UAV karya LAPAN |
Jakarta - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mulai
mengembangkan standar operasional prosedur (SOP) khusus untuk menghadapi
tanggap bencana.
Kepala Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana LAPAN, Rokhis Khomarudin di Jakarta, Kamis, mengatakan hingga kini masih didiskusikan apakah bisa diangkat ke tingkat nasional untuk menjadi SOP Nasional Tanggap Bencana.
"Jadi kalau kita dapat info bencana dari BNPB, media massa, atau pimpinan LAPAN, akan ada `on duty officer` yang akan mengolah data dan keluarkan pada `release 1`," ujar dia.
Dan jika bencana yang terjadi besar maka, ia mengatakan LAPAN akan mengeluarkan "release 2".
Guna melakukan pemantauan dan mitigasi bencana sejauh ini LAPAN telah menerapkan teknologi penginderaan jauh untuk penanggulangan bencana di Indonesia. Lembaga ini bekerja sama dengan beberapa instansi terkait, di antaranya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang merupakan instansi prioritas penggunaan teknologi.
Draf naskah kerja sama antara LAPAN dengan BNPB untuk mitigasi bencana di Indonesia saat ini tengah digodok dan diharapkan rampung dalam waktu dekat, kata Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN Agus Hidayat.
Kerja sama mitigasi bencana yang dilakukan LAPAN, menurut dia, tidak hanya dilakukan dengan BNPB tetapi juga beberapa instansi termasuk pemerintah daerah.
Dalam hal ini, lanjutnya, LAPAN menyediakan data melalui pengembangan Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam atau SIMBA Center dan pemanfaatan teknologi pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Pemanfaatan UAV antara lain untuk memotret kondisi Gunung Merapi di Yogyakarta sekitar 2000 meter dari permukaan laut.
Selain itu, ia mengatakan digunakan untuk memantau banjir DKI Jakarta awal 2013. UAV dapat dimanfaatkan pula untuk memantau kondisi kebakaran hutan.
UAV buatan LAPAN juga telah tercatat pada rekor MURI pada 2 Juni 2013 sebagai pesawat terbang tanpa awak dengan jarak tempuh 200 km.(V002/T007)
Kepala Bidang Lingkungan dan Mitigasi Bencana LAPAN, Rokhis Khomarudin di Jakarta, Kamis, mengatakan hingga kini masih didiskusikan apakah bisa diangkat ke tingkat nasional untuk menjadi SOP Nasional Tanggap Bencana.
"Jadi kalau kita dapat info bencana dari BNPB, media massa, atau pimpinan LAPAN, akan ada `on duty officer` yang akan mengolah data dan keluarkan pada `release 1`," ujar dia.
Dan jika bencana yang terjadi besar maka, ia mengatakan LAPAN akan mengeluarkan "release 2".
Guna melakukan pemantauan dan mitigasi bencana sejauh ini LAPAN telah menerapkan teknologi penginderaan jauh untuk penanggulangan bencana di Indonesia. Lembaga ini bekerja sama dengan beberapa instansi terkait, di antaranya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang merupakan instansi prioritas penggunaan teknologi.
Draf naskah kerja sama antara LAPAN dengan BNPB untuk mitigasi bencana di Indonesia saat ini tengah digodok dan diharapkan rampung dalam waktu dekat, kata Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh LAPAN Agus Hidayat.
Kerja sama mitigasi bencana yang dilakukan LAPAN, menurut dia, tidak hanya dilakukan dengan BNPB tetapi juga beberapa instansi termasuk pemerintah daerah.
Dalam hal ini, lanjutnya, LAPAN menyediakan data melalui pengembangan Sistem Informasi Mitigasi Bencana Alam atau SIMBA Center dan pemanfaatan teknologi pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Pemanfaatan UAV antara lain untuk memotret kondisi Gunung Merapi di Yogyakarta sekitar 2000 meter dari permukaan laut.
Selain itu, ia mengatakan digunakan untuk memantau banjir DKI Jakarta awal 2013. UAV dapat dimanfaatkan pula untuk memantau kondisi kebakaran hutan.
UAV buatan LAPAN juga telah tercatat pada rekor MURI pada 2 Juni 2013 sebagai pesawat terbang tanpa awak dengan jarak tempuh 200 km.(V002/T007)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.