Kampus ITS, ITS Online - ''ITS
menjadi leader Konsorsium Pengembangan Kapal Perang Nasional,'' ujar
Subchan MSc PhD, salah satu anggota dari tim riset kapal perang. Dengan
digarap oleh dosen dari beberapa jurusan di ITS, riset kapal perang ini
ditargetkan akan selesai dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.
ITS
tak bekerja sendiri, mengingat riset ini adalah riset nasional, maka
ITS dibantu oleh beberapa perguruan tinggi negeri lain. Yaitu Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Indonesia (UI),
Universitas Negeri Surabaya (UNS), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan
Akademi Angkatan Laut (AAL).
Tak
hanya itu, sejumlah perusahaan besar pun turut bekerja sama guna
merealisasikan kapal perang tersebut. Seperti PT PAL Indonesia, PT
Terafulk Group dan PT Len Industri. ''Harapannya nanti kapal perang ini
dapat diproduksi di Indonesia dalam jumlah besar,'' imbuh Subchan.
Konsorsium
ini bermula dari workshop inisiasi bidang kapal perang yang
dilaksanakan Agustus 2011 lalu. Dari workshop itulah ITS mengambil
langkah lebih lanjut terkait penelitian kapal perang tersebut. Termasuk
pembuatan proposal untuk kemudian diajukan ke pemerintah. ''Pembuatan
proposal untuk konsorsium ini telah selesai sejak akhir tahun 2011,''
ungkap Hendro Nurhadi Dipl Ing PhD, Ketua KPKPN. Baru seteleh itu,
digelar workshop nasional bidang kapal perang pada akhir Februari lalu.
Penggarapan
kapal perang ini dibagi menjadi tujuh kelompok kerja berdasarkan bagian
kelengkapan kapal. Ketujuh kelompok kerja tersebut masing-masing
menangani karakterisasi komposit, metalurgi fisik, ship standard, auto
pilot, steering control, material untuk radar dan Combat Material System
(CMS). Dari pembagian tersebut, UNS akan turut membantu dalam pembuatan
karakterisasi komposit. Sedangkan metalurgi fisik ditangani oleh Prof
Dr Ir Bondan Tiara Sofyan dari UI.
"Kapal
perang tersebut akan dilengkapi dengan prosessor persenjataan, sehingga
dapat membentuk suatu armada,'' papar Prof Dr Ir Gamantyo Hendrantoro
MEng saat ditemui dalam konferensi pers diskusi ilmiah di Nasdec (22/2).
Gamantyo juga menerangkan bahwa selama ini Indonesia hanya membeli
kapal dari luar negeri.
Kapal
yang dibeli itupun merupakan produk lama. Oleh karena itu, sangat
disayangkan jika Indonesia terus menerus bergantung pada negeri lain
padahal potensi dalam negeri sangat besar.
Kapal Perang Anti Radar
Keunggulan
kapal perang ini yaitu dibuat dengan material anti radar. ''Anti radar
baru pertama kali diterapkan di pesawat tempur Amerika. Konon wartawan
tidak bisa mendekat dari jarak 100 meter,'' jelas Drs Mochamad Zainuri
MSi yang juga ditemui saat konferensi pers diskusi ilmiah di Nasdec
(22/2).
Zainuri
yang telah meneliti bahan anti radar sejak tahun 2005 itu mengungkapkan
bahwa material anti radar yang digunakan pada kapal tersebut dibuat dari
pasir besi. Hingga saat ini, material tersebut telah berhasil dibuat
dan dapat menyerap radar hingga 99 persen.
Pembuatan
kapal perang ini juga tak lepas dari campur tangan mahasiswa. Beberapa
mahasiswa semester akhir pun turut meneliti bidang pertahanan melalui
Tugas Akhir (TA) yang mereka buat. Selain itu, program Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) pun menjadi ajang mahasiswa mengangkat
penelitian seputar kapal perang.
Tak
hanya konsen di pembuatan kapal perang. Di bidang pertahanan, ITS pun
terlibat dalam Komite Kebijakan Industri dan Pertahanan (KKIP). Salah
satu tugasnya yaitu merevitalisasi industri pertahanan yang hampir
kolaps. KKIP juga bertugas untuk membuat kebijakan lain di industri
pertahanan. Seperti keinginan pemerintah untuk bekerja sama dengan Cina
membangun industri roket di Indonesia. (sha/fz)
• ITS
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.