Ilustrasi--Dua peneliti dari Balai Arkeologi Denpasar melakukan pengukuran di bekas-bekas candi yang ditemukan di Kelurahan Penatih, Denpasar, Selasa (23/10). Arkeolog memperkirakan candi tanpa ukiran tersebut dibangun abad 13 sampai 15 Masehi. (ANTARA/Nyoman Budhiana) ★
Arkeolog dari Balai Besar Arkeologi Denpasar, Bali, menemukan tumpukan sisa-sisa candi yang dibangun pada abad ke-14 di Pura Gelang Agung, Banjar Buangga, Kecamatan Petang, Badung.
Kepala Balai Besar Arkeologi Denpasar I Gusti Made Suarbhawa di Mangupura, Senin, menjelaskan peneliti menemukan tumpukan batu padas yang tersusun rapi di kedalaman satu hingga 1,5 meter di tiga titik galian.
Tumpukan batu padas pertama ditemukan menjulur dari bawah bangunan pura, tepat di depan gedong arca di lokasi tersebut, dan yang kedua ada di sisi timur gedong arca.
Di tempat penggalian terakhir di sisi timur pura, di samping tembok panyengker atau pembatas, juga ditemukan beberapa tumpukan batu padas.
"Di galian ketiga ini banyak batu padas dalam kondisi tidak utuh," ujarnya.
Suarbhawa menduga ada yang merusak tumpukan batu padas itu. "Tim juga menemukan banyak batu padas rusak karena diambil oleh masyarakat sekitar untuk pembangunan tembok panyengker," ujarnya.
Para arkeolog belum bisa mengetahui bentuk candi tersebut. Saat ini para peneliti masih fokus melakukan pengukuran dan mengumpulkan data.
"Saat ini kami fokus mendata, mengukur dan mendokumentasikan setiap temuan," katanya.
Ia menjelaskan penelitian yang dilakukan 18-31 Maret 2016 itu merupakan lanjutan dari penemuan arca, uang kepeng, sarkopagus dan tumpukan batu padas di tempat yang sama. Ia menambahkan penelitian di lokasi penggalian sementara dihentikan dan akan dilanjutkan lagi tahun depan.
Arkeolog dari Balai Besar Arkeologi Denpasar, Bali, menemukan tumpukan sisa-sisa candi yang dibangun pada abad ke-14 di Pura Gelang Agung, Banjar Buangga, Kecamatan Petang, Badung.
Kepala Balai Besar Arkeologi Denpasar I Gusti Made Suarbhawa di Mangupura, Senin, menjelaskan peneliti menemukan tumpukan batu padas yang tersusun rapi di kedalaman satu hingga 1,5 meter di tiga titik galian.
Tumpukan batu padas pertama ditemukan menjulur dari bawah bangunan pura, tepat di depan gedong arca di lokasi tersebut, dan yang kedua ada di sisi timur gedong arca.
Di tempat penggalian terakhir di sisi timur pura, di samping tembok panyengker atau pembatas, juga ditemukan beberapa tumpukan batu padas.
"Di galian ketiga ini banyak batu padas dalam kondisi tidak utuh," ujarnya.
Suarbhawa menduga ada yang merusak tumpukan batu padas itu. "Tim juga menemukan banyak batu padas rusak karena diambil oleh masyarakat sekitar untuk pembangunan tembok panyengker," ujarnya.
Para arkeolog belum bisa mengetahui bentuk candi tersebut. Saat ini para peneliti masih fokus melakukan pengukuran dan mengumpulkan data.
"Saat ini kami fokus mendata, mengukur dan mendokumentasikan setiap temuan," katanya.
Ia menjelaskan penelitian yang dilakukan 18-31 Maret 2016 itu merupakan lanjutan dari penemuan arca, uang kepeng, sarkopagus dan tumpukan batu padas di tempat yang sama. Ia menambahkan penelitian di lokasi penggalian sementara dihentikan dan akan dilanjutkan lagi tahun depan.
★ antara
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.