Gamelan sudah pasti bukan istilah asing di telinga kita. Apalagi, kini, kita sedang gempar-gemparnya pelestarian budaya Indonesia agar tidak dicuri oleh orang asing. Alat musik yang dikembangkan sejak zaman kerajaan Majapahit ini merupakan serangkaian dari beberapa alat musik tradisional, seperti kendang, bonang, bonang penerus, demung, saron, peking, kenong dan kethuk, slenthem, gender, gong, gambang, rebab, siter, suling, serta kempul yang dibunyikan secara bersamaan.
Kata gamelan berasal dari bahasa Jawa ”gamel” yang berarti memukul/menabuh, diikuti akhiran ”-an” yang menjadikannya kata benda.
Meskipun hanya dikembangkan di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok, tidak sedikit masyarakat di dunia ingin memainkan gamelan. Terbukti di negeri Paman Sam terdapat American Gamelan Institute. Lembaga itu didirikan tahun 1981 di California, Amerika Serikat, khusus untuk mendokumentasikan pertunjukan seni gamelan.
Namun, gamelan bukanlah alat musik favorit masyarakat yang dapat dimainkan di mana saja dan kapan saja, seperti gitar, harmonika, dan pianika. Kisaran harga Rp 85.000.000 untuk satu set gamelan kuningan dengan berat lebih kurang 3 ton menjadikan alasan mengapa sedikit orang yang memiliki dan memainkan gamelan. Dewasa ini gamelan hanyalah sebuah nama dan budaya yang tercatat, tetapi secara aplikasi sudah punah di telinga kita.
Ide kreatif
Era modernisasi merupakan era di mana teknologi yang berkembang pesat dapat mengatasi kesulitan manusia dalam melakukan banyak hal, termasuk memudahkan masyarakat memainkan alat musik yang kurang praktis.
Pada 2011, munculah ide kreatif dan inovatif dari Reza Hadafi, Afrizal, Aang Pamuji, Farandi Kusumo, dan Respati Loy Amanda. Mereka adalah mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, yang dapat memperkenalkan gamelan kepada masyarakat luas secara praktis, efisien, dan ekonomis, yaitu dengan menciptakan software Gatoel (Gamelan Toetoel) pada OS Android.
Hanya bermodalkan perangkat telepon pintar, dengan Gatoel kita dapat memainkan tujuh macam alat musik gamelan, yaitu demung, saron, peking, slentem, kempul, bonang penerus, dan bonang barung dengan dua macam tangga nada, yaitu pelog dan slendro. Cara memainkannya adalah dengan mengeklik gambar macam alat musik yang kita inginkan, kemudian akan muncul suara dari alat musik yang kita tekan tersebut.
Peranti lunak (software) yang dikembangkan oleh Laboratorium B201 Computer and Telematics Engineering Teknik Elektro ITS ini memiliki tampilan berupa gambar tiga dimensi yang menyerupai gamelan asli agar menarik banyak pengguna.
”Jadi, para pengguna bisa merasakan bermain gamelan yang sebenarnya memainkan Gatoel ini,” tutur Aang. Sangat menarik. Kita bisa memainkan alat musik tradisional tanpa harus memiliki alatnya. Cukup memiliki Peranti lunaknya saja
Untuk inovasi selanjutnya, program yang menjadi finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Ke-25 yang diselenggarakan Juli ini akan dibuat aplikasi berupa game. ”Kalau sekarang ada Guitar Hero, selanjutnya mungkin akan ada Gatoel Hero,” lanjut Aang.
Dengan mudah dan tanpa dipungut biaya, kita dapat mencicipi aplikasi Gatoel dengan mengunduhnya pada alamat http://bit.ly/OIjFMj.
Pastikan tidak ada yang menghalangi kita dalam melestarikan kebudayaan Indonesia. (RESPATI LOY AMANDA, Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Jawa Timur)
Sumber : Kompas
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.