Inovasi Mahasiswa UB Malang Tiga mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Brawijaya mengembangkan prototipe teknologi alternatif untuk mengubah air keran menjadi energi listrik untuk keperluan rumah tangga.
Muhammad Fatahila, Hasan, dan Rosihan Arby Harahap membuat alat bernama OASE yang bisa mengubah air keran menjadi energi listrik.
"Alat ini bisa menghasilkan tegangan dan daya listrik optimal di angka 5 Volt dan 1 Watt, sehingga dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik lampu LED atau diintegrasikan dengan pembangkit lain melalui sistem grid," kata Muhammad Fatahila di Malang, Rabu.
Perangkat pembangkit listrik mini OASE, menurut dia, juga bisa untuk lampu neon tetapi masih butuh inverter dan prosesnya lebih lama.
Yang bisa dipasok energi lisatriknya neon jenis LED karena lebih terang dan berdaya rendah, kata dia.
Dia menjelaskan bahwa perangkat yang dibuat dalam waktu dua pekan itu bisa disambungkan dengan penyimpan berupa baterai polimer atau aki. Selain untuk menyimpan, baterai atau aki juga berfungsi untuk menjaga tegangan dan arus keluaran tetap stabil.
Pada pengembangan selanjutnya, perangkat itu akan dilengkapi dengan kontroler. Jika sudah disempurnakan, OASE bisa dipadukan dengan produk keran untuk menghasilkan energi rumah tangga.
"Biaya produksi alat ini sangat murah, hanya Rp 120 ribu," katanya tentang alat yang masuk peringkat tiga teratas di National Innovative Product Exhibition Contest (NAPEC) 2015 itu.
Muhammad Fatahila, Hasan, dan Rosihan Arby Harahap membuat alat bernama OASE yang bisa mengubah air keran menjadi energi listrik.
"Alat ini bisa menghasilkan tegangan dan daya listrik optimal di angka 5 Volt dan 1 Watt, sehingga dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik lampu LED atau diintegrasikan dengan pembangkit lain melalui sistem grid," kata Muhammad Fatahila di Malang, Rabu.
Perangkat pembangkit listrik mini OASE, menurut dia, juga bisa untuk lampu neon tetapi masih butuh inverter dan prosesnya lebih lama.
Yang bisa dipasok energi lisatriknya neon jenis LED karena lebih terang dan berdaya rendah, kata dia.
Dia menjelaskan bahwa perangkat yang dibuat dalam waktu dua pekan itu bisa disambungkan dengan penyimpan berupa baterai polimer atau aki. Selain untuk menyimpan, baterai atau aki juga berfungsi untuk menjaga tegangan dan arus keluaran tetap stabil.
Pada pengembangan selanjutnya, perangkat itu akan dilengkapi dengan kontroler. Jika sudah disempurnakan, OASE bisa dipadukan dengan produk keran untuk menghasilkan energi rumah tangga.
"Biaya produksi alat ini sangat murah, hanya Rp 120 ribu," katanya tentang alat yang masuk peringkat tiga teratas di National Innovative Product Exhibition Contest (NAPEC) 2015 itu.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.