TNI ☆
PT Pindad (Persero), perusahaan milik negara yang memproduksi senjata, amunisi, dan kendaraan tempur menargetkan mampu membukukan penjualan sekitar Rp 3 triliun pada 2016, meningkat dibanding 2015 yang mencapai sekitar Rp2 triliun.
"Target penjualan 2016 menembus angka Rp3 triliun, sejalan dengan meningkatnya nilai kontrak pesanan senjata, amunisi dan kendaraan tempur," kata Direktur Utama Pindad Silmy Karim di sela peluncuran empat senjata baru Pindad di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis.
Keempat senjata baru yang peluncurannya disaksikan langsung Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu itu yaitu Senapan Serbu SS3, Senapan Serbu SS2 subsonic 5,66 mm, Sub Machine Gun dan Pistol G2 Premium.
Menurut Silmy, senjata baru yang merupakan hasil pengembangan produk dan inovasi Pindad itu mendapat perhatian dari sejumlah negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Tenggara.
Ia tidak merinci nama negara yang berpotensi memesan senjata yang dimaksud karena alasan masih dalam tahap negosiasi.
Namun tambahnya, selain pesanan senjata laras pendek dan laras panjang, sejumlah negara lainnya juga berminat memesan kendaraan tempur buatan Pindad.
"Pertumbuhan penjualan 2016 ini merupakan kelanjutan dari tahun 2015 yang didorong peningkatan kapasitas produksi sekitar 130 persen dari tahun sebelumnya," ujarnya.
Untuk merealisasikan pertumbuhan dan target penjualan itu, Pindad melakukan berbagai langkah strategis antara lain memperkuat lini bisnis, pengembangan serta melakukan beragam inovasi produk berorientasi masa depan.
Setiap tahun dikatakan Silmy, Pindad memproduksi sekitar 30.000-60.000 unit senjata laras pendek dan laras panjang.
"Selain memenuhi kebutuhan TNI-Polri yang mencapai 70 persen, Pindad juga terus menggenjot pasar ekspor yang saat ini masih berkisar sekitar 5 persen," katanya.
Dalam memenuhi pemesanan senjata, Pindad mengedepankan tiga hal yaitu prospek industri dalam negeri terkait dengan potensi pasar ekspor, hubungan luar negeri, dan kemudahan investasi.
"Polanya, kita bisa memproduksi di dalam negeri kemudian diambil oleh pemesan, atau diproduksi di negara importir dengan mengunakan fasilitas pabrik di sana," ujarnya.
Selain pesanan senjata dari dua negara Timur Tengah tersebut, sejumlah negara lainya juga berminat terhadap kendaraan tempur, munisi kaliber besar buatan Pindad.
Menurutnya, saat ini porsi penjualan terbesar Pindad masih berasal dari munisi yang mencapai 50 persen, selebihnya 30 persen dari kendaraan tempur dan 20 persen dari senjata.
Selain senjata laras panjang dan pendek dengan aksesoris, kendaraan tempur antara lain Paner Anoa 6x6, Panser Badak 4x4 dan Komodo, retrofit Tank AMX-13, Pindad juga melakukan ekspansi dengan memproduksi excavator yang akan diluncurkan pada Juni 2016.
PT Pindad (Persero), perusahaan milik negara yang memproduksi senjata, amunisi, dan kendaraan tempur menargetkan mampu membukukan penjualan sekitar Rp 3 triliun pada 2016, meningkat dibanding 2015 yang mencapai sekitar Rp2 triliun.
"Target penjualan 2016 menembus angka Rp3 triliun, sejalan dengan meningkatnya nilai kontrak pesanan senjata, amunisi dan kendaraan tempur," kata Direktur Utama Pindad Silmy Karim di sela peluncuran empat senjata baru Pindad di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis.
Keempat senjata baru yang peluncurannya disaksikan langsung Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu itu yaitu Senapan Serbu SS3, Senapan Serbu SS2 subsonic 5,66 mm, Sub Machine Gun dan Pistol G2 Premium.
Menurut Silmy, senjata baru yang merupakan hasil pengembangan produk dan inovasi Pindad itu mendapat perhatian dari sejumlah negara di Timur Tengah, Afrika dan Asia Tenggara.
Ia tidak merinci nama negara yang berpotensi memesan senjata yang dimaksud karena alasan masih dalam tahap negosiasi.
Namun tambahnya, selain pesanan senjata laras pendek dan laras panjang, sejumlah negara lainnya juga berminat memesan kendaraan tempur buatan Pindad.
"Pertumbuhan penjualan 2016 ini merupakan kelanjutan dari tahun 2015 yang didorong peningkatan kapasitas produksi sekitar 130 persen dari tahun sebelumnya," ujarnya.
Untuk merealisasikan pertumbuhan dan target penjualan itu, Pindad melakukan berbagai langkah strategis antara lain memperkuat lini bisnis, pengembangan serta melakukan beragam inovasi produk berorientasi masa depan.
Setiap tahun dikatakan Silmy, Pindad memproduksi sekitar 30.000-60.000 unit senjata laras pendek dan laras panjang.
"Selain memenuhi kebutuhan TNI-Polri yang mencapai 70 persen, Pindad juga terus menggenjot pasar ekspor yang saat ini masih berkisar sekitar 5 persen," katanya.
Dalam memenuhi pemesanan senjata, Pindad mengedepankan tiga hal yaitu prospek industri dalam negeri terkait dengan potensi pasar ekspor, hubungan luar negeri, dan kemudahan investasi.
"Polanya, kita bisa memproduksi di dalam negeri kemudian diambil oleh pemesan, atau diproduksi di negara importir dengan mengunakan fasilitas pabrik di sana," ujarnya.
Selain pesanan senjata dari dua negara Timur Tengah tersebut, sejumlah negara lainya juga berminat terhadap kendaraan tempur, munisi kaliber besar buatan Pindad.
Menurutnya, saat ini porsi penjualan terbesar Pindad masih berasal dari munisi yang mencapai 50 persen, selebihnya 30 persen dari kendaraan tempur dan 20 persen dari senjata.
Selain senjata laras panjang dan pendek dengan aksesoris, kendaraan tempur antara lain Paner Anoa 6x6, Panser Badak 4x4 dan Komodo, retrofit Tank AMX-13, Pindad juga melakukan ekspansi dengan memproduksi excavator yang akan diluncurkan pada Juni 2016.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.