Hanya Rp 12 Triliun pertahun Alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI kembali disorot setelah pesawat Hercules C130 jatuh di Medan, Sumatera Utara.
Publik mengkritik pemerintah yang memilih hibah alusista dari negara lain ketimbang membeli baru.
TNI memang terus berusaha melakukan pemeliharaan dan memodernisasi alutsistanya. Tapi anggaran yang disediakan hanya sekitar Rp 12 triliun.
"Dari Rp 102 triliun anggaran TNI, yang nyata dipakai untuk alutsista cuma Rp 12 triliun," kata anggota Komisi I DPR TB Hasanudin di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (2/7/2015).
Jika dilihat secara keseluruhan, anggaran pertahanan tampak besar. Namun dari Rp 102 triliun anggaran yang ada, hanya 77 persen untuk anggaran TNI. Itu pun dibagi untuk Mabes TNI dan tiga matra yang ada.
"Nah, Angkatan Udara contohnya. Anggarannya Rp 13 triliun, Rp 3,5 triliun untuk gaji, Rp 6 triliun belanja barang seperti latihan, beli suku cadang, perawatan. Cuma Rp 3,7 triliun belanja modal. Itu yang untuk beli alutsista," jelas purnawirawan Jenderal TNI ini.
Angka ini sangat menyedihkan jika dibandingkan dengan kebutuhan modernisasi alutsista TNI. Untuk AU, anggaran tersebut hanya mampu untuk membeli dua unit F-16 baru yang harga satuannya Rp 1,5 triliun.
"Sedangkan anggaran untuk Angkatan Laut Rp 4,02 triliun, dan untuk Angkatan Darat Rp 4,9 triliun," kata dia.
Karena itu, Hasanudin berharap, Presiden Joko Widodo segera merealisasikan rencana menaikkan anggaran untuk TNI hingga 1,5 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia. Jika begitu, anggaran TNI akan mencapai Rp 150 triliun per tahun.
"Nah itu jangan dipakai untuk macam-macam. Anggaran Rp 50 triliun itu dilarikan ke alutsista. Kan lumayan, naik jadi Rp 62 triliun untuk alutsista," kata dia.
Anggaran pertahanan TNI memang sangat kecil. Bahkan jika dana aspirasi untuk dewan diloloskan dengan pagu Rp 20 miliar per dewan di APBN, anggaran pembelian senjata TNI sama dengan total pagu dana Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan: sekitar Rp 12 triliun.(TII)
Publik mengkritik pemerintah yang memilih hibah alusista dari negara lain ketimbang membeli baru.
TNI memang terus berusaha melakukan pemeliharaan dan memodernisasi alutsistanya. Tapi anggaran yang disediakan hanya sekitar Rp 12 triliun.
"Dari Rp 102 triliun anggaran TNI, yang nyata dipakai untuk alutsista cuma Rp 12 triliun," kata anggota Komisi I DPR TB Hasanudin di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (2/7/2015).
Jika dilihat secara keseluruhan, anggaran pertahanan tampak besar. Namun dari Rp 102 triliun anggaran yang ada, hanya 77 persen untuk anggaran TNI. Itu pun dibagi untuk Mabes TNI dan tiga matra yang ada.
"Nah, Angkatan Udara contohnya. Anggarannya Rp 13 triliun, Rp 3,5 triliun untuk gaji, Rp 6 triliun belanja barang seperti latihan, beli suku cadang, perawatan. Cuma Rp 3,7 triliun belanja modal. Itu yang untuk beli alutsista," jelas purnawirawan Jenderal TNI ini.
Angka ini sangat menyedihkan jika dibandingkan dengan kebutuhan modernisasi alutsista TNI. Untuk AU, anggaran tersebut hanya mampu untuk membeli dua unit F-16 baru yang harga satuannya Rp 1,5 triliun.
"Sedangkan anggaran untuk Angkatan Laut Rp 4,02 triliun, dan untuk Angkatan Darat Rp 4,9 triliun," kata dia.
Karena itu, Hasanudin berharap, Presiden Joko Widodo segera merealisasikan rencana menaikkan anggaran untuk TNI hingga 1,5 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia. Jika begitu, anggaran TNI akan mencapai Rp 150 triliun per tahun.
"Nah itu jangan dipakai untuk macam-macam. Anggaran Rp 50 triliun itu dilarikan ke alutsista. Kan lumayan, naik jadi Rp 62 triliun untuk alutsista," kata dia.
Anggaran pertahanan TNI memang sangat kecil. Bahkan jika dana aspirasi untuk dewan diloloskan dengan pagu Rp 20 miliar per dewan di APBN, anggaran pembelian senjata TNI sama dengan total pagu dana Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan: sekitar Rp 12 triliun.(TII)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.