Pemerintah memindahkan 64 penerbangan komersial dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, ke Halim Perdanakusuma mulai 10 Januari 2014. Namun, masih ada masalah tersisa, lantaran Halim selama ini merupakan salah satu pangkalan utama TNI Angkatan Udara, dengan PT Angkasa Pura II mengelola terminal penumpang saja.
Direktur Keuangan Angkasa Pura II Laurencius Manurung mengaku sudah melakukan pembicaraan intensif dengan Komandan Lapangan Udara AU terkait masalah ini. Untuk sementara, ada siasat buat membagi jadwal, supaya pesawat militer masih bisa latihan atau mendarat di Halim. Navigasi, menara kontrol, dan operasional landas pacu masih jadi bagian militer.
"Kesepakatan dengan TNI AU, layanan komersial dioperasikan 10 Januari. Kita menyiapkan mulai dari pre-flight dan post-flight," kata Laurencius ketika ditemui di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (5/12).
Dari pembahasan sementara, TNI AU meminta jatah khusus untuk jam-jam tertentu. Yakni 2 flight pukul 06.00-12.00, 3 flight pada pukul 12.00-18.00, dan 2 flight pukul 18.00-21.00.
"Sehingga ada 36 flight sehari (dengan komersial), atau 72 pergerakan pesawat berangkat dan pulang setiap hari," ungkap Laurencius.
Pihak lain yang harus diajak berbagi adalah jet pribadi dan pesawat carter. Untuk diketahui, selama beberapa tahun terakhir bandara Halim jadi lokasi penerbangan pribadi konglomerat dan perusahaan besar. Surya Paloh, Chairul Tanjung, atau Oesman Sapta, adalah beberapa tokoh pengusaha yang pesawat pribadinya parkir di Halim.
General Manager Halim Perdanakusuma Iwan Khrishadianto mengatakan, jadwal terbang pesawat pribadi (unscheduled) akan dikurangi. Sebelum ada pemindahan ini, sehari AP II melayani 40 flight penerbangan pribadi.
"Oleh karena itu, dari kapasitas runway kita punya 12 runway dalam satu jam. Untuk pesawat charter, dialokasikan 20 persen, masih bisa masuk di situ," kata Iwan.(mdk/noe)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.