microsoft dengan nilai US$ 8,5 miliar.
Ada pula kisah 'caplok-mencaplok' di bidang teknologi di Tanah Air. Tahun lalu, misalnya, kita dikejutkan oleh akuisisi Yahoo! terhadap sebuah situs jejaring sosial berbasis lokasi, Koprol, yang dibangun PT SkyEight. Lalu, bagaimana perkembangan Koprol saat ini?
"Sejak diakuisisi pada Mei 2010, Yahoo! Koprol semakin berkembang," kata Co-founder Yahoo! Koprol, Satya Witoelar, dalam perayaan ulang tahun pertama Yahoo! Koprol di Jakarta, Kamis pekan lalu. Dari sisi keanggotaan, jumlah pengguna layanan tersebut melonjak hingga 20 kali lipat, dari 75 ribu menjadi 1,5 juta orang, di seluruh dunia. Dari angka itu, 80 persennya adalah pengguna dari Indonesia.
Sementara itu, dari kontennya, Satya mengatakan bahwa fitur yang disediakan semakin beragam. Mulai dari tampilan web baru, "Koprol Stamp", "Koprol for Business", sampai aplikasi untuk telepon seluler Android. Untuk tampilan di website, situs www.koprol.com kini hadir dengan user interface baru yang didominasi warna putih dan hijau terang.
Di dalamnya, terdapat fitur Koprol Stamp yang menjadi salah satu elemen hiburan karena pengguna bisa memberikan stempel sebagai bahasa baru untuk menyematkan predikat kepada pengguna Koprol lainnya. Namun, pengguna tidak bisa sembarangan menggunakan stempel ini. Syaratnya, kata Satya, pengguna harus posting sebanyak 250 kali guna mendapatkan 3 stempel yang dipilih secara acak yang kemudian diberikan kepada pengguna lainnya. "Ini seperti game untuk membangun reputasi kita," katanya.
Adapun Koprol for Business adalah layanan bagi para pengusaha kecil-menengah untuk memperkenalkan produk mereka. Saat ini, kata Satya, tercatat ada 3.000 perusahaan besar, menengah, dan kecil yang sudah menggunakan fitur tersebut. Mereka di antaranya Universal Music Indonesia, Sony Music, 7-Eleven, dan Burger King.
Selain memberikan tampilan dan fitur baru dalam versi website, Satya menambahkan, kini Yahoo! Koprol sudah bisa diakses melalui ponsel Android. Pengguna dapat menggunakan versi mobile ini dengan mengunduh aplikasinya terlebih dahulu di www.koprol.com/android. "Kami sedang berusaha masuk ke Android market," kata Satya.
Country Manager Yahoo! Indonesia, Pontus Sonnerstedt, mengatakan Koprol menjadi situs media sosial yang sukses. "Koprol telah membentuk komunitasnya, khususnya bagi pengguna Internet yang masih muda," ujarnya. Selain berbagai fitur itu, Sonnerstedt mengatakan akuisisi ini telah mengintegrasikan sistem Yahoo! dengan Koprol. Contohnya, dengan menggunakan login Yahoo!, pengguna bisa langsung masuk ke akun Koprol. "Ini sangat ringkas sehingga Anda tidak perlu mengingat banyak username dan password," katanya. [RINI KUSTIANI]
• TEMPOInteraktif
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.