blog-indonesia.com

Selasa, 14 April 2015

★ PT DI Rencanakan Kelahiran Pesawat Komersial Baru untuk Indonesia

Ilustrasi pesawat N-245 (Yunanto Wiji Utomo)

PT Dirgantara Indonesia (DI) sedang merencanakan kelahiran pesawat komersial baru yang digadang-gadang mampu bersaing dengan jenis ATR 42 dan Q300.

"Sekarang sedang dalam tahap perencanaan. Kami akan evaluasi dulu kelayakan dan nilai ekonomisnya. Kalau layak, kami akan mulai kembangkan tahun depan," kata Presiden Direktur PT DI Budi Santoso.

Pesawat yang dinamai N-245 dan direncanakan memiliki kapasitas angkut 50 orang tersebut ditargetkan mampu melayani rute jarak dekat yang perlu pelayanan, tetapi dengan jumlah permintaan penumpang rendah.

"Misalnya rute Tanjung Karang ke Palembang, tidak ada pesawatnya sekarang. Nanti kami layani dengan N-245. Ya targetnya untuk jarak 100-200 mil laut, 400 kilometer, setara Jakarta ke Semarang," kata Budi.

Ditemui di sela National Innovation Forum 2015 yang diadakan di Puspiptek Serpong, Senin (13/4/2015), Budi mengungkapkan, N-245 bisa dikatakan sebagai bentuk modifikasi karena beberapa rancangan pada bagian pesawatnya diambil dari CN-235.

"(Desain) sayapnya itu kami ambil dari desain CN-235 dan N-295. Sama. Sayap itu sudah bisa untuk angkut beban 23 ton. Sudah proven. Untuk badannya, kami sedang mikir ambil dari CN-235. Itu untuk bentuknya. Kalau panjang, kan nanti bisa disambung," kata Budi.

Bagian yang baru dirancang adalah ekor. Menurut Budi, perancangan ulang bagian ekor diperlukan karena ekor pesawat CN-235 atau pesawat lain akan terlalu berat jika diaplikasikan.

Karena tidak merancang semua bagian dari awal, pengembangan N-245 bakal jauh lebih murah. "Kalau bikin pesawat dari nol, biayanya 1,5 miliar dollar AS sampai 2 miliar dollar AS. N-250 sekarang sudah hampir 2 miliar dollar AS. Untuk N-245, cuma 150 juta dollar AS, sudah sampai prototipe," kata Budi.

Budi percaya bahwa permintaan penumpang terhadap pesawat jarak dekat akan semakin tinggi seiring pertumbuhan ekonomi. Ia mengatakan, bila N-245 terwujud dan dijual, maskapai bisa mencapai break even point dengan hanya membeli 50-70 pesawat.

  Kompas  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More