Jakarta ☆ Kecanggihan dan nilai battle proven kapal perang modern tidak terlepas dari persenjataan dan teknologi radarnya. Seperti radar Low Probability of Intercept (LPI), radar yang dirancang untuk menjadikan kapal sulit dideteksi kapal musuh.
Rata-rata teknologinya dari negara besar seperti Scout MK2 buatan Thales
Eropa, SPN 730 buatan Selex ES Inggris, dan negara-negara besar
lainnya.
Meski tertinggal dalam teknologi persenjataan, Indonesia ternyata sejak
2009 telah membuat radar canggih ini. Namanya LPI Radar-IRCS, radar
buatan PT Infra RCS Indonesia ini menggunakan teknologi Frequency Modulated Continuous Wave (FM-CW).
"Dengan teknologi ini maka daya pancar yang digunakan sangat rendah
yaitu di bawah 10 watt untuk dapat memperoleh jarak jangkauan radar yang
luas. Di Asia belum ada (produsen), apalagi di Asia Tenggara. Rata-rata
mereka menggunakan produk negara maju," ucap Technical Advisor PT Infra
RCS Indonesia, Dr Mashruri Wahab di Plaza Aminta, Jakarta Selatan.
Dengan menggunakan frekuensi X-band, Doopler speed bisa mencapai
maksimal 40 knot membuat radar LPI semakin penting untuk pengawasan
rahasia, pelacakan target, dan operasi siluman. Selain radar LPI, PT
Infra RCS Indonesia juga telah memproduksi Electronic Chart Display and Information System (ECDIS) dan Electronik Support Measures (ESM).
"Radar kami bersifat Low Probability of Intercept kita jual satu paket dengan ECDIS bisa juga dengan ESM. Alat ini cocok untuk electronic warfare.
Radar LPI dia hidup tapi tidak bisa dideteksi oleh musuh menggunakan
detektor yang disebut ESM. Keunggulan radar LPI, musuh akan melihat kita
sebagai kapal sipil," tutur Mashruri.
Selain untuk kapal laut, Radar LPI juga dikembangkan untuk wilayah
perairan seperti portable coastal radar yang bisa digunakan secara
mobile. Radar ini memiliki keunggulan yaitu ukuran lebih kecil,
jangkauan deteksi cukup jauh, dengan probabilitas rendah membuat radar
ini tidak mudah diketahui pihak lain.
"Sementara untuk di wilayah pantai untuk tahun ini kita sedang mengetes
radar coastal kerjasama dengan Dislitbang AL. Seperti kita tahu garis
pantai kita kan panjang jadi perlu sekali radar pengawas pantai. Karena
wilayah kita banyak lalu lintas kapal asing, lalu juga illegal fishing,
kecelakaan, penyelundupan dan lain-lain. Seperti di Maluku, Kalimantan,
dan lain-lain," ungkap pria lulusan sebuah universitas Australia ini.
Untuk komponen radar, menurut Mashruri, ada beberapa material masih
impor dari negara lain karena belum tersedia di dalam negeri. Ia
berharap adanya kebijakan dari pemerintah agar nilai komponen lokal
pembuatan radar tanah air bisa meningkat.
"Ada yang kita buat sendiri seperti software dan beberapa hardware. Dan memang untuk material ada yang kita impor ya karena di dalam negeri nggak ada," keluhnya.
Sementara di tempat yang sama, Direktur PT Infra RCS Indonesia, Wiwiek
Sarwi Astuti, mengatakan saat ini timnya masih berfokus untuk
mengembangkan radar Coastal dan ke depan akan mengembangkan Warship Electronic Chart Display and Information System (WECDIS).
"Untuk Infra ini kan punya misi untuk mendukung kemandirian bangsa
dalam produk-produk yang sifatnya strategis jadi produk seperti ini kita
usung untuk pelanggan atau end user di Indonesia. Sehingga kita support
lebih baik dan kita berikan pelatihan tentang penggunaan," jelas
Wiwiek.
Apakah akan mencoba menjual ke luar negeri? "Rencana ada, tapi masih
fokus untuk kebutuhan dalam negeri dulu. Kalau nggak kita akan
bergantung dengan negara lain terus dan ini menjadi tantangan bagi kami
untuk memajukan teknologi bangsa," jawab wanita berkerudung ini.(Muhammad Ali)
Menhan Sjafrie Tinjau Daerah Latihan di Nunukan, Kalimantan Utara
-
* Perisai Trisula Nusantara *
*[image:
https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2024/12/1734753359124-768x512.jpg]*
*Menhan Sjafrie meninjau daerah ...
52 menit yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.