ILUSTRASI - LIPI (ANTARANews/Ist) ♙
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengarahkan pemanfaatan teknologi sebagai dasar untuk menciptakan peluang ekonomi kreatif baru yang lebih berkelanjutan.
"Dari pertemuan dalam Festival Sains dan Teknologi yang diadakan di Bandung selama tiga hari (5--7 Oktober 2015) yang ingin dicapai sebenarnya kolaborasi global, tidak peduli bidangnya apa. Tapi dari enam bidang yang dibahas, teknologi tepat guna memang paling dibutuhkan, jika disesuaikan dengan kebutuhan kekinian," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko di Jakarta, Selasa.
Sekarang ini, menurut dia, yang ingin lebih didorong LIPI adalah penciptaan ekonomi kreatif berbasis teknologi, karena selama ini lebih banyak berbasis kultur.
"Itu tidak salah, tapi lifetimenya pendek. Makanya sekarang kita ingin bekerja sama mulai menciptakan industri kreatif berbasis iptek, dengan dasarnya teknik, itu jadi paling nyata," ujar Handoko.
Kerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (BEKraf), menurut dia, menjadi pertimbangan yang akan dilakukan LIPI untuk mendukung berkembangnya ekonomi kreatif berbasis iptek di Indonesia.
Indonesia, lanjutnya, terlambat jika ingin mengembangkan manufaktur yang mampu menghasilkan produk global. Industri kreatif baru berbasis iptek dengan diferensiasi produk yang tinggi justru memiliki peluang untuk dikenal secara global.
"Mau bikin manufaktur apalagi? komputer, telepon genggam, telepon pintar, chip, televisi semua sudah ada dan akan sangat sulit bersaing dengan manufaktur global yang sudah ada," ujar dia.
Satu-satunya manufaktur yang masih memiliki peluang berkembang di Indonesia, menurut dia, adalah otomotif mengingat untuk memproduksi block mesin belum bisa juga dilakukan secara mandiri. Kondisi ini pun akan berubah ketika mobil listrik sudah berkembang dan unit usaha kecil sudah mampu membuat motor listrik secara mandiri.
Industri kreatif berbasis iptek, menurut dia, sangat berkembang pesat di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kondisi ini terjadi karena dukungan penuh dari pemerintah yang memberikan kemudahan dalam berinovasi dan berkreasi.
Sedangkan di Indonesia, ia mengatakan industri-industri kreatif yang memanfaatkan teknologi masih sedikit dikembangkan.
"Startup-startup dengan kekhasan tersendiri bisa saja mendunia, dan ini yang harus dibantu untuk dikembangkan. LIPI mulai membina beberapa startup seperti radar untuk nelayan, teknologi pengalengan makanan yang tidak homogen juga dimanfaatkan untuk memulai bisnis food truck," ujar dia.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengarahkan pemanfaatan teknologi sebagai dasar untuk menciptakan peluang ekonomi kreatif baru yang lebih berkelanjutan.
"Dari pertemuan dalam Festival Sains dan Teknologi yang diadakan di Bandung selama tiga hari (5--7 Oktober 2015) yang ingin dicapai sebenarnya kolaborasi global, tidak peduli bidangnya apa. Tapi dari enam bidang yang dibahas, teknologi tepat guna memang paling dibutuhkan, jika disesuaikan dengan kebutuhan kekinian," kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI Laksana Tri Handoko di Jakarta, Selasa.
Sekarang ini, menurut dia, yang ingin lebih didorong LIPI adalah penciptaan ekonomi kreatif berbasis teknologi, karena selama ini lebih banyak berbasis kultur.
"Itu tidak salah, tapi lifetimenya pendek. Makanya sekarang kita ingin bekerja sama mulai menciptakan industri kreatif berbasis iptek, dengan dasarnya teknik, itu jadi paling nyata," ujar Handoko.
Kerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif (BEKraf), menurut dia, menjadi pertimbangan yang akan dilakukan LIPI untuk mendukung berkembangnya ekonomi kreatif berbasis iptek di Indonesia.
Indonesia, lanjutnya, terlambat jika ingin mengembangkan manufaktur yang mampu menghasilkan produk global. Industri kreatif baru berbasis iptek dengan diferensiasi produk yang tinggi justru memiliki peluang untuk dikenal secara global.
"Mau bikin manufaktur apalagi? komputer, telepon genggam, telepon pintar, chip, televisi semua sudah ada dan akan sangat sulit bersaing dengan manufaktur global yang sudah ada," ujar dia.
Satu-satunya manufaktur yang masih memiliki peluang berkembang di Indonesia, menurut dia, adalah otomotif mengingat untuk memproduksi block mesin belum bisa juga dilakukan secara mandiri. Kondisi ini pun akan berubah ketika mobil listrik sudah berkembang dan unit usaha kecil sudah mampu membuat motor listrik secara mandiri.
Industri kreatif berbasis iptek, menurut dia, sangat berkembang pesat di Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kondisi ini terjadi karena dukungan penuh dari pemerintah yang memberikan kemudahan dalam berinovasi dan berkreasi.
Sedangkan di Indonesia, ia mengatakan industri-industri kreatif yang memanfaatkan teknologi masih sedikit dikembangkan.
"Startup-startup dengan kekhasan tersendiri bisa saja mendunia, dan ini yang harus dibantu untuk dikembangkan. LIPI mulai membina beberapa startup seperti radar untuk nelayan, teknologi pengalengan makanan yang tidak homogen juga dimanfaatkan untuk memulai bisnis food truck," ujar dia.
♙ antara
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.