Selain rendah karbon, STAL juga tidak membutuhkan pengelolaan limbah yang rumit, serta mendukung transparansi dalam bentuk digitalisasi data. [ist] ★
Konsultan ESG (Environmental, Social and Governance) dari PT Mitra Rekayasa Keberlanjutan (MRKL), Aldi Muhammad Alizar menyoroti pentingnya kehadiran teknologi pengolahan nikel yang berfokus pada aspek ESG.
Menurut Aldi, High Pressure Acid Leach (HPAL) merupakan teknologi pengolahan nikel untuk battery grade secara hidrometalurgi, yang banyak dipilih oleh smelter di Indonesia saat ini.
Namun, mengacu kepada paparan “Kinerja Sektor Komoditas dan Energi serta Kebijakan Hilirisasi 1Q2021” yang disampaikan Kemenko Marves dalam acara Finalisasi Pengujian Teknologi STAL oleh Kementerian ESDM dan TMM, pengelolaan limbah merupakan kendala terbesar dalam memproses bijih limonite melalui teknologi HPAL.
“Cara pengelolaan limbah HPAL dengan menempatkan limbah di bawah area laut dalam (Deep Sea Tailings Placement) dianggap berpotensi tinggi mencemari biodiversitas," ujarnya.
"Padahal, cara ini adalah cara pengelolaan limbah yang saat ini dipertimbangkan oleh perusahaan pengolah nikel, untuk pengoperasian smelter HPAL milik mereka kelak,” ungkap Aldi.
Karena itu, Aldi meyakini, Indonesia membutuhkan teknologi pengolahan nikel yang berfokus pada aspek ESG, seperti teknologi hidrometalurgi Step Temperature Acid Leach (STAL) yang kini dikembangkan PT Trinitan Metals & Minerals Tbk (TMM).
Tujuannya, kata dia, adalah untuk mengakomodir investor asing yang ‘memelototi’ aspek ESG dan menjadikannya sebagai syarat utama dalam berinvestasi, seperti Elon Musk dan Tesla, yang mensyaratkan hal itu untuk berinvestasi di Indonesia.
Dia menilai, STAL merupakan terobosan teknologi ramah lingkungan yang dapat mendukung upaya Pembangunan Rendah Karbon yang sedang marak di Indonesia.
"Selain rendah karbon, STAL juga tidak membutuhkan pengelolaan limbah yang rumit, serta mendukung transparansi dalam bentuk digitalisasi data dan informasi sehingga meningkatkan akuntabilitas kepada shareholder dan stakeholder,” ungkap Aldi.
Aldi meyakini, teknologi STAL akan membawa dampak positif berupa kesejahteraan sosial dan ekonomi yang hijau, kepada masyarakat dan penambang nikel skala menengah.
Konsultan ESG (Environmental, Social and Governance) dari PT Mitra Rekayasa Keberlanjutan (MRKL), Aldi Muhammad Alizar menyoroti pentingnya kehadiran teknologi pengolahan nikel yang berfokus pada aspek ESG.
Menurut Aldi, High Pressure Acid Leach (HPAL) merupakan teknologi pengolahan nikel untuk battery grade secara hidrometalurgi, yang banyak dipilih oleh smelter di Indonesia saat ini.
Namun, mengacu kepada paparan “Kinerja Sektor Komoditas dan Energi serta Kebijakan Hilirisasi 1Q2021” yang disampaikan Kemenko Marves dalam acara Finalisasi Pengujian Teknologi STAL oleh Kementerian ESDM dan TMM, pengelolaan limbah merupakan kendala terbesar dalam memproses bijih limonite melalui teknologi HPAL.
“Cara pengelolaan limbah HPAL dengan menempatkan limbah di bawah area laut dalam (Deep Sea Tailings Placement) dianggap berpotensi tinggi mencemari biodiversitas," ujarnya.
"Padahal, cara ini adalah cara pengelolaan limbah yang saat ini dipertimbangkan oleh perusahaan pengolah nikel, untuk pengoperasian smelter HPAL milik mereka kelak,” ungkap Aldi.
Karena itu, Aldi meyakini, Indonesia membutuhkan teknologi pengolahan nikel yang berfokus pada aspek ESG, seperti teknologi hidrometalurgi Step Temperature Acid Leach (STAL) yang kini dikembangkan PT Trinitan Metals & Minerals Tbk (TMM).
Tujuannya, kata dia, adalah untuk mengakomodir investor asing yang ‘memelototi’ aspek ESG dan menjadikannya sebagai syarat utama dalam berinvestasi, seperti Elon Musk dan Tesla, yang mensyaratkan hal itu untuk berinvestasi di Indonesia.
Dia menilai, STAL merupakan terobosan teknologi ramah lingkungan yang dapat mendukung upaya Pembangunan Rendah Karbon yang sedang marak di Indonesia.
"Selain rendah karbon, STAL juga tidak membutuhkan pengelolaan limbah yang rumit, serta mendukung transparansi dalam bentuk digitalisasi data dan informasi sehingga meningkatkan akuntabilitas kepada shareholder dan stakeholder,” ungkap Aldi.
Aldi meyakini, teknologi STAL akan membawa dampak positif berupa kesejahteraan sosial dan ekonomi yang hijau, kepada masyarakat dan penambang nikel skala menengah.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.