⚓️ Tank Boat Serba Bisa X-18 Antasena [Tonny M Skinner]
Pengunjung Indo Defence Expo & Forum (IDEF) 2016 yang masuk dari pintu utama tidak akan bisa luput dari booth milik PT. Pindad. Bagaimana tidak, lokasinya yang langsung berada di sisi kanan dihiasi dengan mock up skala 1:1 dari Tank Boat X-18 yang digarap keroyokan PT. Lundin, PT. Pindad, dan juga CMI atau Cockerill.
Pada tanggal 1 November 2016 atau pada hari pembukaan IDEF 2016, Wakil Presiden Jusuf Kalla berkenan memberikan nama Antasena pada X-18 pada saat berkunjung ke booth Pindad. Rencananya X-18 Antasena akan diselesaikan purwarupanya pada bulan Oktober 2017. Antasena sendiri adalah nama putra dari Bimasena (Werkudara) yang hanya ada di epik Mahabarata versi Indonesia, dengan kesaktiannya untuk melesak ke bumi dan menyelam ke air.
Kapal yang mampu mengangkut 20 personel dan diawaki 4 orang ini menggunakan konsep desain catamaran dengan lunas kembar dan paralel untuk membelah ombak dan memberikan kestabilan yang pasti. Desain catamaran yang jamak ditemui di super boat juga memungkinkannya membelah permukaan air dan meluncur cepat.
Lunasnya dangkal, sehingga Antasena dapat dibawa bermanuver memasuki perairan pantai dan bahkan menembus daratan melalui alur-alur sungai besar yang banyak terdapat di Sumatera atau Kalimantan. Kalau perlu, Antasena dapat dibawa sampai ke garis pantai untuk mendaratkan pasukan. Desain ini cocok untuk TNI AD, yang kabarnya akan membentuk batalyon dengan kemampuan Ralasutai (Rawa, Laut, Sungai, dan Pantai) sehingga memiliki kemampuan amfibi.
Material yang digunakan X-18 Antasena adalah fiber komposit, yang didasarkan pada pengalaman Lundin membangun KRI Klewang, kapal tempur TNI AL pertama yang menganut prinsip kasat radar alias stealth. Di beberapa titiknya akan ditambah pelat balistik sehingga mampu bertahan dari hantaman proyektil 7,62 mm.
Tank Boat X-18 Antasena
Seperti halnya produk-produk terdahulu yang lahir dari tangan dingin North Sea Boat, X-18 mewarisi ciri desain Skandinavia berupa kecepatan yang amat sangat trengginas, mampu meluncur membelah permukaan laut sampai kecepatan 40 knot. Kecepatan yang sangat tinggi ini tentu saja amat berguna tidak hanya dalam operasi pendaratan, tetapi juga untuk pencegatan (interdiction) atas kapal penyelundup, pencuri ikan, atau bahkan kapal asing yang berani memasuki perairan dan mengancam kedaulatan Indonesia.
Yang paling istimewa dari kapal yang memiliki panjang sekitar 18 m ini adalah senjata utama yang digunakan. Sistem kubah CMI CT-CV 105mm yang sejatinya merupakan kubah untuk tank medium dipasang saja di atas superstruktur X18 Antasena, langsung di belakang anjungan.
Kubah CT-CV memang istimewa, memiliki sudut dongak sampai 42o sehingga dapat digunakan untuk memberikan bantuan tembakan pada pasukan kawan yang tengah melakukan pendaratan. Dengan munisi HE (High Explosive), bantuan tembakan dapat diberikan pada jarak 6-8 km dari garis pantai. Secara teoritis, jarak ini masih cukup aman bagi tank boat untuk menembak tanpa mengkuatirkan tembakan balasan.
Untuk pertempuran melawan kapal yang lebih besar juga mumpuni, mengingat CT-CV 105 sudah memiliki sistem komputer balistik dan stabilisasi untuk memberikan solusi dan koreksi atas sudut penembakan. Kalau meriam tidak cukup, rudal Falarick GLATGM (Gun Launched Anti Tank Ground Missile) yang berpengendali laser kelihatannya masih dapat dijadikan opsi, mengingat rudal anti tank (kapal) berbasis laser biasanya tidak mengalami kendala saat diluncurkan di atas permukaan air, beda dengan saudaranya yang berpemandu kabel serat optik.
Kalau dari maket yang terlihat, kentara bahwa bentuk kubah CT-CV 105 berbeda dengan versi daratnya. Versi pada X-18 Antasena menampilkan bentuk kubah yang sangat kompak, sehingga kemungkinan awaknya tidak duduk di dalam kubah (tanpa turret basket) tetapi mengendalikan pembidikan dan penembakan secara remote dari anjungan kapal. Sistem pengisian tentu saja masih mengandalkan autoloader, agar tidak banyak komponen yang harus ditanam di bawah permukaan.
Sementara untuk mendukung operasi khusus, bagian buritan X-18 dibuat dengan bentuk platform melandai yang dapat menjadi ‘landasan’ untuk perahu RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat) yang dapat digunakan secara fleksibel untuk operasi pengejaran kecepatan tinggi, operasi VBSS (Visit, Board, Search, Seizure) terhadap kapal yang dicurigai di laut lepas, sampai melakukan operasi SAR di tengah laut. Sebanyak 20 personil pasukan khusus atau penumpang direncanakan dapat dibawa oleh X18.
Suasana booth Tank boat X-18 Antasena
Apabila hanya mengandalkan kanon tank, bagaimana bila X-18 Antasena harus beradu melawan sasaran yang bergerak lincah seperti kapal penyelundup atau kapal pukat liar? Untungnya, kebutuhan tersebut sudah pula dipikirkan oleh Lundin dan Pindad. Menggandeng Bofors Defense, Antasena juga dilengkapi OWS (Overhead Weapon System) LEMUR sebagai komplemen dari kanon 105 mm yang diusung X18.
Pada maket yang ditampilkan memang sudah nampak ada menara kecil RCWS di atap kubahnya. Skema pemasangan macam ini melahirkan tantangan tersendiri, mengingat impak yang dapat diterima oleh sistem ini mampu mencapai 7G. LEMUR adalah sistem OWS yang distabilisasi, dengan sistem remote yang dioperasikan melalui layar LCD besar dengan dua stik kontrol untuk memutar kubah kecil dan elevasi senjata. LEMUR tergolong cepat bereaksi, dengan kecepatan putar penuh 360o hanya dalam waktu 3 detik saja.
Sistem sensornya lengkap, dengan kamera CCD day sight dengan pembesaran 10x untuk menaklukkan lautan luas. Kalau beroperasi pada malam hari, mudah saja, tinggal aktifkan kamera termal yang memberikan resolusi 320×240, memadai untuk mengenali sumber panas di permukaan laut. Sistem laser rangefindernya mampu mengukur jarak ke sasaran secara akurat sampai jarak 4.500 m, sementara komputer balistik dan sistem stabilisasinya dapat memberikan kompensasi sasaran sampai ke jarak 2.500 m.
Pilihan senjata yang digunakan adalah senapan mesin berat 12,7 mm atau pelontar granat 40mm Mk19 Mod 0/1, sampai ke sistem senjata kaliber terbesar yang dapat diusung yaitu kanon 25/30 mm. Kanon 30mmnya sendiri merupakan adaptasi dari sistem kanon ATK M230LF yang dipergunakan oleh heli serang AH-64 Apache.
Apabila dipasangi dengan M2HB, LEMUR dapat mendongakkannya sampai 60o, cukup untuk mengusir ancaman pesawat patroli laut atau helikopter anti kapal. Untuk menangkal ancaman serangan perahu kecil (swarm attack) seperti kasus peledakan USS Cole ketika sandar di Yaman, LEMUR dapat menundukkan M2HB sampai depresi -20o. LEMUR sudah memenangkan persaingan di Denmark dan Kanada melawan sistem Kongsberg M151 Protector, jadi untuk soal produk, jelas bukan main-main. Yang tinggal dipikirkan adalah soal banderol harga, dimana satu unit lengkap Bofors LEMUR harus ditebus sekira US$ 320.000.
Pindad dan PT Lundin sendiri cukup optimis dengan kesuksesan X-18 Antasena. Sejumlah MoU seperti dengan Uni Emirat Arab sudah ditandatangani, plus dengan ketertarikan TNI AD akan konsep X-18 sendiri.
Oleh karena itu, kita sebagai anak bangsa tentunya harus mendukung pencapaian teknologi yang sudah menghasilkan karya seperti Antasena. Oh ya, bagi pengunjung yang mampir di booth Pindad, coba main ke bawah Antasena. Di situ ada konsol kontrol betulan untuk sistem Lemur OWS. Coba gerakkan saja joysticknya, maka kubah Lemur akan ikut sesuai perintah anda. Menarik, bukan?.
SPESIFIKASI X-18 TANK BOAT Antasena
⚓️ Panjang : 18m
⚓️ Beam overall : 6,60m
⚓️ Draught : 1m
⚓️ Mesin : 2 x MAN V8 1.200HP
⚓️ Propulsi : 2 x MJP 450 waterjet
⚓️ Kecepatan : 40 knot
⚓️ Awak : 4 orang dan 20 penumpang
⚓️ Nautical equipment : Transas Integrated Bridge System
⚓️ Alat komunikasi : VHF radio, SSB Radio, datalink (optional)
⚓️ Persenjataan : 1x CT-CV 105mm CMI Turret & 1x Bofors LEMUR OWS (7,62mm-30mm)
Author: Remigius Septian
Pengunjung Indo Defence Expo & Forum (IDEF) 2016 yang masuk dari pintu utama tidak akan bisa luput dari booth milik PT. Pindad. Bagaimana tidak, lokasinya yang langsung berada di sisi kanan dihiasi dengan mock up skala 1:1 dari Tank Boat X-18 yang digarap keroyokan PT. Lundin, PT. Pindad, dan juga CMI atau Cockerill.
Pada tanggal 1 November 2016 atau pada hari pembukaan IDEF 2016, Wakil Presiden Jusuf Kalla berkenan memberikan nama Antasena pada X-18 pada saat berkunjung ke booth Pindad. Rencananya X-18 Antasena akan diselesaikan purwarupanya pada bulan Oktober 2017. Antasena sendiri adalah nama putra dari Bimasena (Werkudara) yang hanya ada di epik Mahabarata versi Indonesia, dengan kesaktiannya untuk melesak ke bumi dan menyelam ke air.
Kapal yang mampu mengangkut 20 personel dan diawaki 4 orang ini menggunakan konsep desain catamaran dengan lunas kembar dan paralel untuk membelah ombak dan memberikan kestabilan yang pasti. Desain catamaran yang jamak ditemui di super boat juga memungkinkannya membelah permukaan air dan meluncur cepat.
Lunasnya dangkal, sehingga Antasena dapat dibawa bermanuver memasuki perairan pantai dan bahkan menembus daratan melalui alur-alur sungai besar yang banyak terdapat di Sumatera atau Kalimantan. Kalau perlu, Antasena dapat dibawa sampai ke garis pantai untuk mendaratkan pasukan. Desain ini cocok untuk TNI AD, yang kabarnya akan membentuk batalyon dengan kemampuan Ralasutai (Rawa, Laut, Sungai, dan Pantai) sehingga memiliki kemampuan amfibi.
Material yang digunakan X-18 Antasena adalah fiber komposit, yang didasarkan pada pengalaman Lundin membangun KRI Klewang, kapal tempur TNI AL pertama yang menganut prinsip kasat radar alias stealth. Di beberapa titiknya akan ditambah pelat balistik sehingga mampu bertahan dari hantaman proyektil 7,62 mm.
Tank Boat X-18 Antasena
Seperti halnya produk-produk terdahulu yang lahir dari tangan dingin North Sea Boat, X-18 mewarisi ciri desain Skandinavia berupa kecepatan yang amat sangat trengginas, mampu meluncur membelah permukaan laut sampai kecepatan 40 knot. Kecepatan yang sangat tinggi ini tentu saja amat berguna tidak hanya dalam operasi pendaratan, tetapi juga untuk pencegatan (interdiction) atas kapal penyelundup, pencuri ikan, atau bahkan kapal asing yang berani memasuki perairan dan mengancam kedaulatan Indonesia.
Yang paling istimewa dari kapal yang memiliki panjang sekitar 18 m ini adalah senjata utama yang digunakan. Sistem kubah CMI CT-CV 105mm yang sejatinya merupakan kubah untuk tank medium dipasang saja di atas superstruktur X18 Antasena, langsung di belakang anjungan.
Kubah CT-CV memang istimewa, memiliki sudut dongak sampai 42o sehingga dapat digunakan untuk memberikan bantuan tembakan pada pasukan kawan yang tengah melakukan pendaratan. Dengan munisi HE (High Explosive), bantuan tembakan dapat diberikan pada jarak 6-8 km dari garis pantai. Secara teoritis, jarak ini masih cukup aman bagi tank boat untuk menembak tanpa mengkuatirkan tembakan balasan.
Untuk pertempuran melawan kapal yang lebih besar juga mumpuni, mengingat CT-CV 105 sudah memiliki sistem komputer balistik dan stabilisasi untuk memberikan solusi dan koreksi atas sudut penembakan. Kalau meriam tidak cukup, rudal Falarick GLATGM (Gun Launched Anti Tank Ground Missile) yang berpengendali laser kelihatannya masih dapat dijadikan opsi, mengingat rudal anti tank (kapal) berbasis laser biasanya tidak mengalami kendala saat diluncurkan di atas permukaan air, beda dengan saudaranya yang berpemandu kabel serat optik.
Kalau dari maket yang terlihat, kentara bahwa bentuk kubah CT-CV 105 berbeda dengan versi daratnya. Versi pada X-18 Antasena menampilkan bentuk kubah yang sangat kompak, sehingga kemungkinan awaknya tidak duduk di dalam kubah (tanpa turret basket) tetapi mengendalikan pembidikan dan penembakan secara remote dari anjungan kapal. Sistem pengisian tentu saja masih mengandalkan autoloader, agar tidak banyak komponen yang harus ditanam di bawah permukaan.
Sementara untuk mendukung operasi khusus, bagian buritan X-18 dibuat dengan bentuk platform melandai yang dapat menjadi ‘landasan’ untuk perahu RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat) yang dapat digunakan secara fleksibel untuk operasi pengejaran kecepatan tinggi, operasi VBSS (Visit, Board, Search, Seizure) terhadap kapal yang dicurigai di laut lepas, sampai melakukan operasi SAR di tengah laut. Sebanyak 20 personil pasukan khusus atau penumpang direncanakan dapat dibawa oleh X18.
Suasana booth Tank boat X-18 Antasena
Apabila hanya mengandalkan kanon tank, bagaimana bila X-18 Antasena harus beradu melawan sasaran yang bergerak lincah seperti kapal penyelundup atau kapal pukat liar? Untungnya, kebutuhan tersebut sudah pula dipikirkan oleh Lundin dan Pindad. Menggandeng Bofors Defense, Antasena juga dilengkapi OWS (Overhead Weapon System) LEMUR sebagai komplemen dari kanon 105 mm yang diusung X18.
Pada maket yang ditampilkan memang sudah nampak ada menara kecil RCWS di atap kubahnya. Skema pemasangan macam ini melahirkan tantangan tersendiri, mengingat impak yang dapat diterima oleh sistem ini mampu mencapai 7G. LEMUR adalah sistem OWS yang distabilisasi, dengan sistem remote yang dioperasikan melalui layar LCD besar dengan dua stik kontrol untuk memutar kubah kecil dan elevasi senjata. LEMUR tergolong cepat bereaksi, dengan kecepatan putar penuh 360o hanya dalam waktu 3 detik saja.
Sistem sensornya lengkap, dengan kamera CCD day sight dengan pembesaran 10x untuk menaklukkan lautan luas. Kalau beroperasi pada malam hari, mudah saja, tinggal aktifkan kamera termal yang memberikan resolusi 320×240, memadai untuk mengenali sumber panas di permukaan laut. Sistem laser rangefindernya mampu mengukur jarak ke sasaran secara akurat sampai jarak 4.500 m, sementara komputer balistik dan sistem stabilisasinya dapat memberikan kompensasi sasaran sampai ke jarak 2.500 m.
Pilihan senjata yang digunakan adalah senapan mesin berat 12,7 mm atau pelontar granat 40mm Mk19 Mod 0/1, sampai ke sistem senjata kaliber terbesar yang dapat diusung yaitu kanon 25/30 mm. Kanon 30mmnya sendiri merupakan adaptasi dari sistem kanon ATK M230LF yang dipergunakan oleh heli serang AH-64 Apache.
Apabila dipasangi dengan M2HB, LEMUR dapat mendongakkannya sampai 60o, cukup untuk mengusir ancaman pesawat patroli laut atau helikopter anti kapal. Untuk menangkal ancaman serangan perahu kecil (swarm attack) seperti kasus peledakan USS Cole ketika sandar di Yaman, LEMUR dapat menundukkan M2HB sampai depresi -20o. LEMUR sudah memenangkan persaingan di Denmark dan Kanada melawan sistem Kongsberg M151 Protector, jadi untuk soal produk, jelas bukan main-main. Yang tinggal dipikirkan adalah soal banderol harga, dimana satu unit lengkap Bofors LEMUR harus ditebus sekira US$ 320.000.
Pindad dan PT Lundin sendiri cukup optimis dengan kesuksesan X-18 Antasena. Sejumlah MoU seperti dengan Uni Emirat Arab sudah ditandatangani, plus dengan ketertarikan TNI AD akan konsep X-18 sendiri.
Oleh karena itu, kita sebagai anak bangsa tentunya harus mendukung pencapaian teknologi yang sudah menghasilkan karya seperti Antasena. Oh ya, bagi pengunjung yang mampir di booth Pindad, coba main ke bawah Antasena. Di situ ada konsol kontrol betulan untuk sistem Lemur OWS. Coba gerakkan saja joysticknya, maka kubah Lemur akan ikut sesuai perintah anda. Menarik, bukan?.
SPESIFIKASI X-18 TANK BOAT Antasena
⚓️ Panjang : 18m
⚓️ Beam overall : 6,60m
⚓️ Draught : 1m
⚓️ Mesin : 2 x MAN V8 1.200HP
⚓️ Propulsi : 2 x MJP 450 waterjet
⚓️ Kecepatan : 40 knot
⚓️ Awak : 4 orang dan 20 penumpang
⚓️ Nautical equipment : Transas Integrated Bridge System
⚓️ Alat komunikasi : VHF radio, SSB Radio, datalink (optional)
⚓️ Persenjataan : 1x CT-CV 105mm CMI Turret & 1x Bofors LEMUR OWS (7,62mm-30mm)
Author: Remigius Septian
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.