Pupuk Indonesia |
TEMPO.CO, Jakarta
- Induk Perusahaan Pupuk Indonesia melirik batu bara untuk bahan bakar
produksi PT Pupuk Iskandar Muda di Aceh. "Pabrik di Aceh tidak
beroperasi karena kesulitan pasokan bahan bakar gas," kata Direktur
Pemasaran Pupuk Indonesia, Bambang Cahyono, di Jakarta, Kamis.
Bambang mengatakan, pabrik milik anak perusahaan di Aceh hanya beroperasi satu dari tiga pabrik yang ada. Padahal, jika semuanya berfungsi, pabrik pelat merah ini akan bisa memasok hingga 1 juta ton pupuk. Kedua pabrik ini ditutup karena kekurangan pasokan gas. Ketika membeli gas, Bambang menuturkan, pihaknya menggunakan harga yang sama dengan pasar internasional, yakni sebesar US$ 5-8 per MMBTU.
Menurut Bambang, untuk mengatasi kekurangan itu, pihaknya mencoba melirik bahan bakar batu bara. Saat ini holding pupuk tersebut melihat beberapa kemungkinan untuk mendapatkan batu bara. Ada dua kemungkinan yang sekarang sedang dipelajari.
Kemungkinan pertama, kata Bambang, adalah dengan pembangunan shelter tambang batubara. "Kedua joint venture dengan PT Bukit Asam," kata Bambang. Ia mencoba mencermati peluang bersinergi dengan sesama perusahaan pelat merah di Muara Enim, Sumatera Selatan itu.
Selain soal batu bara, Pupuk Indonesia berencana membuat empat pabrik baru. PT Pupuk Kaltim mendirikan pabrik baru di Kalimantan Timur yang sedang dalam tahap pembangunan. Kemudian disusul pabrik baru PT Pupuk Sriwijaya di Palembang di akhir tahun 2012. Setelah itu, disusul pabrik lainnya yang bakal berdiri di lahan milik PT Pupuk Kujang di Bojonegoro dan lahan milik PT Petrokimia Gresik di Gresik.[SUNDARI]
Bambang mengatakan, pabrik milik anak perusahaan di Aceh hanya beroperasi satu dari tiga pabrik yang ada. Padahal, jika semuanya berfungsi, pabrik pelat merah ini akan bisa memasok hingga 1 juta ton pupuk. Kedua pabrik ini ditutup karena kekurangan pasokan gas. Ketika membeli gas, Bambang menuturkan, pihaknya menggunakan harga yang sama dengan pasar internasional, yakni sebesar US$ 5-8 per MMBTU.
Menurut Bambang, untuk mengatasi kekurangan itu, pihaknya mencoba melirik bahan bakar batu bara. Saat ini holding pupuk tersebut melihat beberapa kemungkinan untuk mendapatkan batu bara. Ada dua kemungkinan yang sekarang sedang dipelajari.
Kemungkinan pertama, kata Bambang, adalah dengan pembangunan shelter tambang batubara. "Kedua joint venture dengan PT Bukit Asam," kata Bambang. Ia mencoba mencermati peluang bersinergi dengan sesama perusahaan pelat merah di Muara Enim, Sumatera Selatan itu.
Selain soal batu bara, Pupuk Indonesia berencana membuat empat pabrik baru. PT Pupuk Kaltim mendirikan pabrik baru di Kalimantan Timur yang sedang dalam tahap pembangunan. Kemudian disusul pabrik baru PT Pupuk Sriwijaya di Palembang di akhir tahun 2012. Setelah itu, disusul pabrik lainnya yang bakal berdiri di lahan milik PT Pupuk Kujang di Bojonegoro dan lahan milik PT Petrokimia Gresik di Gresik.[SUNDARI]
♣ TEMPO.CO
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.