⍟ Agar dapat mengimbangi kekuatan Alutsista negara-negara kawasan. KRI Golok-688 [ist]
TNI Angkatan Laut berkomitmen memodernisasi Alutsista sebagai bentuk dari penguasaan naval technology, sebagai bagian dari upaya pemerintah membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri, dirilis Dispenal pada Jumat 4-1-2022.
Demikian yang disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono saat delivery ceremony 2 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) pada Jumat 14-1-2022 di Dermaga Madura Koarmada II, Ujung Surabaya.
Laksamana TNI Yudo Margono menjelaskan bahwa dua KRI tersebut yakni KRI Golok-688 adalah kapal Cepat Rudal Trimaran yang sudah mengadopsi teknologi terbaru yang di bangun oleh PT. Lundin Industry Invest, sedangkan KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-911 adalah kapal jenis Bantu Rumah Sakit buatan PT. PAL Indonesia.
“Kapal jenis ini bukan hanya penting untuk mendukung operasi laut sebagai bagian dari gugus tugas dan Armada Angkatan Laut, tetapi merupakan wujud nyata dari komitmen TNI Angkatan Laut untuk memodernisasi Alutsista dalam operasi kemanusiaan,” ujar Kasal Laksamana TNI Yudo Margono.
TNI AL membutuhkan kapal-kapal terbaru dengan persenjataan mutakhir dan teknologi terbaru, agar dapat mengimbangi kekuatan Alutsista negara-negara kawasan.
Selanjutnya Kasal Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikan bahwa bagi Indonesia, memiliki kapal-kapal dengan teknologi modern bukan hanya kebutuhan, tetapi sebuah keniscayaan, sebab ancaman yang harus dihadapi semakin kompleks dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Posisi Indonesia yang berada dalam ring of fire, membuat Indonesia memiliki kerawanan yang tinggi terhadap berbagai jenis bencana alam, sedangkan kondisi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan, sangat memerlukan kemampuan proyeksi pelayanan kesehatan, bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana dari satu pulau ke pulau lain melintasi perairan,” kata Laksamana TNI Yudo Margono.
Mengakhiri sambutannya, Laksamana TNI Yudo Margono berharap agar industri pertahanan dalam negeri, dalam hal ini galangan kapal nasional terus menciptakan inovasi-inovasi baru dan meningkatkan kemampuannya agar dapat berkompetisi di pasar global melalui peningkatan kapasitas produksi, manajemen serta teknologi modern agar mampu bersaing dengan kompetitor dari luar negeri.
”Kita tunjukkan kepada bangsa lain, bahwa kita mampu berdiri di atas kaki sendiri sambil terus mengejar segala ketertinggalan yang masih ada selama ini. Bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang kompetitif dan mampu bersaing di tataran internasional, termasuk dalam industri perkapalan,” ujar Laksamana TNI Yudo Margono.
Kedua kapal produk dalam negeri
Ambulance boat KRI dr Wahidin Sudirohusodo-991
Kekuatan alutsista TNI Angkatan Laut (AL) semakin berlipat dengan peluncuran dua Kapal Perang Indonesia (KRI) Gokok-688 dan KRI dr Wahidin Sudirohusodo-991.
Kedua kapal ini merupakan buatan industri pertahanan dalam negara. KRI Golok-688 diproduksi oleh PT Lundin Inudstry Invest, sedangkan KRI Wahidin produksi PT PAL Indonesia. Yudo mengatakan, keberhasilan memproduksi dua KRI ini merupakan bentuk penguasaan naval technology oleh Indonesia.
Hal itu mengandung arti penting sebagai bagian dari upaya pemerintah membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
"Bagi Indonesia memiliki kapal-kapal dengan teknologi modern bukan hanya kebutuhan tetapi sebuah keniscayaan, sebab ancaman yang harus dihadapi semakin kompleks," ujar Yudo.
KRI Golok-688
KRI Golok-688 yang merupakan Kapal Cepat Rudal (KCR) kelas Trimaran. KRI ini memiliki spesifikasi, length overall 62,53 meter, moulded length 60,77 mm, beam overall 16 meter, water draft 1,17 meter, dan air draft 18,7 to top of mask structure.
KRI ini miliki desain runcing di bagian depan agar kapal ini dapat melakukan taktik hit and run dan melaju dengan kencang di perairan Nusantara.
Selain Operasi Militer Perang (OMP) kapal ini juga bisa digunakan dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Yudo mempercayakan Letkol Laut (P) Primayantha, abituren Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan 48 sebagai Komandan KRI Golok-688.
KRI dr Wahidin-991
Sementara itu, KRI Wahidin-991 merupakan kapal rumah sakit ketiga yang dimiliki TNI AL. Generasi sebelumnya yang sudah ada ialah KRI dr. Soeharso-990 dan KRI Semarang-594.
KRI memiliki spesifikasi, LOA 124 meter, lebar 22 meter, draught 5 meter, displacement 7.300 ton.-KRI ini mampu berlayar dengan kecepatan maksimal 18 knot, cuising speed 14 knot, endurance 30 hari, serta rentang operasi 10.000 Nm.
Komandan KRI Wahidin-991 adalah Kolonel Laut (P) Anton Pratomo yang merupakan AAL Angkatan 45.
"Kapal rumah sakit juga sangat penting dan diperlukan, karena bantuan kemanusiaan serta penanggulangan bencana dari satu pulau ke pulau lain melintasi perairan. Oleh karena itu, kapal rumah sakit memiliki multi fungsi yang sangat dibutuhkan,“ pungkasnya.
TNI Angkatan Laut berkomitmen memodernisasi Alutsista sebagai bentuk dari penguasaan naval technology, sebagai bagian dari upaya pemerintah membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri, dirilis Dispenal pada Jumat 4-1-2022.
Demikian yang disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono saat delivery ceremony 2 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) pada Jumat 14-1-2022 di Dermaga Madura Koarmada II, Ujung Surabaya.
Laksamana TNI Yudo Margono menjelaskan bahwa dua KRI tersebut yakni KRI Golok-688 adalah kapal Cepat Rudal Trimaran yang sudah mengadopsi teknologi terbaru yang di bangun oleh PT. Lundin Industry Invest, sedangkan KRI dr. Wahidin Sudirohusodo-911 adalah kapal jenis Bantu Rumah Sakit buatan PT. PAL Indonesia.
“Kapal jenis ini bukan hanya penting untuk mendukung operasi laut sebagai bagian dari gugus tugas dan Armada Angkatan Laut, tetapi merupakan wujud nyata dari komitmen TNI Angkatan Laut untuk memodernisasi Alutsista dalam operasi kemanusiaan,” ujar Kasal Laksamana TNI Yudo Margono.
TNI AL membutuhkan kapal-kapal terbaru dengan persenjataan mutakhir dan teknologi terbaru, agar dapat mengimbangi kekuatan Alutsista negara-negara kawasan.
Selanjutnya Kasal Laksamana TNI Yudo Margono menyampaikan bahwa bagi Indonesia, memiliki kapal-kapal dengan teknologi modern bukan hanya kebutuhan, tetapi sebuah keniscayaan, sebab ancaman yang harus dihadapi semakin kompleks dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Posisi Indonesia yang berada dalam ring of fire, membuat Indonesia memiliki kerawanan yang tinggi terhadap berbagai jenis bencana alam, sedangkan kondisi geografi Indonesia sebagai negara kepulauan, sangat memerlukan kemampuan proyeksi pelayanan kesehatan, bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana dari satu pulau ke pulau lain melintasi perairan,” kata Laksamana TNI Yudo Margono.
Mengakhiri sambutannya, Laksamana TNI Yudo Margono berharap agar industri pertahanan dalam negeri, dalam hal ini galangan kapal nasional terus menciptakan inovasi-inovasi baru dan meningkatkan kemampuannya agar dapat berkompetisi di pasar global melalui peningkatan kapasitas produksi, manajemen serta teknologi modern agar mampu bersaing dengan kompetitor dari luar negeri.
”Kita tunjukkan kepada bangsa lain, bahwa kita mampu berdiri di atas kaki sendiri sambil terus mengejar segala ketertinggalan yang masih ada selama ini. Bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang kompetitif dan mampu bersaing di tataran internasional, termasuk dalam industri perkapalan,” ujar Laksamana TNI Yudo Margono.
Kedua kapal produk dalam negeri
Ambulance boat KRI dr Wahidin Sudirohusodo-991
Kekuatan alutsista TNI Angkatan Laut (AL) semakin berlipat dengan peluncuran dua Kapal Perang Indonesia (KRI) Gokok-688 dan KRI dr Wahidin Sudirohusodo-991.
Kedua kapal ini merupakan buatan industri pertahanan dalam negara. KRI Golok-688 diproduksi oleh PT Lundin Inudstry Invest, sedangkan KRI Wahidin produksi PT PAL Indonesia. Yudo mengatakan, keberhasilan memproduksi dua KRI ini merupakan bentuk penguasaan naval technology oleh Indonesia.
Hal itu mengandung arti penting sebagai bagian dari upaya pemerintah membangun kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
"Bagi Indonesia memiliki kapal-kapal dengan teknologi modern bukan hanya kebutuhan tetapi sebuah keniscayaan, sebab ancaman yang harus dihadapi semakin kompleks," ujar Yudo.
KRI Golok-688
KRI Golok-688 yang merupakan Kapal Cepat Rudal (KCR) kelas Trimaran. KRI ini memiliki spesifikasi, length overall 62,53 meter, moulded length 60,77 mm, beam overall 16 meter, water draft 1,17 meter, dan air draft 18,7 to top of mask structure.
KRI ini miliki desain runcing di bagian depan agar kapal ini dapat melakukan taktik hit and run dan melaju dengan kencang di perairan Nusantara.
Selain Operasi Militer Perang (OMP) kapal ini juga bisa digunakan dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Yudo mempercayakan Letkol Laut (P) Primayantha, abituren Akademi Angkatan Laut (AAL) Angkatan 48 sebagai Komandan KRI Golok-688.
KRI dr Wahidin-991
Sementara itu, KRI Wahidin-991 merupakan kapal rumah sakit ketiga yang dimiliki TNI AL. Generasi sebelumnya yang sudah ada ialah KRI dr. Soeharso-990 dan KRI Semarang-594.
KRI memiliki spesifikasi, LOA 124 meter, lebar 22 meter, draught 5 meter, displacement 7.300 ton.-KRI ini mampu berlayar dengan kecepatan maksimal 18 knot, cuising speed 14 knot, endurance 30 hari, serta rentang operasi 10.000 Nm.
Komandan KRI Wahidin-991 adalah Kolonel Laut (P) Anton Pratomo yang merupakan AAL Angkatan 45.
"Kapal rumah sakit juga sangat penting dan diperlukan, karena bantuan kemanusiaan serta penanggulangan bencana dari satu pulau ke pulau lain melintasi perairan. Oleh karena itu, kapal rumah sakit memiliki multi fungsi yang sangat dibutuhkan,“ pungkasnya.
☪ Garuda Militer
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.