Bisa bikin alat pertahanan yang canggihIlustrasi Medium Tank Harimau [Pindad] ★
Indonesia memiliki potensi harta karun super langka, dalam hal ini adalah mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element/REE. Harta karun super langka ini memiliki banyak manfaat termasuk bisa menjadi bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik hingga ke peralatan kendaraan tempur yang bersifat modern.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono menyampaikan LTJ sendiri memiliki beragam manfaat yang bisa dikembangkan. Misalnya sebagai bahan baku untuk baterai, alat pertahanan, pesawat, tank, senjata, kendaraan tempur.
"Sangat memerlukan itu. Termasuk kaitannya dengan program transisi energi, peralatan-peralatan yang menggerakkan seperti turbin memerlukan LTJ. Lapisannya upaya lebih ringan dan cepat, penyimpanan baterai memerlukan itu," kata Eko di Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Meski begitu, pengembangan logam tanah jarang hingga saat ini masih sampai pada tahapan eksplorasi awal, yakni berupa pemetaan. Oleh sebab itu, pemerintah tengah melakukan kajian bersama Australia yang sudah maju dalam penyediaan teknologi pengolahan logam tanah jarang. "Kita coba kemarin kunjungan ke Australia itu untuk lebih belajar bagaimana mineral kritis di sana, karena sudah maju sekali ya di sana," kata Eko.
Yang terang, harta karun super langka ini, jarang dimiliki oleh negara-negara lain. Eko mengatakan, keberadaan logam tanah jarang ini hanya berada di lokasi-lokasi tertentu yakni di Indonesia yang merupakan ring of fire.
"Namanya juga mineral jarang, keberadana hanya di lokasi tertentu gak semua negara punya. Karena jarang, hukum ekonomi barang langka dan jarang barangnya mahal, lebih jauh dari batu bara misalnya, coba dilihat lithium berapa harganya. Tapi memang mahal itu per gramnya," ungkap Eko.
Badan Geologi sendiri telah melakukan penyelidikan terkait dengan adanya logam tanah jarang di beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya di Bangka Belitung di dalam proses kandungan timah.
Adapun Indonesia yang disebut sebagai ring of fire mulai dari Sumatera Utara sampai Sumatera Selatan, Pulau Jawa sampai ke Timur Indonesia merupakan jalur vulkanik.
"Jadi sepanjang jalur itu ada mineralisasi, kan mineral-mineral itu asalnya dari batuan juga dari bumi itu. Kita ketahui untuk LTJ yang saat ini asosiasinya dengan jalur timah makanya kita cari jalur timah mulai Sumut sampai timur. Di Sumatera Utara di daerah Parmonangan ada juga itu endapan LTJ di situ terus ke arah Kalimantan Barat, Sulawesi Barat itu ada beberapa endapaan yang setelah dicek ada LTJ," ungkap Eko.
Tak hanya itu, di Lumpur Lapindo, Sidoarjo saat ini Dalam penyelidikan tersebut pihaknya justru menemukan adanya potensi mineral kritis seperti Lithium dan Stronsium.
Dirjen Minerba Kementerian ESDM pada saat itu yakni Ridwan Djamaluddin mengatakan pemerintah tengah menyiapkan roadmap atau peta jalan pengembangan LTJ di dalam negeri. Hal ini dilakukan agar rencana pengembangan harta karun super langka tersebut tidak hanya sebatas wacana.
"Roadmap sedang kami siapkan rencana kami akan keluarkan Kepmen ESDM, bagaimana mineral ikutan termasuk LTJ diatur dulu," kata Ridwan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Selasa (21/6/2022).
Menurut Ridwan dari hasil pengolahan mineral timah selama ini terdapat mineral ikutan seperti monasit dan xenotim yang mengandung LTJ. Namun demikian, sampai saat ini mineral langka tersebut belum diolah atau dimanfaatkan. "Masih ditumpuk saja, disimpan saja sambil kami lakukan kajian bersama sama dengan badan usaha dan pakar dari perguruan tinggi," ujarnya.
Berdasarkan "Kajian Potensi Mineral Ikutan pada Pertambangan Timah" yang dirilis Kementerian ESDM pada 2017, logam tanah jarang ini tersebar di beberapa daerah, antara lain Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, dan Papua.
Indonesia memiliki potensi harta karun super langka, dalam hal ini adalah mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element/REE. Harta karun super langka ini memiliki banyak manfaat termasuk bisa menjadi bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik hingga ke peralatan kendaraan tempur yang bersifat modern.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono menyampaikan LTJ sendiri memiliki beragam manfaat yang bisa dikembangkan. Misalnya sebagai bahan baku untuk baterai, alat pertahanan, pesawat, tank, senjata, kendaraan tempur.
"Sangat memerlukan itu. Termasuk kaitannya dengan program transisi energi, peralatan-peralatan yang menggerakkan seperti turbin memerlukan LTJ. Lapisannya upaya lebih ringan dan cepat, penyimpanan baterai memerlukan itu," kata Eko di Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Meski begitu, pengembangan logam tanah jarang hingga saat ini masih sampai pada tahapan eksplorasi awal, yakni berupa pemetaan. Oleh sebab itu, pemerintah tengah melakukan kajian bersama Australia yang sudah maju dalam penyediaan teknologi pengolahan logam tanah jarang. "Kita coba kemarin kunjungan ke Australia itu untuk lebih belajar bagaimana mineral kritis di sana, karena sudah maju sekali ya di sana," kata Eko.
Yang terang, harta karun super langka ini, jarang dimiliki oleh negara-negara lain. Eko mengatakan, keberadaan logam tanah jarang ini hanya berada di lokasi-lokasi tertentu yakni di Indonesia yang merupakan ring of fire.
"Namanya juga mineral jarang, keberadana hanya di lokasi tertentu gak semua negara punya. Karena jarang, hukum ekonomi barang langka dan jarang barangnya mahal, lebih jauh dari batu bara misalnya, coba dilihat lithium berapa harganya. Tapi memang mahal itu per gramnya," ungkap Eko.
Badan Geologi sendiri telah melakukan penyelidikan terkait dengan adanya logam tanah jarang di beberapa wilayah di Indonesia. Misalnya di Bangka Belitung di dalam proses kandungan timah.
Adapun Indonesia yang disebut sebagai ring of fire mulai dari Sumatera Utara sampai Sumatera Selatan, Pulau Jawa sampai ke Timur Indonesia merupakan jalur vulkanik.
"Jadi sepanjang jalur itu ada mineralisasi, kan mineral-mineral itu asalnya dari batuan juga dari bumi itu. Kita ketahui untuk LTJ yang saat ini asosiasinya dengan jalur timah makanya kita cari jalur timah mulai Sumut sampai timur. Di Sumatera Utara di daerah Parmonangan ada juga itu endapan LTJ di situ terus ke arah Kalimantan Barat, Sulawesi Barat itu ada beberapa endapaan yang setelah dicek ada LTJ," ungkap Eko.
Tak hanya itu, di Lumpur Lapindo, Sidoarjo saat ini Dalam penyelidikan tersebut pihaknya justru menemukan adanya potensi mineral kritis seperti Lithium dan Stronsium.
Dirjen Minerba Kementerian ESDM pada saat itu yakni Ridwan Djamaluddin mengatakan pemerintah tengah menyiapkan roadmap atau peta jalan pengembangan LTJ di dalam negeri. Hal ini dilakukan agar rencana pengembangan harta karun super langka tersebut tidak hanya sebatas wacana.
"Roadmap sedang kami siapkan rencana kami akan keluarkan Kepmen ESDM, bagaimana mineral ikutan termasuk LTJ diatur dulu," kata Ridwan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Selasa (21/6/2022).
Menurut Ridwan dari hasil pengolahan mineral timah selama ini terdapat mineral ikutan seperti monasit dan xenotim yang mengandung LTJ. Namun demikian, sampai saat ini mineral langka tersebut belum diolah atau dimanfaatkan. "Masih ditumpuk saja, disimpan saja sambil kami lakukan kajian bersama sama dengan badan usaha dan pakar dari perguruan tinggi," ujarnya.
Berdasarkan "Kajian Potensi Mineral Ikutan pada Pertambangan Timah" yang dirilis Kementerian ESDM pada 2017, logam tanah jarang ini tersebar di beberapa daerah, antara lain Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, dan Papua.
♞ CNBC
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.