Jakarta ♞ PT Pertamina (Persero) menyiapkan lahan seluas 450 hektare area (ha) di Plaju Sumatera Selatan untuk pembangunan komplek industri petrokimia yang menelan investasi US$ 5 miliar.
Direktur Pengolahan Pertamina Chrisna Damayanto mengatakan, dalam pembangunan dan pengembangan komplek petrokimia tersebut Pertamina menggandeng produsen petrokimia Thailand, PTT Global Chemical Public Company Limited dengan membuat anak usaha patungan, dengan saham mayoritas Pertamina.
"51% saham Pertamina. Sisanya 49% dimiliki PTT," kata Chrisna di kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (10/12/2013).
Krisna mengaku pembangunan komplek petrokimia di Plaju tersebut didirikan di atas lahan milik Pertamina sehingga tidak perlu melakukan pembebasan tanah.
Nilai pasar petrokimia Indonesia diperkirakan mencapai US$ 30 miliar pada 2018 dan perusahaan patungan ini menargetkan dapat menguasai 30% pangsa para setelah komplek petrokimia tersebut beroperasi.
Saat ini, produksi petrokimia di dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan nasional, sehingga masih harus mengimpor dengan nilai sekitar US$ 5 miliar per tahun.
Hari ini, Pertamina telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan PTT Global Chemical Public Company Limited
Penandatanganan kerjasama ini mnejadi keputusan akhir invetasi (final invesment decision/FID) pembangunan komplek petrokimia di Indonesia. Pertamina dan PTTGC menargetkan studi kelayakan pembangunan komplek ini tuntas pada kuartal II-2014.
Selain membentuk perusahaan patungan yang akan menggarap komplek petrokimia, dalam waktu dekat kedua perusahaan juga akan membentuk usaha patungan untuk memasarkan dan mendistribusikan produk polimer.
Pertamina memiliki dan mengoperasikan 6 kilang di seluruh Indonesia dengan total kapasitas sekitar 1 juta barel per hari. Kapasitas kilang Indonesia merupakan yang terbesar kelima di Asia.
Hal ini menjadikan Pertamina memiliki potensi yang sangat besar untuk mengintegrasikan bisnis kilang dan petrokimia yang akan memberikan nilai tambah terhadap sumber daya alam Indonesia.
Dengan berbagai keunggulan ini, Pertamina bertekad untuk dapat menjadi pemain utama petrokimia di Indonesia dan juga di kawasan. (Pew/Nrm)
Direktur Pengolahan Pertamina Chrisna Damayanto mengatakan, dalam pembangunan dan pengembangan komplek petrokimia tersebut Pertamina menggandeng produsen petrokimia Thailand, PTT Global Chemical Public Company Limited dengan membuat anak usaha patungan, dengan saham mayoritas Pertamina.
"51% saham Pertamina. Sisanya 49% dimiliki PTT," kata Chrisna di kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (10/12/2013).
Krisna mengaku pembangunan komplek petrokimia di Plaju tersebut didirikan di atas lahan milik Pertamina sehingga tidak perlu melakukan pembebasan tanah.
Nilai pasar petrokimia Indonesia diperkirakan mencapai US$ 30 miliar pada 2018 dan perusahaan patungan ini menargetkan dapat menguasai 30% pangsa para setelah komplek petrokimia tersebut beroperasi.
Saat ini, produksi petrokimia di dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan nasional, sehingga masih harus mengimpor dengan nilai sekitar US$ 5 miliar per tahun.
Hari ini, Pertamina telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan PTT Global Chemical Public Company Limited
Penandatanganan kerjasama ini mnejadi keputusan akhir invetasi (final invesment decision/FID) pembangunan komplek petrokimia di Indonesia. Pertamina dan PTTGC menargetkan studi kelayakan pembangunan komplek ini tuntas pada kuartal II-2014.
Selain membentuk perusahaan patungan yang akan menggarap komplek petrokimia, dalam waktu dekat kedua perusahaan juga akan membentuk usaha patungan untuk memasarkan dan mendistribusikan produk polimer.
Pertamina memiliki dan mengoperasikan 6 kilang di seluruh Indonesia dengan total kapasitas sekitar 1 juta barel per hari. Kapasitas kilang Indonesia merupakan yang terbesar kelima di Asia.
Hal ini menjadikan Pertamina memiliki potensi yang sangat besar untuk mengintegrasikan bisnis kilang dan petrokimia yang akan memberikan nilai tambah terhadap sumber daya alam Indonesia.
Dengan berbagai keunggulan ini, Pertamina bertekad untuk dapat menjadi pemain utama petrokimia di Indonesia dan juga di kawasan. (Pew/Nrm)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.