blog-indonesia.com

Sabtu, 31 Oktober 2015

★ Pembuatan Pesawat N219 Sudah Tahap Final

Insinyur PTDI Kerja 24 Jamhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwdjvkMd3HA5LB4RN5FCnF3tCDQKl2zudYAD-DdezNPfV6B73npXPNdB8IYrnKiNT-nkxLLPiuqW3wwtZ7g2DzCC-KveWJtaMcw3qAxZUGRRfaGNkyydB0pr3kAvK2uMTf4FxiUB_xDsW9/s1600/11015571_337957109745476_1681546079_n.jpgFoto pesawat menunggu hasil final [defense.pk]

Pesawat karya anak bangsa N 219 rencananya diluncurkan oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI) pada November 2015 mendatang. Saat November nanti, N219 akan ditarik ke luar hanggar (aseembly line) untuk memperkenalkan wujud asli kepada publik.

Rencananya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir dalama peluncuran wujud N219. Para insinyur PTDI harus bekerja 24 jam untuk menuntaskan proses perakitan pesawat berkapasitas 19 penumpang itu.

"Persiapan launching, kita bekerja 24 jam. Seperti jadi Sangkuriang," ujar Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso kepada wartawan di Kantor Pusat PTDI, Bandung, Sabtu (31/10/2015).

Budi menyebut ratusan insinyur lokal terlibat dalam proses perancangan, perakitan hingga pengujian N219.

"Sekarang ada 150 engineer di area design dan painting. Alhamdulillah semuanya orang Indonesia. Fresh enginer," ucap Budi.

Meski belum secara resmi diluncurkan, namun pesawat N-219 ini sudah banyak peminatnya. Sedikitnya, 75 unit N219 dilirik oleh calon pembeli. Rencananya, pesawat ini dipasarkan dengan harga sekitar US$ 5 juta.

"Peminat sudah ada 75 (unit). Kita nggak berani ngejar (promosi) terus sampai kita yakin pesawat kita seperti apa," ungkapnya.

Untuk pengembangan N219, PTDI menggandeng Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN). LAPAN ikut andil mengirimkan insinyur hingga mendukung pembiayaan dan sertfikasi N219.

"Jadi LAPAN ini mengerjakan litbangnya, mulai dari perencanaan hingga sertifikasi. Untuk pesawat N 219 ini mulai tahun 2016-2017 kita mendanai sebesar Rp 450 miliar. Itu yang nyata dalam kontrak," ujar Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin.

Selain N219, LAPAN bersama PTDI akan mengembangkan pesawat penumpang terbaru lainnya, seperti N245 berkapasitas 50 orang dan N270 berkapasitas 70 orang. Pengembangan ini, rencananya dimulai tahun 2016.

"Pesawat N 245 ini juga akan kami siapkan anggaran mulai dari perencanaan sampai sertifikasi. Dananya belum bisa diperkirakan. Yang pasti lebih besar karena pesawatnya juga besar," jelas Thomas. (feb/)
Usai N219, PTDI Kembangkan Pesawat Kapasitas 50 Oranghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyfZG9rktxVYLOxpUNVeveHuH2bdwK06G11TXCypJMpzb2ExNq5q2dEn4RdtIM0VUIQ-vqV1YWE89OzUpGJ4mUh6skrQnRGewYeOWvL_pRdEHmYag5O24bTO0mNSCh6JX_utfrqERn0Idh/s1600/4434560496e44a1eb02c630e91491f65n245.gifIlustrasi pesawat N245 [PT DI]

PT Dirgantara Indonesia (Persero) akan terus melakukan pengembangan pesawat asli produksi sendiri. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen pesawat ini, akan banyak masuk ke pesawat komersial jenis baling-baling (propeler) bermesin turboprop.

Meski pengembangan pesawat berpenumpang 19 orang yakni N219 belum tuntas 100% dan baru first flight pada Mei 2016, PTDI bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menyiapkan rencana pengembangan pesawat bermesin turboprop yang bisa mengangkut 50 orang.

Pesawat ini dinamai N245. Program pengembangan N245 dimulai tahun 2016.

"Kami harapkan satu saat bisa membuat pesawat lebih besar. Tahun depan rencana selanjutnya membuat pesawat N245. Ini pesawat 50 penumpang," kata Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, di hadapan Menpan-RB Yuddy Chrisnadi di Kantor Pusat PTDI, Jl Pajajaran, Bandung, Sabtu (31/10/2015).

Budi menjelaskan alasan di balik pemilihan angka 45 pada akhir pesawat N245. Umumnya, 2 angka terakhir menggambarkan kapasitas pesawat, seperti N219 yang mampu membawa 19 penumpang. Namun, angka 45 dalam N245 menggambarkan semangat untuk terus mengembangkan teknologi penerbangan.

"Kenapa 45 karena semangat 45," ujarnya.

Budi memproyeksi, dana pengembangan N245 mencapai US$ 150 juta atu sekitar Rp 2,02 triliun (asumsi kurs US$ 1 = Rp 13.500). Dana ini lebih tinggi dari biaya pengembangan N219 yang berkisar Rp 500 miliar.

"Dibutuhkan biaya sekitar US$ 150 juta," jelasnya.

Budi mengaku, pihaknya akan masuk pada pesawat yang belum dimasuki oleh pesaing. Pesaing untuk pesawat penumpang bermesin turboprop ini ialah ATR.

"N245 ini badannya seperti N235 yang kita ubah di bagian ekor supaya lebih efisien. Kapasitas 50 penumpang bisa dipanjangkan jadi 70 penumpang. Kami masuk di 50 penumpang supaya tidak saingan dengan yang establish (seperti ATR)," ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, menyebutkan pengembangan N245 masuk ke dalam rencana induk keantariksaan. Usai N245, LAPAN dan PTDI masuk ke jenis N270 untuk 70 penumpang. LAPAN, kata Thomas, akan mendukung dari sisi penelitian hingga pendanaan.

"Rencana N245 dan N270 sudah dimasukkan dalam rencana induk antariksaan juga dimasukkan dalam rencana jangka panjang pengembangan pesawat ini. LAPAN dapat anggaran tambahan Rp 400 miliar, walaun dalam pelaksanaan lebih dari itu sampai dengan sertifikasi diperoleh oleh PT DI dan kemudian diproduksi," tuturnya. (feb/wdl)



  ✈️ detik  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More