Rudal RBS-70 TNI AD buatan SAAB (HaloMalang)
PT Pindad (Persero) yang menggandeng perusahaan pertahanan asal Swedia, SAAB AB mengadakan workshop sehari di Auditorium PT Pindad (Persero).
Workshop yang mengambil tema Ground Base Air Defence ini dihadiri oleh anggota kesatuan Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud) yang dipimpin oleh Wakil Komandan Pussenarhanud, Kolonel Arh I Ketut Sugiartha. Direktur Komersial PT Pindad (Persero) Widjajanto turut hadir membuka acara workshop.
Dalam kata sambutannya, Widjajanto mengatakan bahwa Pindad sedang diarahkan oleh Kementerian Pertahanan untuk mengawal secara ketat semua pengembangan air defence terkait kemampuan industri pertahanan nasional untuk menyerap teknologi melalui Transfer of Technology dan lisensi produk.
“Diharapkan dari workshop hari ini, sudah semakin tergambar requirements dari Pussen Arhanud apa, karena tugas kami di sini menyimak, mendengarkan permintaan dari bapak-bapak semua sebagai pengguna langsung dari sistem pertahanan udara ini,” tuturnya.
Radar Giraffe mampu mengikuti 9 target secara bersamaan hingga jarak 40km (HaloMalang)
Ia juga mengatakan bahwa Pindad membuka lebar-lebar jalur komunikasi untuk terus berinteraksi dengan para pengguna untuk mendapatkan kesepahaman yang baik satu sama lain. “Semoga workshop hari ini dapat memberikan berkah bagi pengembangan sistem pertahanan udara kita, bagi Pindad sebagai pengemban amanah UU Industri Pertahanan no. 16 tahun 2012, maupun bagi hubungan baik Indonesia dengan rekan-rekan SAAB Swedia,” ujar Widjajanto.
Wadan Pussenarhanud, Kolonel I Ketut Sugiartha mengatakan bahwa dalam teknologi sistem senjata rudal yang dibutuhkan oleh Pussenarhanud, kesatuannya menitikberatkan kebutuhan-kebutuhan tersebut pada 4 hal.
“Dari sudut pandang pengguna, komponen atau aspek wajib dari pengadaan sista rudal minimal terdiri dari 4 hal : aspek operasional, pendidikan dan latihan, pemeliharaan, serta alih teknologi. Keempat hal ini harus diperhatikan karena akan sangat berpengaruh pada operasional sista selama masa aktifnya. Besar harapan kami, selain membahas secara dalam aspek teknis, keempat hal tersebut harus juga dibahas dalam workshop ini,” tuturnya.
Beliau juga mengatakan bahwa workshop ini merupakan awal dari langkah besar menuju kemandirian industri pertahanan nasional. “Kemandirian industri pertahanan sistem senjata rudal merupakan langkah besar yang sangat strategis dan langkah besar itu telah dimulai dari kegiatan hari ini,” ujarnya.
Kegiatan workshop hari itu dilanjutkan dengan presentasi mendalam tentang teknologi ground base air defence dari SAAB AD Swedia dan ditutup dengan diskusi.
PT Pindad (Persero) yang menggandeng perusahaan pertahanan asal Swedia, SAAB AB mengadakan workshop sehari di Auditorium PT Pindad (Persero).
Workshop yang mengambil tema Ground Base Air Defence ini dihadiri oleh anggota kesatuan Pusat Kesenjataan Artileri Pertahanan Udara (Pussenarhanud) yang dipimpin oleh Wakil Komandan Pussenarhanud, Kolonel Arh I Ketut Sugiartha. Direktur Komersial PT Pindad (Persero) Widjajanto turut hadir membuka acara workshop.
Dalam kata sambutannya, Widjajanto mengatakan bahwa Pindad sedang diarahkan oleh Kementerian Pertahanan untuk mengawal secara ketat semua pengembangan air defence terkait kemampuan industri pertahanan nasional untuk menyerap teknologi melalui Transfer of Technology dan lisensi produk.
“Diharapkan dari workshop hari ini, sudah semakin tergambar requirements dari Pussen Arhanud apa, karena tugas kami di sini menyimak, mendengarkan permintaan dari bapak-bapak semua sebagai pengguna langsung dari sistem pertahanan udara ini,” tuturnya.
Radar Giraffe mampu mengikuti 9 target secara bersamaan hingga jarak 40km (HaloMalang)
Ia juga mengatakan bahwa Pindad membuka lebar-lebar jalur komunikasi untuk terus berinteraksi dengan para pengguna untuk mendapatkan kesepahaman yang baik satu sama lain. “Semoga workshop hari ini dapat memberikan berkah bagi pengembangan sistem pertahanan udara kita, bagi Pindad sebagai pengemban amanah UU Industri Pertahanan no. 16 tahun 2012, maupun bagi hubungan baik Indonesia dengan rekan-rekan SAAB Swedia,” ujar Widjajanto.
Wadan Pussenarhanud, Kolonel I Ketut Sugiartha mengatakan bahwa dalam teknologi sistem senjata rudal yang dibutuhkan oleh Pussenarhanud, kesatuannya menitikberatkan kebutuhan-kebutuhan tersebut pada 4 hal.
“Dari sudut pandang pengguna, komponen atau aspek wajib dari pengadaan sista rudal minimal terdiri dari 4 hal : aspek operasional, pendidikan dan latihan, pemeliharaan, serta alih teknologi. Keempat hal ini harus diperhatikan karena akan sangat berpengaruh pada operasional sista selama masa aktifnya. Besar harapan kami, selain membahas secara dalam aspek teknis, keempat hal tersebut harus juga dibahas dalam workshop ini,” tuturnya.
Beliau juga mengatakan bahwa workshop ini merupakan awal dari langkah besar menuju kemandirian industri pertahanan nasional. “Kemandirian industri pertahanan sistem senjata rudal merupakan langkah besar yang sangat strategis dan langkah besar itu telah dimulai dari kegiatan hari ini,” ujarnya.
Kegiatan workshop hari itu dilanjutkan dengan presentasi mendalam tentang teknologi ground base air defence dari SAAB AD Swedia dan ditutup dengan diskusi.
♖ Pindad
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.