JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi VII, Dewi Aryani mengatakan, negara ini lemah dalam mengelola potensi energi yang ada, dan impor elpiji menjadi beban tersendiri karena permintaan makin meningkat sementara produksi dalam negeri tidak pernah terpenuhi.
Hal ini terkait rencana PT Pertamina (Persero), yang akan mengimpor 2,08 juta metrik ton elpiji dari sejumlah negara sepanjang tahun ini, atau sekitar 43,78% dari total kebutuhan elpiji domestik sebesar 4,75 juta metrik ton.
"Sebenarnya mengindikasikan bahwa kegiatan ekonomi dan sosial kemasyarakatan (tuntutan jaman) semakin meningkat tapi pemerintah belum mampu mengimbangi dengan supply yang sesuai dan berimbang," ungkapnya saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (17/7/2012).
Menurutnya, total kebutuhan elpiji sebesar 4,75 juta ton, sementara elpiji yang diproduksi di kilang pertamina hanya 765 ribu ton, dan kilang swasta 1,9 juta ton.
Modernisasi peralatan rumah tangga dan semua sektor menjadi amat tergantung dengan penggunaan elpiji. "Seharusnya pemerintah menghitung tren kebutuhan ini," paparnya.
Menurut Dewi, apabila ada rencana menekan impor, harus diimbangi dengan peningkatan produksi dalam negeri. Penambahan kilang mungkin belum perlu.
"Yang penting justru bagaimana memaksimalkan blending plant yang sudah ada dan kapasitas produksinya belum maksimal.jadi memanfaatkan kapasitas yg ada dulu," jelas Dewi.
Sumber : Kompas
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.