shutterstock-Industri kreatif mampu memberikan kontribusinya terhadap PDB Indonesia senilai 104,6 triliun. Bahkan, menurut data Admob Mobile Metrics pada Februari 2010, Indonesia menempati urutan keempat, setelah AS, India, dan Inggris- berdasarkan permintaan advertising melalui mobile advertising.
JAKARTA, KOMPAS.com — Universitas Multimedia Nusantara (UMN) ingin mencetak sumber daya manusia (SDM) yang "siap" dengan information and communication technology (ICT) di masa depan. Dengan demikian, saat lulus dari kuliah, diharapkan dapat menjadi pekerja yang sesuai bidangnya ataupun menjadi technopreneur (pengusaha berbasis teknologi).
Rektor UMN Ninok Leksono menyatakan, kemakmuran bangsa ini tidak hanya pada sumber daya alam yang semakin terbatas. Namun, industri kreatif kini sudah menjadi industri baru yang mampu memberikan kontribusi ke pendapatan negara.
"Melalui UMN, kita tentu ingin menjadi lembaga yang diakui otoritasnya sebagai pencetak ahlinya multimedia, jagonya industri kreatif," ungkap Ninok selepas jumpa pers "Industri Kreatif: Peluang dan Tantangan" di Hotel Santika Jakarta, Jumat (18/11/2011).
Untuk menuju visi tersebut, mahasiswa UMN akan diberikan bimbingan, yaitu kompetensi berbasis ICT. Agar lebih berkembang, pihak UMN juga bekerja sama dengan empat universitas asing dari Amerika Serikat, Eropa, Australia, dan Jepang.
Agar mencetak mahasiswa yang bisa bersaing dengan lulusan lain, Ninok juga menjelaskan, mahasiswa UMN diajari technopreneurship. Tidak hanya mata kuliah tentang kewirausahaan, mahasiswa juga akan dilatih kepekaan dalam membangun bisnis.
"Ini memang sulit, tapi itu menjadi tantangan kami untuk menciptakan kurikulum berbasis technopreneurship sehingga mencetak pengusaha-pengusaha di bidang ekonomi kreatif," tambahnya.
Tak hanya itu, UMN juga berkeinginan mencetak SDM yang mampu bersaing dengan lulusan luar negeri. Nantinya, lulusan UMN diharapkan tidak hanya direkrut oleh perusahaan luar negeri, tetapi bisa berwirausaha di dalam negeri sehingga akan memberi manfaat bagi bangsa.
Ninok mencontohkan, Indonesia selama ini hanya menjadi pasar produk gadget dari luar negeri. Padahal, jika mahasiswa pintar di dalam negeri mau membuatnya maka industri di dalam negeri akan bisa bersaing.
Pada 2008 saja, belanja masyarakat terhadap produk gadget dari luar negeri mencapai 3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 27 triliun. Jika mampu dikembangkan sendiri, uang tersebut tidak akan lari ke luar negeri.
• KOMPAS
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.