Kerja Sama Korea - Indonesia Peluncuran protipe jet tempur Korea Indonesia KF-21 Boramae (KAI)
Akhirnya bendera Merah Putih terpampang bersama bendera Korea Selatan di badan prototipe jet tempur bersama KF-21 Boramae.
Prototipe jet tempur KF-21 Boramae merupakan kelanjutan proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X) yang diteken Korea - Indonesia sejak 2010.
Peluncuran prototipe jet tempur KF-21 Boramae dihadiri Menhan Prabowo Subianto.
Bahkan Presiden Jokowi juga menyampaikan kata sambutan lewat video yang diputar dalam acara peluncuran di pabrik Korea Aerospace Industries (KAI) Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan, Jumat, 9 April 2021.
Prototipe jet tempur KF-21 Boramae berwarna abu-abu ini mirip desain jet siluman.
Sebanyak 8 prototipe jet tempur KF-21 Boramae (6 diuji terbang 2 digunakan ground testing) akan menjalani serangkaian tes hingga produksi massal dimulai pada tahun 2026.
"Peluncuran prototipe adalah langkah besar dalam proses pengembangan karena itu berarti kami memasuki fase pengujian kemampuan pesawat tempur setelah benar-benar membangun apa yang awalnya hanya gambar," kata badan pengadaan senjata itu dalam rilisnya.
Dengan muatan maksimum 7.700 kilogram, KF-21 Boramae memiliki 10 pod untuk rudal udara-ke-udara dan senjata lainnya, yang mampu terbang pada kecepatan 2.200 kilometer per jam dengan jangkauan terbang 2.900 km.
Uji penerbangan perdana dijadwalkan pada 2022, dengan seluruh pengembangan akan selesai pada 2026.
''Dibangun dengan platform generasi 4,5 ini, Korea Selatan akan mampu membangun versi yang lebih maju di masa mendatang," kata Profesor Bang Hyo-Choong dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST).
Sekitar 65 persen komponen jet tempur KF-21 Boramae dibuat di Korea, termasuk radar active electronically scanned array (AESA), yang jauh lebih maju daripada radar mode pasif.
Jika sudah beroperasi penuh, Korea Selatan akan menjadi negara ke-13 di dunia yang telah mengembangkan pesawat tempurnya sendiri.
Sebelumnya Indonesia sempat kecewa dengan porsi kepemilikan dalam proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X) hingga sempat menarik diri.
Indonesia menanggung 20 persen dari total biaya KF-X/IF-X senilai 8.8 triliun won atau 7.9 miliar dolar AS.
Dalam kesepakatan awal, Indonesia mendapat satu prototipe bersama transfer teknologi; dan memproduksi sekitar 48 unit diproduksi PT Dirgantara Indonesia.
Namun Indonesia menghentikan pembayaran setelah menginvestasikan 227.2 miliar won atau hampir Rp 3 triliun.
Atau Indonesia masih berutang sekitar 600 miliar won atau Rp 7.8 triliun.
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Sakti Wahyu Trenggono, yang kini menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, menyebutkan Indonesia tak mendapatkan keuntungan signifikan dari kerja sama KF-X/IF-X.
"Gini, KFX itu kan pesawat tempur. Kita ngirim engineer ke Korea. Kita mesti spending US$ 2 miliar, lalu ujungnya kita dapat satu prototipe," ujar Trenggono seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Celakanya Indonesia tidak memiliki kepemilikan penuh dari 1 prototipe yang diberikan pada kita.
Trenggono menyebutkan hanya 15% saja ownership pemerintah.
Sementara itu mayoritas kepemilikan berada di tangan Korea Selatan, yakni sembilan teknologi yang tidak diberikan kepada Indonesia.
Selain itu juga ada ketentuan mengenai batas usia para engineer tanah air yang dikirimkan ke Korsel.
Padahal pengiriman tersebut diharapkan pemerintah Indonesia bisa ada transfer teknologi.
Tapi akhirnya kedua negara sepakat melanjutkan proyek ini setelah Menhan Prabowo bertemu Menhan Korea Suh Wook dan Presiden Korea Moon Jae-in, Kamis, 8 April 2021.
Media Korea Selatan melansir pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Selatan sesuai pertemuan Menhan Prabowo Subianto dan Menhan Suh Wook, yang bernada optimistis soal masa depan proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X).
Sedangkan siaran pers Kemenhan tidak sedikit pun menyinggung nasib proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X), yang sempat ditinggalkan Indonesia.
Kantor berita Yonhap melansir kedua menhan menyatakan proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X) melambangkan kepercayaan antara kedua negara.
Menhan Prabowo Subianto dan Menhan Suh Wook sepakat untuk memastikan kerja sama industri pertahanan berlanjut seperti proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X).
Kedua menhan juga setuju untuk mengadakan pertemuan dua-plus-dua pejabat senior Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan tahun ini dan untuk meluncurkan saluran dialog tingkat wakil menteri dalam waktu dekat untuk meningkatkan komunikasi strategis.
Selain bertemu Menhan Korea, Prabowo juga disambut Presiden Korea Moon Jae-in, Kamis, 8 April 2021.
"Proyek bersama Korea Selatan-Indonesia untuk mengembangkan jet tempur generasi mendatang secara simbolis menunjukkan tingkat kepercayaan dan kerja sama yang tinggi antara kedua negara bersama dengan proyek kerja sama di kapal selam," kata Presiden Moon di awal pembicaraan seperti dilansir Yonhap.
Presiden Moon menggambarkan kunjungan Prabowo tersebut sebagai representasi "komitmen kuat" Indonesia untuk kerjasama industri pertahanan yang sukses.
Presiden Moon mengungkapkan harapan untuk memproduksi jet tempur secara massal, mentransfer teknologi, dan memasuki pasar luar negeri bersama-sama.
Presiden Moon menambahkan Korea Selatan banyak menjalin hubungan dengan Indonesia, sebagai "perwakilan negara Asia," dan menunjukkan bahwa keduanya telah menjalin "kemitraan strategis khusus."
Sekadar diketahui, Indonesia juga bekerja sama membangun kapal selam dengan Daweoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME).
Dua kapal selam dibuat di Korea yakni KRI Nagapasa-403 dan KRI Ardadeli-404.
Sedangkan KRI Alugoro-405 dibangun di PAL Indonesia Surabaya.
Selain itu, Indonesia juga membeli pesawat terbang latih turboprop KT-1B Wong Bee, pesawat tempur ringan latih lanjut/multi peran jet T-50i Golden Eagle dari Korea.
Sedangkan rilis Kemenhan yang dibagikan ke media, tidak disinggung spesifik kelanjutan proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X).
Hanya disebutkan Prabowo bertemu Suh Wook dalam rangka kunjungan ke Negeri Ginseng guna meningkatkan kerja sama kedua negara di bidang pertahanan.
"Dalam acara yang berlangsung sangat hangat ini, kedua negara sepakat mempererat kerjasama militer yang selama ini sudah berjalan dengan baik," demikian keterangan tertulis Kementerian Pertahanan RI terkait pertemuan Prabowo dan Suh Wook, Kamis (8/4/2021). (Yonhap)
Akhirnya bendera Merah Putih terpampang bersama bendera Korea Selatan di badan prototipe jet tempur bersama KF-21 Boramae.
Prototipe jet tempur KF-21 Boramae merupakan kelanjutan proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X) yang diteken Korea - Indonesia sejak 2010.
Peluncuran prototipe jet tempur KF-21 Boramae dihadiri Menhan Prabowo Subianto.
Bahkan Presiden Jokowi juga menyampaikan kata sambutan lewat video yang diputar dalam acara peluncuran di pabrik Korea Aerospace Industries (KAI) Sacheon, Provinsi Gyeongsang Selatan, Jumat, 9 April 2021.
Prototipe jet tempur KF-21 Boramae berwarna abu-abu ini mirip desain jet siluman.
Sebanyak 8 prototipe jet tempur KF-21 Boramae (6 diuji terbang 2 digunakan ground testing) akan menjalani serangkaian tes hingga produksi massal dimulai pada tahun 2026.
"Peluncuran prototipe adalah langkah besar dalam proses pengembangan karena itu berarti kami memasuki fase pengujian kemampuan pesawat tempur setelah benar-benar membangun apa yang awalnya hanya gambar," kata badan pengadaan senjata itu dalam rilisnya.
Dengan muatan maksimum 7.700 kilogram, KF-21 Boramae memiliki 10 pod untuk rudal udara-ke-udara dan senjata lainnya, yang mampu terbang pada kecepatan 2.200 kilometer per jam dengan jangkauan terbang 2.900 km.
Uji penerbangan perdana dijadwalkan pada 2022, dengan seluruh pengembangan akan selesai pada 2026.
''Dibangun dengan platform generasi 4,5 ini, Korea Selatan akan mampu membangun versi yang lebih maju di masa mendatang," kata Profesor Bang Hyo-Choong dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST).
Sekitar 65 persen komponen jet tempur KF-21 Boramae dibuat di Korea, termasuk radar active electronically scanned array (AESA), yang jauh lebih maju daripada radar mode pasif.
Jika sudah beroperasi penuh, Korea Selatan akan menjadi negara ke-13 di dunia yang telah mengembangkan pesawat tempurnya sendiri.
Sebelumnya Indonesia sempat kecewa dengan porsi kepemilikan dalam proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X) hingga sempat menarik diri.
Indonesia menanggung 20 persen dari total biaya KF-X/IF-X senilai 8.8 triliun won atau 7.9 miliar dolar AS.
Dalam kesepakatan awal, Indonesia mendapat satu prototipe bersama transfer teknologi; dan memproduksi sekitar 48 unit diproduksi PT Dirgantara Indonesia.
Namun Indonesia menghentikan pembayaran setelah menginvestasikan 227.2 miliar won atau hampir Rp 3 triliun.
Atau Indonesia masih berutang sekitar 600 miliar won atau Rp 7.8 triliun.
Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Sakti Wahyu Trenggono, yang kini menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, menyebutkan Indonesia tak mendapatkan keuntungan signifikan dari kerja sama KF-X/IF-X.
"Gini, KFX itu kan pesawat tempur. Kita ngirim engineer ke Korea. Kita mesti spending US$ 2 miliar, lalu ujungnya kita dapat satu prototipe," ujar Trenggono seperti dikutip dari CNBC Indonesia.
Celakanya Indonesia tidak memiliki kepemilikan penuh dari 1 prototipe yang diberikan pada kita.
Trenggono menyebutkan hanya 15% saja ownership pemerintah.
Sementara itu mayoritas kepemilikan berada di tangan Korea Selatan, yakni sembilan teknologi yang tidak diberikan kepada Indonesia.
Selain itu juga ada ketentuan mengenai batas usia para engineer tanah air yang dikirimkan ke Korsel.
Padahal pengiriman tersebut diharapkan pemerintah Indonesia bisa ada transfer teknologi.
Tapi akhirnya kedua negara sepakat melanjutkan proyek ini setelah Menhan Prabowo bertemu Menhan Korea Suh Wook dan Presiden Korea Moon Jae-in, Kamis, 8 April 2021.
Media Korea Selatan melansir pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Selatan sesuai pertemuan Menhan Prabowo Subianto dan Menhan Suh Wook, yang bernada optimistis soal masa depan proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X).
Sedangkan siaran pers Kemenhan tidak sedikit pun menyinggung nasib proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X), yang sempat ditinggalkan Indonesia.
Kantor berita Yonhap melansir kedua menhan menyatakan proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X) melambangkan kepercayaan antara kedua negara.
Menhan Prabowo Subianto dan Menhan Suh Wook sepakat untuk memastikan kerja sama industri pertahanan berlanjut seperti proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X).
Kedua menhan juga setuju untuk mengadakan pertemuan dua-plus-dua pejabat senior Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan tahun ini dan untuk meluncurkan saluran dialog tingkat wakil menteri dalam waktu dekat untuk meningkatkan komunikasi strategis.
Selain bertemu Menhan Korea, Prabowo juga disambut Presiden Korea Moon Jae-in, Kamis, 8 April 2021.
"Proyek bersama Korea Selatan-Indonesia untuk mengembangkan jet tempur generasi mendatang secara simbolis menunjukkan tingkat kepercayaan dan kerja sama yang tinggi antara kedua negara bersama dengan proyek kerja sama di kapal selam," kata Presiden Moon di awal pembicaraan seperti dilansir Yonhap.
Presiden Moon menggambarkan kunjungan Prabowo tersebut sebagai representasi "komitmen kuat" Indonesia untuk kerjasama industri pertahanan yang sukses.
Presiden Moon mengungkapkan harapan untuk memproduksi jet tempur secara massal, mentransfer teknologi, dan memasuki pasar luar negeri bersama-sama.
Presiden Moon menambahkan Korea Selatan banyak menjalin hubungan dengan Indonesia, sebagai "perwakilan negara Asia," dan menunjukkan bahwa keduanya telah menjalin "kemitraan strategis khusus."
Sekadar diketahui, Indonesia juga bekerja sama membangun kapal selam dengan Daweoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME).
Dua kapal selam dibuat di Korea yakni KRI Nagapasa-403 dan KRI Ardadeli-404.
Sedangkan KRI Alugoro-405 dibangun di PAL Indonesia Surabaya.
Selain itu, Indonesia juga membeli pesawat terbang latih turboprop KT-1B Wong Bee, pesawat tempur ringan latih lanjut/multi peran jet T-50i Golden Eagle dari Korea.
Sedangkan rilis Kemenhan yang dibagikan ke media, tidak disinggung spesifik kelanjutan proyek jet tempur bersama Korea Fighter Experimental (KF-X)/Indonesian Fighter Experimental (IF-X).
Hanya disebutkan Prabowo bertemu Suh Wook dalam rangka kunjungan ke Negeri Ginseng guna meningkatkan kerja sama kedua negara di bidang pertahanan.
"Dalam acara yang berlangsung sangat hangat ini, kedua negara sepakat mempererat kerjasama militer yang selama ini sudah berjalan dengan baik," demikian keterangan tertulis Kementerian Pertahanan RI terkait pertemuan Prabowo dan Suh Wook, Kamis (8/4/2021). (Yonhap)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.