Indovision menuding Telkomsel memiliki kepentingan vendor untuk memasarkan Telkomvision.
Teknisi telkomsel usai lakukan perawatan BTS di Karimun Jawa (Antara/ Rosa Panggabean)
VIVAnews - Indovision, anak usaha PT MNC Sky Vision merasa terancam dengan langkah operator telekomunikasi Telkomsel yang diduga berniat menggusur posisi lembaga penyiaran ini di frekuensi 2.5 Ghz.
Dalam rilis yang diterima VIVAnews, Indovision merasa terancam karena sudah lama tayang di frekuensi 2,5 Ghz, serta menanamkan investasi besar untuk infrastruktur di frekuensi itu. Sedangkan, Indovision mencermati para operator seluler tengah menghembuskan isu pengembangan LTE (Long Term Evolution) yang secara terang-terangan berniat menggusur pemanfaatan frekuensi tersebut.
"Kami telah mendengar niat Telkomsel yang hendak masuk ke frekuensi 2.5 Ghz dari sejumlah media," ujar Head of Corporate Secretary Indovision, Arya Mahendra Sinulingga (29/10).
Indovision yang menggenggam 70 persen pangsa pasar televisi berlangganan menyayangkan cara-cara yang digunakan operator seluler milik negara dalam memaksakan niatnya untuk masuk ke frekuensi 2.5 GHz.
"Apalagi, Telkomsel sebagai anak usaha Telkom, memiliki bisnis pay tv yakni TelkomVision. Sangat disayangkan bila usaha tersebut hanya jadi cara untuk menyaingi posisi Indovision yang merupakan TV berbayar terbesar di Indonesia," tegas Arya.
Sebagai pelopor di industri TV berbayar, Indovision mengaku telah lebih dari 10 tahun menggunakan frekuesi 2.5 GHz dan menayangkan berbagai konten melalui satelit Protostar II yang berada di frekuensi 2.5-2.6 GHz.
"Sebagai anak usaha BUMN, harusnya Telkomsel bersaing secara sehat, bukan gusur-menggusur. Kami bisa mengadukannya ke KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha)," imbuhnya.
Indovision mendesak pemerintah untuk bersikap tegas dan tidak tunduk pada kepentingan vendor semata. "Sudah bukan rahasia lagi, bahwa ngototnya berbagai operator untuk merampas frekuensi 2.5 GHz erat kaitannya dengan kepentingan vendor untuk memasarkan produknya."
Alasannya, Indovision mengklaim jika hanya dengan alasan untuk pengembangan LTE maka seharusnya tak perlu memaksakan diri di frekuensi yang sudah terisi oleh pengguna lain, mengingat LTE sendiri bersifat fleksibel dan bisa dikembangkan di frekuensi lain.
Indovision yang bernaung di bawah PT MNC Sky Vision mengaku mengambil sikap tegas lantaran memiliki public service obligation (PSO) terhadap lebih dari 750.000 pelanggan di seluruh penjuru tanah air. "Semua pihak harusnya bersikap fair. Apalagi Indovision merupakan bisnis murni milik putra bangsa, sedangkan Telkomsel, kita semua tahu milik siapa," pungkas Arya.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.