Ilustrasi |
Mereka terlihat serius belajar membatik. Para mahasiswa asing itu saat ini menjalani pendidikan antara lain di Universitas Airlangga, IKIP Budi Utomo, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Menurut Ali Imron, kordinator pelatihan membatik, Kamis (26/4/2012), dengan pelatihan itu diharapkan para mahasiswa bisa menularkan ilmu membatik itu di negara masing-masing.
"Mereka berasal dari berbagai negara. Ada yang dari Thailand, Perancis, Vietnam, Uganda, Azerbaijan, Filipina, Hongaria, Jepang, Kenya dan Jerman," papar Sekretaris Jurusan (Sekjur) Bahasa Indonesia di Polinema itu, saat ditemui Kompas.com di sela-sela kegiatan.
Selain untuk lebih mengenalkan batik di level dunia internasional, juga agar budaya asli Indonesia itu tetap terjaga dan tetap dilestarikan oleh warga Indonesia sendiri.
"Warga asing saja ingin belajar membatik apalagi warga Indonesia sendiri. harus malu dong," katanya.
Dalam budaya membatik itu jelas Ali, juga terdapat nilai-nilai budaya khas Indonesia yang sangat kental. "Membatik itu warisan budaya yang harus dilestarikan oleh gerasi selanjutnya. Karena lemah warga Indonesia itu lupa akan budayanya sendiri," ujarnya.
Salah seorang peserta asal Filipina, Johana, mengaku sangat senang bisa mengikuti pelatihan itu. "Saya bangga bisa diberi kesempatan belajar membatik. Karena membatik merupakan seni yang cukup bernilai," akunya.
Pelajaran membatik itu diawali dengan pembuatan sket, penulisan dengan canting, hingga mengatur pewarnaan yang serasi dan menarik."Untuk pembuatan sket, saya menggambar peta Filipina yang saya buat dalam gambar dengan ciri khas batik. Lumayan hasilnya juga menarik, walaupun belum sempurna," kata Johana.
• KOMPAS.com
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.