OECD menganggap Indonesia memiliki modal besar menjadi 10 besar dunia.
Indonesia diprediksi masuk jajaran 10 besar negara dengan skala
ekonomi terbesar di dunia. Untuk mencapai impian tersebut, Indonesia
diminta tidak hanya membentangkan "sayap"nya, tapi harus dapat terbang
tinggi menembus tantangan dan hambatan yang mengadang.
"Saat ini, 'Garuda' sedang membentangkan sayap. Tapi, jangan hanya terbang, tapi harus dapat melanglang buana," ungkap Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), Angel Gurria, di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis 27 September 2012.
Indonesia dinilai telah memiliki modal dasar dalam mencapai impian tersebut yaitu, mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan yang kuat dan stabil selama 10 tahun terakhir di kisaran 5-6,6 persen.
Selain itu, Indonesia sudah mampu membuktikan kualitasnya, karena berhasil melewati krisis ekonomi global dengan dampak relatif minim. "Kemiskinan di Indonesia juga turun dengan signifikan," tambahnya.
Meski demikian, Gurria mengakui, Indonesia masih memiliki sejumlah tantangan yang harus segera diselesaikan. Tantangan itu berupa peningkatan produktivitas anggaran, mengurangi subsidi energi, dan meningkatkan penerimaan pajak guna pengembangan infrastruktur utama sebagai alat penarik investasi.
Selain itu, Gurria melanjutkan, peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi poin utama terwujudnya ekonomi yang kuat. "Intinya, memastikan pertumbuhan ke depan inklusif dan berkelanjutan," tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, mengaku sependapat dengan OECD. Pemerintah akan memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan akan inklusif.
Upaya yang dilakukan di antaranya memastikan ketimpangan pendapatan di masyarakat atau gini rasio dapat diseimbangkan. "Sehingga, pemerataan pertumbuhan ekonomi dapat terwujud," ujarnya.
Ekstensifikasi pajak juga terus dilakukan pemerintah. Walaupun diakui, upaya itu memerlukan tenaga ekstra, khususnya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.
"Jadi, kalau bisa menyelaraskan dengan sistem yang progresif, yaitu yang makin kaya makin tinggi, tentu itu akan meningkatkan kualitas perpajakan," tambahnya.
Paket-paket insentif pajak bagi investasi baru juga terus disosialisasikan pemerintah. Upaya itu dilakukan dengan penuh kehati-hatian agar fasilitas tersebut jatuh kepada investasi yang memiliki nilai tambah bagi negara.
"Jangan hanya menawar-nawarkan pajak, karena pajak itu ibarat keju. Kalau kejunya itu bolong-bolong, nanti yang terjadi penerimaan negara tidak memadai," ungkapnya. (art)
"Saat ini, 'Garuda' sedang membentangkan sayap. Tapi, jangan hanya terbang, tapi harus dapat melanglang buana," ungkap Sekretaris Jenderal Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), Angel Gurria, di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis 27 September 2012.
Indonesia dinilai telah memiliki modal dasar dalam mencapai impian tersebut yaitu, mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan yang kuat dan stabil selama 10 tahun terakhir di kisaran 5-6,6 persen.
Selain itu, Indonesia sudah mampu membuktikan kualitasnya, karena berhasil melewati krisis ekonomi global dengan dampak relatif minim. "Kemiskinan di Indonesia juga turun dengan signifikan," tambahnya.
Meski demikian, Gurria mengakui, Indonesia masih memiliki sejumlah tantangan yang harus segera diselesaikan. Tantangan itu berupa peningkatan produktivitas anggaran, mengurangi subsidi energi, dan meningkatkan penerimaan pajak guna pengembangan infrastruktur utama sebagai alat penarik investasi.
Selain itu, Gurria melanjutkan, peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas menjadi poin utama terwujudnya ekonomi yang kuat. "Intinya, memastikan pertumbuhan ke depan inklusif dan berkelanjutan," tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan, Agus Martowardojo, mengaku sependapat dengan OECD. Pemerintah akan memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan akan inklusif.
Upaya yang dilakukan di antaranya memastikan ketimpangan pendapatan di masyarakat atau gini rasio dapat diseimbangkan. "Sehingga, pemerataan pertumbuhan ekonomi dapat terwujud," ujarnya.
Ekstensifikasi pajak juga terus dilakukan pemerintah. Walaupun diakui, upaya itu memerlukan tenaga ekstra, khususnya dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.
"Jadi, kalau bisa menyelaraskan dengan sistem yang progresif, yaitu yang makin kaya makin tinggi, tentu itu akan meningkatkan kualitas perpajakan," tambahnya.
Paket-paket insentif pajak bagi investasi baru juga terus disosialisasikan pemerintah. Upaya itu dilakukan dengan penuh kehati-hatian agar fasilitas tersebut jatuh kepada investasi yang memiliki nilai tambah bagi negara.
"Jangan hanya menawar-nawarkan pajak, karena pajak itu ibarat keju. Kalau kejunya itu bolong-bolong, nanti yang terjadi penerimaan negara tidak memadai," ungkapnya. (art)
1 komentar:
Salut persiapan dr pelabuhan laut indonesia sdh diperbaiki kualitasnya, alat angkut(kapal laut) hrs segera disiapkan, perikanan laut maupun darat disiapkan, SDM masyarakat utk menyongsong modernisasi pabrikasi hrs dibuka didaerah2(BKL,smk) dan daerah2 saling membenahi diri utk kemajuan yg kita hadapi. Slamat bekerja2 dan bekerja...Jayalah NKRI
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.