Pekerja melakukan perawatan segment tunnel (ruas terowongan) Mass Rapid Transit (MRT) di kawasan Senayan, Jakarta, 7 Januari 2016. Proyek MRT diyakini dapat menjadi salah satu solusi untuk mengentaskan kemacetan Ibu kota. [ANTARA/Sigid Kurniawan] ★
Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTIST BPPT) sedang mengembangkan teknologi terowongan layang bawah air atau submerge floating tunnel (SFT). Perekayasa Bidang Transportasi BPPT, Bambang Rumanto, mengatakan terowongan layang bawah air telah diteliti sejak 2006 dan sudah diujicobakan di laboratorium BPPT.
Di laboratorium Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika (BPPH) Surabaya, peneliti menguji kestabilan fisik tunnel dan uji scoring di Balai Pengkajian Dinamika Pantai (BPDP) Yogyakarta untuk melihat sejauh mana kerusakan di dasar dan di pinggir tunnel setelah terpasang.
"SFT juga telah diuji struktur di Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) untuk melihat bentuk terbaik dari tunnel. Pada awalnya tunnel berbentuk oval tapi, setelah diuji coba, tunnel yang berbentuk lingkaran lebih stabil dan tidak tenggelam," kata Bambang.
Meski begitu, teknologi canggih yang dikembangkan anak negeri tersebut hingga kini belum bisa segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Yang kami harapkan dari pemerintah adalah keinginan menggunakan dan memanfaatkan hasil riset para peneliti. Jadi tidak sebatas uji coba laboratorium. Bukan tidak mungkin SFT dengan bentangan 150 meter dapat kami jadikan bahan untuk pengembangan lebih jauh, misalnya alternatif jembatan Selat Sunda," tuturnya.
Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTIST BPPT) sedang mengembangkan teknologi terowongan layang bawah air atau submerge floating tunnel (SFT). Perekayasa Bidang Transportasi BPPT, Bambang Rumanto, mengatakan terowongan layang bawah air telah diteliti sejak 2006 dan sudah diujicobakan di laboratorium BPPT.
Di laboratorium Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika (BPPH) Surabaya, peneliti menguji kestabilan fisik tunnel dan uji scoring di Balai Pengkajian Dinamika Pantai (BPDP) Yogyakarta untuk melihat sejauh mana kerusakan di dasar dan di pinggir tunnel setelah terpasang.
"SFT juga telah diuji struktur di Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) untuk melihat bentuk terbaik dari tunnel. Pada awalnya tunnel berbentuk oval tapi, setelah diuji coba, tunnel yang berbentuk lingkaran lebih stabil dan tidak tenggelam," kata Bambang.
Meski begitu, teknologi canggih yang dikembangkan anak negeri tersebut hingga kini belum bisa segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Yang kami harapkan dari pemerintah adalah keinginan menggunakan dan memanfaatkan hasil riset para peneliti. Jadi tidak sebatas uji coba laboratorium. Bukan tidak mungkin SFT dengan bentangan 150 meter dapat kami jadikan bahan untuk pengembangan lebih jauh, misalnya alternatif jembatan Selat Sunda," tuturnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.