Roll Out N219 PT DI ☆
PT Dirgantara Indonesia secara resmi telah memperkenalkan pesawat N219 di Bandung, Rabu (10/12/2015).
Menurut Utusan Khusus Indonesia untuk Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), Indroyono Soesilo, pesawat N219 menjadi bukti berlanjutnya kemampuan insinyur Indonesia dalam teknologi penerbangan.
"N219 sekaligus menjadi sumbangsih terakhir engineer dirgantara Indonesia di era awal, dari 1970an dan 1980an," kata Indroyono, saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (10/12/2015).
Indroyono melanjutkan, N219 memang didesain sebagai pesawat yang cocok untuk antarpulau. Ini disesuaikan dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan.
"Ini rancang bangunnya buatan asli Indonesia. System integrity, navigasi, dan lainnya," kata Indroyono.
Meski dianggap sebagai sumbangsih terakhir insinyur Indonesia di era awal, namun Indroyono berharap proses "kaderisasi" dan transfer ilmu terus berjalan di PT DI.
Indroyono juga berharap lulusan PT DI yang kini menjadi diaspora dan tersebar bekerja di perusahaan pembuat pesawat top seperti Boeing, Bombardier, Bell, atau ATR, menurunkan kemampuannya ke junior mereka di PT DI.
Apalagi, para insinyur yang kini menjadi diaspora Indonesia di luar negeri itu banyak yang menjadi ahli spesialis dalam teknologi penerbangan.
"Harus diturunkan ke yang muda. Kalau tidak, kemampuan Indonesia bikin pesawat terbang akan habis," tutur mantan Menteri Koordinator Kemaritiman itu.
"Kalau tidak diturunkan, kemampuan rancang bangun bangsa kita akan hilang," ucapnya.
PT Dirgantara Indonesia secara resmi telah memperkenalkan pesawat N219 di Bandung, Rabu (10/12/2015).
Menurut Utusan Khusus Indonesia untuk Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), Indroyono Soesilo, pesawat N219 menjadi bukti berlanjutnya kemampuan insinyur Indonesia dalam teknologi penerbangan.
"N219 sekaligus menjadi sumbangsih terakhir engineer dirgantara Indonesia di era awal, dari 1970an dan 1980an," kata Indroyono, saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (10/12/2015).
Indroyono melanjutkan, N219 memang didesain sebagai pesawat yang cocok untuk antarpulau. Ini disesuaikan dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan.
"Ini rancang bangunnya buatan asli Indonesia. System integrity, navigasi, dan lainnya," kata Indroyono.
Meski dianggap sebagai sumbangsih terakhir insinyur Indonesia di era awal, namun Indroyono berharap proses "kaderisasi" dan transfer ilmu terus berjalan di PT DI.
Indroyono juga berharap lulusan PT DI yang kini menjadi diaspora dan tersebar bekerja di perusahaan pembuat pesawat top seperti Boeing, Bombardier, Bell, atau ATR, menurunkan kemampuannya ke junior mereka di PT DI.
Apalagi, para insinyur yang kini menjadi diaspora Indonesia di luar negeri itu banyak yang menjadi ahli spesialis dalam teknologi penerbangan.
"Harus diturunkan ke yang muda. Kalau tidak, kemampuan Indonesia bikin pesawat terbang akan habis," tutur mantan Menteri Koordinator Kemaritiman itu.
"Kalau tidak diturunkan, kemampuan rancang bangun bangsa kita akan hilang," ucapnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.