Jakarta - Kepala
Pusat Pengembangan Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug,
Yudhi Sari, menyatakan bahwa Indonesia kekurangan teknisi pesawat. "Dari
kebutuhan atas 4.700 teknisi, Indonesia baru punya 20 persennya,"
katanya di kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Kementerian Perhubungan, Senin, 29 Juli 2013.
Hingga 2023, kata Yudhi, ASEAN memerlukan 47 ribu teknisi pesawat. Setiap negara ASEAN, dia melanjutkan, membutuhkan 4.700 teknisi pesawat. Selain teknisi pesawat, Indonesia saat ini juga masih kekurangan tenaga pilot.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan, mengatakan Indonesia masih kekurangan sekitar 500 pilot lagi. Sekolah pilot saat ini baru bisa mencetak 300-400 lulusan per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan pilot, pemerintah akan membuka program pendidikan pilot di Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP). Akademi itu akan dibuka di Surabaya, Medan, dan Makassar.
Pengembangan sekolah pilot itu diharapkan mampu meningkatkan jumlah lulusan per tahun secara bertahap. Kementerian Perhubungan juga bekerja sama dengan sekolah penerbangan swasta untuk mengurangi alokasi waktu mata pelajaran umum. "Jadi, dalam sembilan bulan, siswa lulusan S-1 bisa belajar teknik penerbangan dan lulus," ujarnya.
Hingga 2023, kata Yudhi, ASEAN memerlukan 47 ribu teknisi pesawat. Setiap negara ASEAN, dia melanjutkan, membutuhkan 4.700 teknisi pesawat. Selain teknisi pesawat, Indonesia saat ini juga masih kekurangan tenaga pilot.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan, mengatakan Indonesia masih kekurangan sekitar 500 pilot lagi. Sekolah pilot saat ini baru bisa mencetak 300-400 lulusan per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan pilot, pemerintah akan membuka program pendidikan pilot di Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP). Akademi itu akan dibuka di Surabaya, Medan, dan Makassar.
Pengembangan sekolah pilot itu diharapkan mampu meningkatkan jumlah lulusan per tahun secara bertahap. Kementerian Perhubungan juga bekerja sama dengan sekolah penerbangan swasta untuk mengurangi alokasi waktu mata pelajaran umum. "Jadi, dalam sembilan bulan, siswa lulusan S-1 bisa belajar teknik penerbangan dan lulus," ujarnya.
● Tempo
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.