blog-indonesia.com

Jumat, 28 September 2012

Batan nilai banyak wilayah Indonesia stabil untuk PLTN

http://img.antaranews.com/new/2011/01/thumb/20110118021131nuklir-reaktor-rk.jpgJakarta - Tidak semua wilayah Indonesia berada di "ring of fire" atau cincin api yang rentan terhadap gempa dan tsunami, sebaliknya banyak yang cukup stabil bagi berdirinya sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

"Wilayah nusantara memang banyak yang dilewati ring of fire seperti di barat Sumatera atau di selatan Jawa, tapi banyak juga lokasi yang tak terpengaruh oleh cincin api itu dan cukup stabil," kata Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot S Wisnubroto di sela Seminar "Impact of Earthquake and Tsunami to NPP" di Jakarta, Kamis.

Saat ini, ujar Djarot yang baru dilantik sebagai kepala Batan beberapa waktu lalu, pihaknya masih mengkaji Pulau Bangka di timur Sumatera yang saat ini dinilai sebagai salah satu wilayah yang cukup stabil.

"Namun pengkajiannya masih berjalan dan dijadwalkan baru selesai pada akhir 2013," tambah Kepala Pusat Pengembangan Energi Nuklir Batan Sarwiyana Sastranegara.

Kalimantan dan banyak wilayah lain, ia mengakui memang sangat stabil namun PLTN dengan kemampuannya membangkitkan energi rata-rata 1.000 MW per unit hanya dipasang di wilayah yang masyarakatnya membutuhkan listrik skala besar seperti Jawa-Sumatera.

Ia mengatakan, selama bertahun-tahun Indonesia merdeka, baru memiliki energi listrik 35 ribu MW, padahal pada 2025 Indonesia dituntut memiliki energi listrik berkapasitas 115 ribu MW.

"Dari manakah selisih sebesar ini didapatkan? Tidak mungkin hanya mengandalkan energi fosil, apalagi energi alternatif seperti energi surya dan angin," katanya.

Perlu diketahui, lanjut Sarwiyana, hanya 10 persen energi listrik Jepang berasal dari energi alternatif, dimana 9 persen di antaranya merupakan energi air, sedangkan energi surya, angin dan lainnya hanya 1 persen.

Dikatakan Djarot, ukuran tingkat kemakmuran suatu negara sebanding dengan konsumsi energi per kapita dimana energi per kapita Indonesia saat ini hanya 591 kWh/kapita, sangat rendah dibanding Malaysia 3.490 kWh/kapita, Thailand 2.079 kWh/kapita bahkan Vietnam 799 kWh/kapita.

Selain faktor tapak yang stabil, tambahnya, teknologi PLTN yang akan dipakai Indoneia harus berbeda dengan teknologi yang digunakan di Fukushima Jepang, apalagi Chernobyl yang masih menggunakan teknologi usang.(D009/Z003)

© Antara

1 komentar:

Dari dulu cuma penelitian sja pak, gak bangun bangun mana bsa jadi

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More