Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan saat melihat mesin kopi dari limbah plastik bikinan PT FTS Batam. (Foto:Muhammad Chairuddin/Ulasan.co) ☆
PT W.I.K melalui anak perusahaannya yakni PT Free The Sea (FTS) di Kawasan Industri Panbil, Kota Batam mampu menyulap sampah plastik menjadi mesin pembuat kopi atau coffee maker senilai jutaan rupiah.
Perusahaan itu menitikberatkan produksinya pada pengolahan sampah di Kota Batam, khususnya di kawasan perairan. Hal itu tak terlepas dari banyaknya sampah plastik di Kota Batam.
Sampah plastik dari perairan kota yang berjuluk Batam Bandar Madani dikumpulkan, agar menjadi bahan baku utama pembuatan mesin tersebut.
“Free The Sea, memiliki tujuan untuk mengumpulkan sampah plastik. Agar tidak mengalir dan mencemari laut, sebab laut aset penting terutama di Kota Batam,” ujar Head of Free The Sea, Bahri Beyhan, Jumat (10/04).
Bahri menjelaskan, sampah-sampah itu didapatkan dari berbagai pelosok di Kota Batam. PT FTS bekerja sama berbagai bank sampah, serta perusahaan yang ingin menyalurkan sampah plastiknya untuk didaur ulang.
Proses pengumpulan dan pengolahan sampah pelatik itu sudah berjalan sejak awal 2022 lalu. Dengan demikian, produk yang dihasilkan adalah produk yang ramah lingkungan.
Dengan demikian, setidaknya mampu mengurangi sampah plastik di Kota Batam agar tidak memenuhi perairan sehingga berdampak buruk bagi alam.
“Bahkan, tahun lalu kami berhasil mengumpulkan sekitar 20 juta PET Bottle dari seluruh wilayah Batam. Kami sudah memproduksi sekitar satu juta mesin kopi, yang menggunakan bahan baku upcycling ini,” jelas Bahri.
Menurutnya, FTS hanya mengolah sampah plastik berjenis Polyethylene terephthalate (PET) Bottle yang berwarna biru transparan.
Setelah didaur ulang, produk-produk mesin kopi itu dikirim ke berbagai perusahaan, seperti Nestle hingga akhirnya dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 1 juta.
Tak hanya itu, FTS juga mengekspor mesin itu hingga ke kawasan benua Eropa, Amerika Latin dan Asia Pasifik.
Di sisi lain, timbal balik dari kerja sama antara FTS dengan berbagai pihak dalam mengumpulkan sampah plastik juga berbuah manis untuk masyarakat Kota Batam.
FTS tidak hanya membayar sampah itu dengan nominal uang, yang berdasarkan klasifikasi plastik yang diberikan. Namun, FTS juga menyediakan imbalan lain seperti beasiswa, dan bantuan sosial.
“Perusahaan ini juga menyejahterakan masyarakat. Tentunya dalam bentuk pembayaran BPJS Kesehatan, beasiswa pendidikan, pembagian sembako gratis, dan masih banyak lagi,” beber Bahri.
“Ke depannya kami juga sedang melakukan penelitian, dan pengembangan untuk mengolah jenis sampah plastik lainnya. Seperti botol sampo, gelas air mineral dan lainnya,” tambahnya.
Apresiasi Menko Marves RI Fasilitas produksi milik PT Free The Sea (FTS) di Kawasan Industri Panbil, Kota Batam yang memproduksi mesin pembuat kopi atau coffee maker dari limbah platik. (Foto:Muhammad Chairuddin/Ulasan.co)
Dalam Grand Launching-nya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan turut mengapresiasi apa yang dilakukan oleh PT FTS itu.
Selain berdampak baik dalam sektor investasi, upaya daur ulang itu juga berdampak baik bagi kelestarian lingkungan ke depan.
“Plastik di laut akan berubah jadi mikroplastik. Kemudian dimakan ikan dan ikan itu kita makan. Ini sangat berbahaya,” kata dia.
Jelasnya, mikroplastik merupakan partikel plastik atau fiber yang berukuran sangat kecil. Keberadaan mikroplastik ini sangat berbahaya, jika mencemari laut karena berpotensi dikonsumsi oleh ikan-ikan dan makhluk laut lainnya.
Contohnya, lanjut Luhut, dapat mengakibatkan kecacatan pada bayi jika dikonsumsi ibu hamil.
Untuk itu, Luhut mengimbau masyarakat agar tidak membuang sampah plastik sembarangan. Selalu buang sampah plastik pada tempatnya.
Sehingga, sampah plastik dapat dilacak dan dikumpulkan untuk diolah menjadi bahan baku upcycling yang berdaya guna contohnya seperti mesin kopi ini.
“Saya senang dengan adanya program seperti ini. Di Jakarta kemarin 25 ribu ton per tahun. Saya minta semua plastik yang ada di meja kita di daur ulang,” lanjunya.
PT W.I.K melalui anak perusahaannya yakni PT Free The Sea (FTS) di Kawasan Industri Panbil, Kota Batam mampu menyulap sampah plastik menjadi mesin pembuat kopi atau coffee maker senilai jutaan rupiah.
Perusahaan itu menitikberatkan produksinya pada pengolahan sampah di Kota Batam, khususnya di kawasan perairan. Hal itu tak terlepas dari banyaknya sampah plastik di Kota Batam.
Sampah plastik dari perairan kota yang berjuluk Batam Bandar Madani dikumpulkan, agar menjadi bahan baku utama pembuatan mesin tersebut.
“Free The Sea, memiliki tujuan untuk mengumpulkan sampah plastik. Agar tidak mengalir dan mencemari laut, sebab laut aset penting terutama di Kota Batam,” ujar Head of Free The Sea, Bahri Beyhan, Jumat (10/04).
Bahri menjelaskan, sampah-sampah itu didapatkan dari berbagai pelosok di Kota Batam. PT FTS bekerja sama berbagai bank sampah, serta perusahaan yang ingin menyalurkan sampah plastiknya untuk didaur ulang.
Proses pengumpulan dan pengolahan sampah pelatik itu sudah berjalan sejak awal 2022 lalu. Dengan demikian, produk yang dihasilkan adalah produk yang ramah lingkungan.
Dengan demikian, setidaknya mampu mengurangi sampah plastik di Kota Batam agar tidak memenuhi perairan sehingga berdampak buruk bagi alam.
“Bahkan, tahun lalu kami berhasil mengumpulkan sekitar 20 juta PET Bottle dari seluruh wilayah Batam. Kami sudah memproduksi sekitar satu juta mesin kopi, yang menggunakan bahan baku upcycling ini,” jelas Bahri.
Menurutnya, FTS hanya mengolah sampah plastik berjenis Polyethylene terephthalate (PET) Bottle yang berwarna biru transparan.
Setelah didaur ulang, produk-produk mesin kopi itu dikirim ke berbagai perusahaan, seperti Nestle hingga akhirnya dipasarkan dengan harga mulai dari Rp 1 juta.
Tak hanya itu, FTS juga mengekspor mesin itu hingga ke kawasan benua Eropa, Amerika Latin dan Asia Pasifik.
Di sisi lain, timbal balik dari kerja sama antara FTS dengan berbagai pihak dalam mengumpulkan sampah plastik juga berbuah manis untuk masyarakat Kota Batam.
FTS tidak hanya membayar sampah itu dengan nominal uang, yang berdasarkan klasifikasi plastik yang diberikan. Namun, FTS juga menyediakan imbalan lain seperti beasiswa, dan bantuan sosial.
“Perusahaan ini juga menyejahterakan masyarakat. Tentunya dalam bentuk pembayaran BPJS Kesehatan, beasiswa pendidikan, pembagian sembako gratis, dan masih banyak lagi,” beber Bahri.
“Ke depannya kami juga sedang melakukan penelitian, dan pengembangan untuk mengolah jenis sampah plastik lainnya. Seperti botol sampo, gelas air mineral dan lainnya,” tambahnya.
Apresiasi Menko Marves RI Fasilitas produksi milik PT Free The Sea (FTS) di Kawasan Industri Panbil, Kota Batam yang memproduksi mesin pembuat kopi atau coffee maker dari limbah platik. (Foto:Muhammad Chairuddin/Ulasan.co)
Dalam Grand Launching-nya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan turut mengapresiasi apa yang dilakukan oleh PT FTS itu.
Selain berdampak baik dalam sektor investasi, upaya daur ulang itu juga berdampak baik bagi kelestarian lingkungan ke depan.
“Plastik di laut akan berubah jadi mikroplastik. Kemudian dimakan ikan dan ikan itu kita makan. Ini sangat berbahaya,” kata dia.
Jelasnya, mikroplastik merupakan partikel plastik atau fiber yang berukuran sangat kecil. Keberadaan mikroplastik ini sangat berbahaya, jika mencemari laut karena berpotensi dikonsumsi oleh ikan-ikan dan makhluk laut lainnya.
Contohnya, lanjut Luhut, dapat mengakibatkan kecacatan pada bayi jika dikonsumsi ibu hamil.
Untuk itu, Luhut mengimbau masyarakat agar tidak membuang sampah plastik sembarangan. Selalu buang sampah plastik pada tempatnya.
Sehingga, sampah plastik dapat dilacak dan dikumpulkan untuk diolah menjadi bahan baku upcycling yang berdaya guna contohnya seperti mesin kopi ini.
“Saya senang dengan adanya program seperti ini. Di Jakarta kemarin 25 ribu ton per tahun. Saya minta semua plastik yang ada di meja kita di daur ulang,” lanjunya.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.