[Humas Kemenko Kemaritiman] ♙
Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli mempunyai cara untuk mengatasi mafia yang 'bermain' di Tanjung Priok. Rizal menunjuk Panglima Armada Barat Laksamana Muda TNI Achmad Taufiqoerrochman.
Taufiq ditunjuk untuk menertibkan mafia dalam masa tunggu bongkar muat (dwell time) di Pelabuhan Tanjung Priok.
Kepastian penugasan Taufiq diperoleh setelah Menko Rizal Ramli berbicara langsung dengan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi, Selasa (25/8).
"Tugas task force dwell time sangat berat. Antara lain karena pasti akan berhadapan dengan banyak mafia yang selama ini 'bermain' di pelabuhan Tanjung Priok. Karena itu saya ingin task force diisi orang-orang yang mengerti persoalan dan berani. Pak Taufiq adalah figur yang tepat. Nanti Beliau akan menjadi deputi ketua task force," ujar Rizal dalam rilis dari Humas Kemenko Kemaritiman dan Sumber Daya, Rabu (26/5/2015).
Taufiq dikenal jujur, berani, dan memahami masalah. Perjalanan kariernya juga diisi dengan sejumlah prestasi gemilang. Antara lain, dia pernah menumpas perompak Somalia dan menangkap perampok di Pelabuhan Belawan, Medan.
Dwell time di Tanjung Priok mencapai 5-6 hari. Bahkan pada Januari 2015, masa tunggunya mencapai 6,33 hari. Bandingkan dengan Singapura yang hanya 2 hari dan Malaysia yang 3 hari.
Panjangnya dwell time telah memantik kemarahan Presiden Jokowi. Dia pun secara khusus menugaskan Menko Maritim dan Sumber Daya untuk memperpendek waktunya menjadi maksimal 4 hari sampai akhir Oktober 2015 ini.
Rizal Ramli menjawab penugasan itu dengan segera menggelar rapat koordinasi lintas kementerian dan lembaga (K/L). Rakor menghasilkan tujuh gebrakan untuk membenahi Tanjung Priok. Ketujuh gebrakan itu memperbanyak importir masuk jalur hijau, meningkatkan tarif penumpukan barang, membangun jalur rel kereta api ke pelabuhan, meningkatkan sistem teknologi informasi, menambah kapasitas crane, dan memangkas perizinan.
Belakangan ada tambahan langkah lain yaitu membangun buffer zone bagi barang-barang bermasalah di lini dua pelabuhan. Buffer zone juga dilakukan dengan memanfaatkan Pulau Damar untuk barang-barang berbahaya. Rakor juga membentuk 'Task Force Dwell Time'.
Pembentukan gugus tugas ini sangat penting, guna memastikan semua yang diputuskan dalam rakor bisa dieksekusi di lapangan. Task Force diketuai Ronnie Higuchi Rusli, guru besar, dosen tetap, dan penguji S3 FE UI. Di situ ada juga Laksamana (Purn) Marsetio (mantan KSAL) dan Agung Kuswandono (mantan Dirjen Bea dan Cukai) yang masing-masing menjabat sebagai penasihat. Sedangkan Taufiq akan menjadi deputi ketua.
"Selain Pak Taufiq, saya juga ingin ada jenderal bintang dua angkatan darat dan jenderal bintang dua Polri. Kehadiran para jenderal aktif tersebut sangat diperlukan, agar task force dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Tidak ada toleransi bagi siapa pun yang ingin menghambat arus barang. Ini persoalan ekonomi bangsa. Kita tidak ingin main-main," kata Rizal tegas. (nwy/nrl)
Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli mempunyai cara untuk mengatasi mafia yang 'bermain' di Tanjung Priok. Rizal menunjuk Panglima Armada Barat Laksamana Muda TNI Achmad Taufiqoerrochman.
Taufiq ditunjuk untuk menertibkan mafia dalam masa tunggu bongkar muat (dwell time) di Pelabuhan Tanjung Priok.
Kepastian penugasan Taufiq diperoleh setelah Menko Rizal Ramli berbicara langsung dengan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi, Selasa (25/8).
"Tugas task force dwell time sangat berat. Antara lain karena pasti akan berhadapan dengan banyak mafia yang selama ini 'bermain' di pelabuhan Tanjung Priok. Karena itu saya ingin task force diisi orang-orang yang mengerti persoalan dan berani. Pak Taufiq adalah figur yang tepat. Nanti Beliau akan menjadi deputi ketua task force," ujar Rizal dalam rilis dari Humas Kemenko Kemaritiman dan Sumber Daya, Rabu (26/5/2015).
Taufiq dikenal jujur, berani, dan memahami masalah. Perjalanan kariernya juga diisi dengan sejumlah prestasi gemilang. Antara lain, dia pernah menumpas perompak Somalia dan menangkap perampok di Pelabuhan Belawan, Medan.
Dwell time di Tanjung Priok mencapai 5-6 hari. Bahkan pada Januari 2015, masa tunggunya mencapai 6,33 hari. Bandingkan dengan Singapura yang hanya 2 hari dan Malaysia yang 3 hari.
Panjangnya dwell time telah memantik kemarahan Presiden Jokowi. Dia pun secara khusus menugaskan Menko Maritim dan Sumber Daya untuk memperpendek waktunya menjadi maksimal 4 hari sampai akhir Oktober 2015 ini.
Rizal Ramli menjawab penugasan itu dengan segera menggelar rapat koordinasi lintas kementerian dan lembaga (K/L). Rakor menghasilkan tujuh gebrakan untuk membenahi Tanjung Priok. Ketujuh gebrakan itu memperbanyak importir masuk jalur hijau, meningkatkan tarif penumpukan barang, membangun jalur rel kereta api ke pelabuhan, meningkatkan sistem teknologi informasi, menambah kapasitas crane, dan memangkas perizinan.
Belakangan ada tambahan langkah lain yaitu membangun buffer zone bagi barang-barang bermasalah di lini dua pelabuhan. Buffer zone juga dilakukan dengan memanfaatkan Pulau Damar untuk barang-barang berbahaya. Rakor juga membentuk 'Task Force Dwell Time'.
Pembentukan gugus tugas ini sangat penting, guna memastikan semua yang diputuskan dalam rakor bisa dieksekusi di lapangan. Task Force diketuai Ronnie Higuchi Rusli, guru besar, dosen tetap, dan penguji S3 FE UI. Di situ ada juga Laksamana (Purn) Marsetio (mantan KSAL) dan Agung Kuswandono (mantan Dirjen Bea dan Cukai) yang masing-masing menjabat sebagai penasihat. Sedangkan Taufiq akan menjadi deputi ketua.
"Selain Pak Taufiq, saya juga ingin ada jenderal bintang dua angkatan darat dan jenderal bintang dua Polri. Kehadiran para jenderal aktif tersebut sangat diperlukan, agar task force dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Tidak ada toleransi bagi siapa pun yang ingin menghambat arus barang. Ini persoalan ekonomi bangsa. Kita tidak ingin main-main," kata Rizal tegas. (nwy/nrl)
♙ detik
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.