Pesawat Bombardir CL415 Water Boombing milik Tentara Udara Diraja Malaysia tiba di Bandara Sultan Mahmud Baddarudin II, Palembang, Sumsel. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi) ★
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengakui tim kewalahan memadamkan kebakaran hutan dan lahan. Meski sudah dibantu tiga negara tetangga, Singapura, Malaysia dan Australia, api belum bisa dipadamkan.
Menurut Sutopo, api belum juga bisa dipadamkan karena luasnya area yang terbakar dan angin kencang.
"Bahkan personil Australia mengatakan baru sekali ini menemukan kebakaran hutan lahan yang begitu besar selama 30 tahun dia bekerja memadamkan api," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/10).
Tim gabungan dibawah koordinasi BNPB saat ini berusaha mengerahkan segala daya upaya untuk mematikan kebakaran dan sebaran asap. Bahan kimia sudah digunakan untuk pemadaman dan terbukti cukup efektif digunakan sebagai alat pemadam. Namun hingga saat ini belum semua hotspot dapat dipadamkan.
Berdasarkan Pantauan Satelit Terra Aqua sekitar pukul 07.00 WIB, terdapat 1.085 lokasi hotspot di Sumatera, antara lain 108 di Jambi, 10 di Kepulauan Riau, 57 di Riau, 871 di Sumatera Selatan, dan 39 di Lampung. Sedangkan di Kalimantan terdapat 212 titik yang tersebar 36 di Kalbar, 11 di Kalsel, 156 di Kalteng, dan 9 di Kaltim.
Bahkan dalam pantauan citra satelit milik Jepang, Himawari, hampir seluruh wilayah Kalimantan sudah terkepung asap. Asap juga sudah meluas hingga Singapura dan Malaysia.
"Kondisi demikian menyebabkan jarak pandang berkurang," ujar Sutopo.
Kondisi paling parah di Muara Teweh, Kalimantang Tengah dan Kerinci, Jambi. Jarak pandang di dua kota ini hanya 100 meter. Sementara di Tarakan, Kalimantan Timur dan Sintang, Kalimantan Barat jarak pandang 500 meter.
Kualitas udara di beberapa daerah juga belum normal. Di Pekanbaru kualitas udaranya tidak sehat. Pelembang dan Pontianak masuk dalam ketegori tidak sehat. Sedangkan di Jambi dan Palangkaraya kualitas udaranya tergolong berbahaya. (sur)
Hampir Seluruh Kalimantan Terkepung Asap Kabut asap di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. (Dok.Detikcom) ★
Hampir seluruh wilayah di Kalimantan saat ini terkepung asap. Asap yang muncul dari kebakaran hutan dan lahan bahkan sampai ke negara tetangga, Singapura dan Malaysia.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan citra satelit Himawari (Jepang), sebaran asap di Kalimantan dan dua negara tetangga itu masuk dalam kategori kepakatan sedang.
"Di Kalimantan hampir seluruh wilayah Kalimantan terkepung asap. Kondisi demikian menyebabkan jarak pandang berkurang," kata Sutopo dalam keterangan tertulis, Ahad (18/10).
Menurutnya kondisi kemarau menyebabkan hotspot kebakaran hutan dan lahan masih sulit dimatikan. Hotspot di Sumatera dan Kalimantan saat ini masih fluktuatif jumlahnya. Wilayah yang terbakar pun meluas hingga Kalimantan Timur.
Bahkan titik panas di Kalimantan diperkirakan lebih banyak karena sensor satelit tidak mampu menembus kepekatan asap yang ada.
Sementara berdasarkan Pantauan Satelit Terra Aqua sekitar pukul 07.00 WIB, terdapat 1.085 lokasi titik panas di Sumatera. Titik panas ini antara lain ada di Jambi 108 titik, 10 titik di Kepulauan Riau, 57 titik di Riau, 871 titik di Sumatera Selatan, dan 39 titik di Lampung. Sedangkan di Kalimantan terdapat 212 titik panas yang tersebar 36 titik di Kalbar, 11 titik di Kalsel, 156 titik di Kalteng, dan 9 titik di Kaltim.
Kepekatan asap pun membuat jarak pandang penglihatan terganggu. Lokasi yang cukup parah tercatat berada di Kerinci dan Muara Taweh dengan jarak pandang 100 meter. Sementara Jambi, Tarakan, dan Sintang dilanda kepekatan asap yang membuat jarak pandang terbatasi dalam radius 500 meter.
Sebaran asap juga mempengaruhi kualitas udara yang layak dihirup oleh penduduk. Daerah Pekanbaru, misalnya, tercatat masuk kategori kualitas udara Tidak Sehat; Palembang dan Pontianak masuk kategori Sangat Tidak Sehat; sementara kualitas udara di wilayah Jambi dan Palangkaraya tergolong Berbahaya.
Sutopo mengatakan saat ini upaya pemadaman terus dilakukan. Namun luasnya wilayah yang terbakar dan titik panas yang menyebar menyebabkan pemadaman mengalami kendala.
Berdasarkan laporan yang didapat dari tim Australia, Malaysia, dan Singapura yang membantu pemadanam, api di sejumlah tempat masih berkobar cukup besar dan sulit dipadamkan. Penyebabnya adalah angin kencang dan area yang terbakar cukup luas. Kondisi itu membuat tim bantuan dari negara tetangga juga kewalahan.
Sutopo mengatakan tim gabungan saat ini berusaha mengerahkan segala daya upaya untuk mematikan kebakaran dan sebaran asap. Bahan kimia sudah digunakan untuk pemadaman dan terbukti cukup efektif digunakan sebagai alat pemadam. Namun hingga saat ini belum semua hotspot dapat dipadamkan. (sur)
Pesawat pemadam api Australia kembali Dokumentasi awak pesawat terbang pemadam api Lockheed L100-30 Airtanker milik Australia bersiap di Bandara Sultan Mahmud Baddarudin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (14/10). Pesawat terbang ini memiliki daya angkut air sebanyak 15.000 liter air untuk memadamkan kebakaran lahan dan hutan di Sumatra Selatan dan difokuskan di Kabupaten Ogan Komering Ilir. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi) ★
Pesawat terbang pemadam api dari Australia kembali ke negaranya, setelah tugasnya membantu memadamkan api di Pulau Sumatera berakhir.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Willem Rampangiley, di Palembang, Senin, menyatakan itu.
Selain itu, pesawat terbang pemadam api dari Malaysia juga habis beroperasi di Sumatera Selatan. "Sehingga saat ini hanya bantuan dari Singapura yang masih memadamkan titik api," ujar dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, namun walaupun demikian, BNPB tetap mengoptimalkan bantuan dan peralatan yang ada dalam memadamkan titik api di daerah ini.
Selain itu juga pihaknya memaksimalkan bantuan dari Jepang berupa cairan yang diharapkan pemadaman semakin efektif, ujar dia.
Di Sumatera Selatan, fokus operasi pemadaman api di Kabupaten Ogan Komering Ilir, karena titik api masih banyak di sana.
Menurut dia, wilayah pantai timur, di antaranya Air Sugihan, Cengal, dan Tulung Selapan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengakui tim kewalahan memadamkan kebakaran hutan dan lahan. Meski sudah dibantu tiga negara tetangga, Singapura, Malaysia dan Australia, api belum bisa dipadamkan.
Menurut Sutopo, api belum juga bisa dipadamkan karena luasnya area yang terbakar dan angin kencang.
"Bahkan personil Australia mengatakan baru sekali ini menemukan kebakaran hutan lahan yang begitu besar selama 30 tahun dia bekerja memadamkan api," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/10).
Tim gabungan dibawah koordinasi BNPB saat ini berusaha mengerahkan segala daya upaya untuk mematikan kebakaran dan sebaran asap. Bahan kimia sudah digunakan untuk pemadaman dan terbukti cukup efektif digunakan sebagai alat pemadam. Namun hingga saat ini belum semua hotspot dapat dipadamkan.
Berdasarkan Pantauan Satelit Terra Aqua sekitar pukul 07.00 WIB, terdapat 1.085 lokasi hotspot di Sumatera, antara lain 108 di Jambi, 10 di Kepulauan Riau, 57 di Riau, 871 di Sumatera Selatan, dan 39 di Lampung. Sedangkan di Kalimantan terdapat 212 titik yang tersebar 36 di Kalbar, 11 di Kalsel, 156 di Kalteng, dan 9 di Kaltim.
Bahkan dalam pantauan citra satelit milik Jepang, Himawari, hampir seluruh wilayah Kalimantan sudah terkepung asap. Asap juga sudah meluas hingga Singapura dan Malaysia.
"Kondisi demikian menyebabkan jarak pandang berkurang," ujar Sutopo.
Kondisi paling parah di Muara Teweh, Kalimantang Tengah dan Kerinci, Jambi. Jarak pandang di dua kota ini hanya 100 meter. Sementara di Tarakan, Kalimantan Timur dan Sintang, Kalimantan Barat jarak pandang 500 meter.
Kualitas udara di beberapa daerah juga belum normal. Di Pekanbaru kualitas udaranya tidak sehat. Pelembang dan Pontianak masuk dalam ketegori tidak sehat. Sedangkan di Jambi dan Palangkaraya kualitas udaranya tergolong berbahaya. (sur)
Hampir Seluruh Kalimantan Terkepung Asap Kabut asap di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. (Dok.Detikcom) ★
Hampir seluruh wilayah di Kalimantan saat ini terkepung asap. Asap yang muncul dari kebakaran hutan dan lahan bahkan sampai ke negara tetangga, Singapura dan Malaysia.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan citra satelit Himawari (Jepang), sebaran asap di Kalimantan dan dua negara tetangga itu masuk dalam kategori kepakatan sedang.
"Di Kalimantan hampir seluruh wilayah Kalimantan terkepung asap. Kondisi demikian menyebabkan jarak pandang berkurang," kata Sutopo dalam keterangan tertulis, Ahad (18/10).
Menurutnya kondisi kemarau menyebabkan hotspot kebakaran hutan dan lahan masih sulit dimatikan. Hotspot di Sumatera dan Kalimantan saat ini masih fluktuatif jumlahnya. Wilayah yang terbakar pun meluas hingga Kalimantan Timur.
Bahkan titik panas di Kalimantan diperkirakan lebih banyak karena sensor satelit tidak mampu menembus kepekatan asap yang ada.
Sementara berdasarkan Pantauan Satelit Terra Aqua sekitar pukul 07.00 WIB, terdapat 1.085 lokasi titik panas di Sumatera. Titik panas ini antara lain ada di Jambi 108 titik, 10 titik di Kepulauan Riau, 57 titik di Riau, 871 titik di Sumatera Selatan, dan 39 titik di Lampung. Sedangkan di Kalimantan terdapat 212 titik panas yang tersebar 36 titik di Kalbar, 11 titik di Kalsel, 156 titik di Kalteng, dan 9 titik di Kaltim.
Kepekatan asap pun membuat jarak pandang penglihatan terganggu. Lokasi yang cukup parah tercatat berada di Kerinci dan Muara Taweh dengan jarak pandang 100 meter. Sementara Jambi, Tarakan, dan Sintang dilanda kepekatan asap yang membuat jarak pandang terbatasi dalam radius 500 meter.
Sebaran asap juga mempengaruhi kualitas udara yang layak dihirup oleh penduduk. Daerah Pekanbaru, misalnya, tercatat masuk kategori kualitas udara Tidak Sehat; Palembang dan Pontianak masuk kategori Sangat Tidak Sehat; sementara kualitas udara di wilayah Jambi dan Palangkaraya tergolong Berbahaya.
Sutopo mengatakan saat ini upaya pemadaman terus dilakukan. Namun luasnya wilayah yang terbakar dan titik panas yang menyebar menyebabkan pemadaman mengalami kendala.
Berdasarkan laporan yang didapat dari tim Australia, Malaysia, dan Singapura yang membantu pemadanam, api di sejumlah tempat masih berkobar cukup besar dan sulit dipadamkan. Penyebabnya adalah angin kencang dan area yang terbakar cukup luas. Kondisi itu membuat tim bantuan dari negara tetangga juga kewalahan.
Sutopo mengatakan tim gabungan saat ini berusaha mengerahkan segala daya upaya untuk mematikan kebakaran dan sebaran asap. Bahan kimia sudah digunakan untuk pemadaman dan terbukti cukup efektif digunakan sebagai alat pemadam. Namun hingga saat ini belum semua hotspot dapat dipadamkan. (sur)
Pesawat pemadam api Australia kembali Dokumentasi awak pesawat terbang pemadam api Lockheed L100-30 Airtanker milik Australia bersiap di Bandara Sultan Mahmud Baddarudin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (14/10). Pesawat terbang ini memiliki daya angkut air sebanyak 15.000 liter air untuk memadamkan kebakaran lahan dan hutan di Sumatra Selatan dan difokuskan di Kabupaten Ogan Komering Ilir. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi) ★
Pesawat terbang pemadam api dari Australia kembali ke negaranya, setelah tugasnya membantu memadamkan api di Pulau Sumatera berakhir.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Willem Rampangiley, di Palembang, Senin, menyatakan itu.
Selain itu, pesawat terbang pemadam api dari Malaysia juga habis beroperasi di Sumatera Selatan. "Sehingga saat ini hanya bantuan dari Singapura yang masih memadamkan titik api," ujar dia.
Lebih lanjut dia mengatakan, namun walaupun demikian, BNPB tetap mengoptimalkan bantuan dan peralatan yang ada dalam memadamkan titik api di daerah ini.
Selain itu juga pihaknya memaksimalkan bantuan dari Jepang berupa cairan yang diharapkan pemadaman semakin efektif, ujar dia.
Di Sumatera Selatan, fokus operasi pemadaman api di Kabupaten Ogan Komering Ilir, karena titik api masih banyak di sana.
Menurut dia, wilayah pantai timur, di antaranya Air Sugihan, Cengal, dan Tulung Selapan.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.