Roboboat Tim UNDIP yang dilombakan dalam RoboBoat Competition di Virginia, 8-13 Juli 2014. (Foto: Ahlan Zulfakri)
Tim Roboboat Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP) tahun ini mengikuti RoboBoat Competition di Virginia. Acara kompetisi tersebut diselenggarakan Assosiation for Unmanneed Vehicle System International (AUVSI) Foundation and ONR's 7th International RoboBoat Competition.
Kompetisi Roboboat merupakan ajang perlombaan bagi mahasiswa dalam menunjukkan kemampuannya menciptakan robot yang bisa dijalankan secara otomatis di atas permukaan air dengan tingkat kesulitan tinggi. Kondisi perairan yang sulit tidak menjadi kendala bagi Roboboat untuk dilalui.
Kegiatan AUVSI diikuti 15 tim dari seluruh dunia, antara lain University of Rhode Island, University of Central Florida, Virginia Tech, University of Michigan, dan Nasional Cheng Kung University. UNDIP adalah satu-satunya peserta dari Indonesia beserta Universitas Cheng Kung sebagai dua perwakilan dari Asia.
“Awal mula keinginan kami mengikuti kompetisi Roboboat ini diawali dari sebuah niat dan tekad yang kuat dari tim guna melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa,” ujar Ketua Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI) Ahlan Zulfakri, beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, ajang kompetisi Roboboat yang berlangsung 8-13 Juli 2014, UNDIP menyiapkan Roboboat ciptaannya dari segi teknis dan non-teknisnya dengan sangat matang.
Persiapan diawali dari pencarian personel yang konsisten, memiliki tanggung jawab, dan rela berkorban waktu, tenaga, dan pikiran.
“Karena pada tahun 2013 kami kekurangan personel untuk ikut kompetisi ini,” ungkap Ahlan.
Akhirnya, tim yang terdiri dari Dandy Kurniawan (Teknik Perkapalan), Bagus Prasetyo (Teknik Perkapalan) Sidik Setiawan (Teknik Perkapalan), Ikhsan Adi Prasetyo (Teknik Perkapalan), Wahyu Dwi Yunanto (Teknik Perkapalan), Bayu Wisnu Sasongko (Teknik Perkapalan), RG Alam Nusantara (Teknik Elektro), Budi Cahyo Suryo (Teknik Sistem Komputer), Nugroho Budi (Teknik Sistem Komputer), dapat terbentuk dalam Tim Roboboat 2014 dengan personel dan semangat baru.
Setelah memiliki personel cukup dan persiapan matang, pada 4 Juli 2014, tim berangkat ke Jakarta. Ternyata berkendala. Maskapai tidak menerima kapal untuk diangkut dalam penerbangan menuju Jakarta, dengan alasan membahayakan keselamatan.
“Setelah melakukan negoisasi yang cukup sulit akhirnya kami dipersilakan untuk menaiki pesawat dengan catatan, boks kapal yang kami bawa diberikan pengamanan. Pukul 07.00 kami akhirnya tiba di Bandara Soekarno Hatta,” kata Ahlan mengenang.
Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, sambungnya, tim langsung check in ke penerbangan internasional, dan ternyata berkendala sama. Boks robot yang sangat besar tidak dapat masuk ke dalam bagasi pesawat. Namun, kendala dapat diselesaikan dengan cara yang sama.
“Setelah selesai, kami berangkat dari Jakarta menuju Tokyo Jepang untuk melakukan transit. Waktu yang cukup lama, akhirnya kami tiba di Amerika. Di sana, kami langsung mempersiapkan diri untuk lomba yang akan kami hadapi untuk lusanya,” tuturnya.
Setelah siap untuk menghadapi kompetisi dan tim membongkar kapal yang dimasukkan di dalam boks, ternyata ada kendala lagi. Mungkin karena pengepakan bagasi pesawat yang sangat padat membuat boks pecah dan menimpa kapal mereka bawa.
“Tanpa pikir panjang, dengan waktu yang tersedia kami bersegera melakukan perbaikan untuk kapal yang kami bawa dari mulai konstruksi hingga ke elektrikal dan sistem pada kapal. Syukur semua masih dapat berfungsi sebagaimana fungsinya,” papar Ahlan.
Belum Menang
Hari Uji Coba Roboboat pun tiba. Kapal kembali mengalami kendala. Kapal dapat bekerja, hanya saja di saat melakukan pengolahan gambar, kapal kehabisan daya, sehingga harus dibawa kembali ke dock yang disediakan panitia.
Hari selanjutnya, tim mempresentasikan Roboboat kepada panitia untuk menjelaskan secara spesifik apa saja yang ada di kapal robot andalan mereka.
“Setelah melakukan presentasi, panitia sangat mengapresiasi kapal kami, karena mungkin dari segi bentuk yang sangat unik,” ujar Ahlan bangga.
Keesokan harinya, kapal dicoba kembali untuk percobaan terakhir, sebelum diadakan lomba yang sesungguhnya. Kapal mengalami masalah lebih besar, seperti masalah sensor hingga jaringan yang terputus di saat kapal sedang membaca misi yang disediakan panitia.
Keesokan harinya, waktu untuk pengujian dilaksanakan penilaian dari segi misi yang dijalankan hingga waktu yang ditentukan. Namun, Dewi Fortuna belum berpihak kepada tim UNDIP. Kapal kembali mengalami kendala. Terjadi keretakan, sehingga kapal pun bocor.
Dapal proses penilaian, ada dua gate di mana tim mendapatkan misi di Gate 1. Kapal berjalan lebih baik dan sensor berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, perubahan terjadi pada Roboboat dengan mengalami kemunduran waktu. Mungkin, karena teknologi yang memang terbatas dan tidak lebih baik dari peserta lain.
Waktu yang ada pun sangat tidak cukup untuk menambahkan poin yang ada dalam penilaian. Setelah diamati, tim UNDIP yang hanya menggunakan propeler kalah cepat dengan kapal peserta lain yang banyak menggunakan water jet.
“Untuk itu, kami masih pulang dengan tangan hampa dan memang kami harus mengakui teknologi yang mereka kembangkan sangat berbeda dengan tahun sebelumnya, dan memang penilaian yang cukup ketat membuat kami kewalahan untuk tahun ini,” kata Ahlan.
Kontes RoboBoat AUVSI 2014 akhirnya dimenangkan banyak universitas dari Amerika. Belajar dari pengalaman, semangat tim UNDIP tidak pupus dan mati. Mereka tetap bersemangat untuk kejayaan negeri dan kebanggaan bangsa.
“Diharapkan, Roboboat juga bisa terus menginspirasi seluruh mahasiswa, terutama mahasiswa UNDIP, untuk terus berkreasi, sehingga menghasilkan inovasi spektakuler dan mengagumkan serta bermanfaat bagi masyarakat luas,” pungkasnya.
♞ JMOL
Tim Roboboat Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP) tahun ini mengikuti RoboBoat Competition di Virginia. Acara kompetisi tersebut diselenggarakan Assosiation for Unmanneed Vehicle System International (AUVSI) Foundation and ONR's 7th International RoboBoat Competition.
Kompetisi Roboboat merupakan ajang perlombaan bagi mahasiswa dalam menunjukkan kemampuannya menciptakan robot yang bisa dijalankan secara otomatis di atas permukaan air dengan tingkat kesulitan tinggi. Kondisi perairan yang sulit tidak menjadi kendala bagi Roboboat untuk dilalui.
Kegiatan AUVSI diikuti 15 tim dari seluruh dunia, antara lain University of Rhode Island, University of Central Florida, Virginia Tech, University of Michigan, dan Nasional Cheng Kung University. UNDIP adalah satu-satunya peserta dari Indonesia beserta Universitas Cheng Kung sebagai dua perwakilan dari Asia.
“Awal mula keinginan kami mengikuti kompetisi Roboboat ini diawali dari sebuah niat dan tekad yang kuat dari tim guna melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa,” ujar Ketua Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI) Ahlan Zulfakri, beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan, ajang kompetisi Roboboat yang berlangsung 8-13 Juli 2014, UNDIP menyiapkan Roboboat ciptaannya dari segi teknis dan non-teknisnya dengan sangat matang.
Persiapan diawali dari pencarian personel yang konsisten, memiliki tanggung jawab, dan rela berkorban waktu, tenaga, dan pikiran.
“Karena pada tahun 2013 kami kekurangan personel untuk ikut kompetisi ini,” ungkap Ahlan.
Akhirnya, tim yang terdiri dari Dandy Kurniawan (Teknik Perkapalan), Bagus Prasetyo (Teknik Perkapalan) Sidik Setiawan (Teknik Perkapalan), Ikhsan Adi Prasetyo (Teknik Perkapalan), Wahyu Dwi Yunanto (Teknik Perkapalan), Bayu Wisnu Sasongko (Teknik Perkapalan), RG Alam Nusantara (Teknik Elektro), Budi Cahyo Suryo (Teknik Sistem Komputer), Nugroho Budi (Teknik Sistem Komputer), dapat terbentuk dalam Tim Roboboat 2014 dengan personel dan semangat baru.
Setelah memiliki personel cukup dan persiapan matang, pada 4 Juli 2014, tim berangkat ke Jakarta. Ternyata berkendala. Maskapai tidak menerima kapal untuk diangkut dalam penerbangan menuju Jakarta, dengan alasan membahayakan keselamatan.
“Setelah melakukan negoisasi yang cukup sulit akhirnya kami dipersilakan untuk menaiki pesawat dengan catatan, boks kapal yang kami bawa diberikan pengamanan. Pukul 07.00 kami akhirnya tiba di Bandara Soekarno Hatta,” kata Ahlan mengenang.
Setibanya di Bandara Soekarno Hatta, sambungnya, tim langsung check in ke penerbangan internasional, dan ternyata berkendala sama. Boks robot yang sangat besar tidak dapat masuk ke dalam bagasi pesawat. Namun, kendala dapat diselesaikan dengan cara yang sama.
“Setelah selesai, kami berangkat dari Jakarta menuju Tokyo Jepang untuk melakukan transit. Waktu yang cukup lama, akhirnya kami tiba di Amerika. Di sana, kami langsung mempersiapkan diri untuk lomba yang akan kami hadapi untuk lusanya,” tuturnya.
Setelah siap untuk menghadapi kompetisi dan tim membongkar kapal yang dimasukkan di dalam boks, ternyata ada kendala lagi. Mungkin karena pengepakan bagasi pesawat yang sangat padat membuat boks pecah dan menimpa kapal mereka bawa.
“Tanpa pikir panjang, dengan waktu yang tersedia kami bersegera melakukan perbaikan untuk kapal yang kami bawa dari mulai konstruksi hingga ke elektrikal dan sistem pada kapal. Syukur semua masih dapat berfungsi sebagaimana fungsinya,” papar Ahlan.
Belum Menang
Hari Uji Coba Roboboat pun tiba. Kapal kembali mengalami kendala. Kapal dapat bekerja, hanya saja di saat melakukan pengolahan gambar, kapal kehabisan daya, sehingga harus dibawa kembali ke dock yang disediakan panitia.
Hari selanjutnya, tim mempresentasikan Roboboat kepada panitia untuk menjelaskan secara spesifik apa saja yang ada di kapal robot andalan mereka.
“Setelah melakukan presentasi, panitia sangat mengapresiasi kapal kami, karena mungkin dari segi bentuk yang sangat unik,” ujar Ahlan bangga.
Keesokan harinya, kapal dicoba kembali untuk percobaan terakhir, sebelum diadakan lomba yang sesungguhnya. Kapal mengalami masalah lebih besar, seperti masalah sensor hingga jaringan yang terputus di saat kapal sedang membaca misi yang disediakan panitia.
Keesokan harinya, waktu untuk pengujian dilaksanakan penilaian dari segi misi yang dijalankan hingga waktu yang ditentukan. Namun, Dewi Fortuna belum berpihak kepada tim UNDIP. Kapal kembali mengalami kendala. Terjadi keretakan, sehingga kapal pun bocor.
Dapal proses penilaian, ada dua gate di mana tim mendapatkan misi di Gate 1. Kapal berjalan lebih baik dan sensor berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, perubahan terjadi pada Roboboat dengan mengalami kemunduran waktu. Mungkin, karena teknologi yang memang terbatas dan tidak lebih baik dari peserta lain.
Waktu yang ada pun sangat tidak cukup untuk menambahkan poin yang ada dalam penilaian. Setelah diamati, tim UNDIP yang hanya menggunakan propeler kalah cepat dengan kapal peserta lain yang banyak menggunakan water jet.
“Untuk itu, kami masih pulang dengan tangan hampa dan memang kami harus mengakui teknologi yang mereka kembangkan sangat berbeda dengan tahun sebelumnya, dan memang penilaian yang cukup ketat membuat kami kewalahan untuk tahun ini,” kata Ahlan.
Kontes RoboBoat AUVSI 2014 akhirnya dimenangkan banyak universitas dari Amerika. Belajar dari pengalaman, semangat tim UNDIP tidak pupus dan mati. Mereka tetap bersemangat untuk kejayaan negeri dan kebanggaan bangsa.
“Diharapkan, Roboboat juga bisa terus menginspirasi seluruh mahasiswa, terutama mahasiswa UNDIP, untuk terus berkreasi, sehingga menghasilkan inovasi spektakuler dan mengagumkan serta bermanfaat bagi masyarakat luas,” pungkasnya.
♞ JMOL
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.