Bogor (ANTARA News) - Dana untuk membangun Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza, Palestina murni berasal dari sumbangan rakyat Indonesia, kata Joserizal Jurnalis dari "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia.
"Sampai saat ini, seluruh dana untuk pembangunan RS Indonesia di Gaza itu tidak ada dana pemerintah maupun dana bantuan asing," katanya kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Ia menjelaskan pembangunan fisik RS Indonesia tersebut, yang kini memasuki tahap membangun lantai dua, membutuhkan total dana Rp30 miliar.
"Sampai dengan pertengahan Juli 2012, telah terkumpul donasi rakyat Indonesia dari berbagai kalangan sebesar Rp22,8 miliar," kata dr. Joserizal Jurnalis, Sp.B.O.
Terkait dengan pembangunan lanjutan itu, kata dia, MER-C Indonesia kembali mengirimkan sebanyak empat relawan dari divisi konstruksi pada Jumat malam (20/7) berangkat ke Gaza.
Mereka adalah Wanto, Sariyo, Sumadi, dan Mulyadi, yang semuanya merupakan tim teknik, untuk memulai pembangunan tahap kedua RS Indonesia di Jalur Gaza.
Ia menjelaskan pembangunan tahap dua itu akan meliputi pekerjaan arsitektur dan ME (mekanikal-elektrikal) rumah sakit.
"Keberangkatan para relawan insinyur dan teknis ke Gaza ini juga merupakan bukti komitmen `jihad para profesional`," katanya..
Relawan yang semuanya berasal dari Pesantren Al Fatah, Cileungsi, Kabupaten Bogor itu mengaku sudah mendaftar untuk mengikuti misi pembangunan RS Indonesia ke Palestina sejak tahun 2009.
Joserizal Jurnalis mengatakan bahwa pihaknya sebenarnya telah mengirimkan surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait dengan pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina.
Dalam surat itu MER-C antara lain menanyakan tentang wacana `cardiac center` di Gaza yang digelar sepanjang tahun 2009--2010 dalam perbincangan interdep.
Disebutkan pula bahwa wacana mengenai Bank Pembangunan Islam (IDB) dilontarkan pertama kali oleh Ketua BKSAP DPR RI Hidayat Nurwahid pada pertemuan 9 Agustus 2010 di Senayan.
Kemudian, muncul lagi pada rapat interdep 26 Agustus 2010. Namun, dalam pembicaraan tersebut IDB dibahas dalam konteks sebagai lembaga yang akan menfasilitasi pengiriman dana pembanguan RS Indonesia yang berasal dari pemerintah Indonesia, dan bukan sebagai pelaksana program.
"Untuk itu, kami menduga keras pembangunan `cardiac center` yang akan bertempat di komplek RS Shifa (Gaza City) adalah proyek IDB (berupa bangunan belum siap) yang sudah ada sejak sebelum agresi Israel akhir tahun 2008 dan pembangunannya terlantar hingga kini," katanya.
Meski demikian, kata Joserizal, MER-C akan tetap melanjutkan pembangunan RS Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara meskipun pemerintah Indonesia "sudah mengalihkan" bantuan dari program itu.
"Hal ini kami lakukan semata-mata dalam rangka menyalurkan amanah dana dari rakyat Indonesia," katanya.(A035)
Sumber : Antara
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.