Transportasi Massal
Jakarta � Keputusan China mengembangkan sistem
transportasi kereta cepat patut dicontoh Pemerintah Indonesia. Apalagi
langkah China tersebut menjadi solusi dari permasalahan transportasi
massal sekaligus pembuktian kepada dunia tentang kemampuan China
memodernisasi sistem perkeretaapian.
"Untuk memiliki kereta cepat seperti di China, Indonesia harus segera memodernisasi sistem perkeretaapian. Selain itu, Indonesia bisa belajar dari China, terutama tentang sistem dan kebijakan perkeretaapiannya," kata Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, saat dihubungi, Rabu (26/12).
Djoko mengaku pernah mencoba salah satu kereta cepat di China, yakni jalur Shanghai-Huangzhou, dengan jarak sekitar 200 km dan ditempuh dalam waktu 1 jam 10 menit. "Kereta api cepat di China sangat nyaman, bersih, dan mudah dijangkau. Kondisinya seperti berada di dalam pesawat terbang," Djoko menceritakan.
Dia menambahkan sesungguhnya bangsa Indonesia mampu mengembangkan kereta api cepat seperti China. Indonesia memiliki banyak tenaga ahli yang dapat mewujudkan cita-cita tersebut. "Ini hanya soal berani mengambil keputusan atau tidak," kata Djoko.
Seperti diketahui, China secara resmi mengoperasikan jalur kereta cepat terpanjang di dunia, kemarin. Jalur itu menghubungkan ibu kota Beijing dengan kota bisnis Guangzhou di pesisir selatan yang berjarak 2.298 km. Kereta cepat tersebut melaju dengan kecepatan rata-rata 350 km per jam sehingga jarak Beijing-Guangzhou akan ditempuh dalam waktu delapan jam. Padahal, dengan kereta api konvensional, butuh 22 jam untuk menempuh jarak yang sama.
Sepanjang perjalanan, terdapat 35 perhentian di sejumlah kota besar, seperti ibu kota Provinsi Hebei, Shijiazhuang; ibu kota Provinsi Henan, Zhengzhou; ibu kota Provinsi Hubei, Wuhdan; dan ibu kota Provinsi Hunan, Changsa.
Terpanjang di Dunia
Sejauh ini, Pemerintah China tidak mengungkap besarnya biaya pembangunan rute kereta cepat itu. China saat ini memiliki 8.600 km jalur rel kereta api cepat. Panjang jalur kereta api China saat ini adalah yang terpanjang di seluruh dunia. Pada 2020, Pemerintah China berharap sudah bisa membangun 16.000 km jalur kereta api.
Rute Beijing-Guangzhou terwujud setelah diselesaikannya jalur antara Zhengzhou dan Beijing. Jalur kereta berkecepatan tinggi yang menghubungkan Zhengzhou-Wuhan dan Wuhan-Guangzhou sudah dioperasikan sebelumnya. Media pemerintah melaporkan dipilihnya tanggal 26 Desember untuk memulai layanan penumpang di jalur Beijing-Guangzhou adalah dalam rangka memperingati kelahiran pemimpin China yang dihormati, Mao Zedong, pada 1893.
Otoritas setempat menjelaskan telah mengambil sejumlah langkah untuk meningkatkan perawatan dan melakukan inspeksi terhadap sarana infrastruktur. Tak hanya itu, mereka juga berkomitmen memperbaiki upaya menghadapi keadaan darurat. "Kami tidak bisa memastikan kesalahaan di masa depan. Kami telah menjadi bulan-bulanan dari publik," kata Zhao Chunlei, wakil menteri perkeretaan China di Beijing, seperti dikutip The Global Times, kemarin.
Sebelumnya, pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya, Tjuk K Sukiadi, menyatakan Indonesia harus bisa maju seperti China yang dengan cepat dapat bangkit dari negara konsumen menjadi negara produsen. "Kalau ingin seperti itu, kita harus mengerahkan seluruh kebijakan kita ke arah penguasaan teknologi," tegas dia.
"Untuk memiliki kereta cepat seperti di China, Indonesia harus segera memodernisasi sistem perkeretaapian. Selain itu, Indonesia bisa belajar dari China, terutama tentang sistem dan kebijakan perkeretaapiannya," kata Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, saat dihubungi, Rabu (26/12).
Djoko mengaku pernah mencoba salah satu kereta cepat di China, yakni jalur Shanghai-Huangzhou, dengan jarak sekitar 200 km dan ditempuh dalam waktu 1 jam 10 menit. "Kereta api cepat di China sangat nyaman, bersih, dan mudah dijangkau. Kondisinya seperti berada di dalam pesawat terbang," Djoko menceritakan.
Dia menambahkan sesungguhnya bangsa Indonesia mampu mengembangkan kereta api cepat seperti China. Indonesia memiliki banyak tenaga ahli yang dapat mewujudkan cita-cita tersebut. "Ini hanya soal berani mengambil keputusan atau tidak," kata Djoko.
Seperti diketahui, China secara resmi mengoperasikan jalur kereta cepat terpanjang di dunia, kemarin. Jalur itu menghubungkan ibu kota Beijing dengan kota bisnis Guangzhou di pesisir selatan yang berjarak 2.298 km. Kereta cepat tersebut melaju dengan kecepatan rata-rata 350 km per jam sehingga jarak Beijing-Guangzhou akan ditempuh dalam waktu delapan jam. Padahal, dengan kereta api konvensional, butuh 22 jam untuk menempuh jarak yang sama.
Sepanjang perjalanan, terdapat 35 perhentian di sejumlah kota besar, seperti ibu kota Provinsi Hebei, Shijiazhuang; ibu kota Provinsi Henan, Zhengzhou; ibu kota Provinsi Hubei, Wuhdan; dan ibu kota Provinsi Hunan, Changsa.
Terpanjang di Dunia
Sejauh ini, Pemerintah China tidak mengungkap besarnya biaya pembangunan rute kereta cepat itu. China saat ini memiliki 8.600 km jalur rel kereta api cepat. Panjang jalur kereta api China saat ini adalah yang terpanjang di seluruh dunia. Pada 2020, Pemerintah China berharap sudah bisa membangun 16.000 km jalur kereta api.
Rute Beijing-Guangzhou terwujud setelah diselesaikannya jalur antara Zhengzhou dan Beijing. Jalur kereta berkecepatan tinggi yang menghubungkan Zhengzhou-Wuhan dan Wuhan-Guangzhou sudah dioperasikan sebelumnya. Media pemerintah melaporkan dipilihnya tanggal 26 Desember untuk memulai layanan penumpang di jalur Beijing-Guangzhou adalah dalam rangka memperingati kelahiran pemimpin China yang dihormati, Mao Zedong, pada 1893.
Otoritas setempat menjelaskan telah mengambil sejumlah langkah untuk meningkatkan perawatan dan melakukan inspeksi terhadap sarana infrastruktur. Tak hanya itu, mereka juga berkomitmen memperbaiki upaya menghadapi keadaan darurat. "Kami tidak bisa memastikan kesalahaan di masa depan. Kami telah menjadi bulan-bulanan dari publik," kata Zhao Chunlei, wakil menteri perkeretaan China di Beijing, seperti dikutip The Global Times, kemarin.
Sebelumnya, pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya, Tjuk K Sukiadi, menyatakan Indonesia harus bisa maju seperti China yang dengan cepat dapat bangkit dari negara konsumen menjadi negara produsen. "Kalau ingin seperti itu, kita harus mengerahkan seluruh kebijakan kita ke arah penguasaan teknologi," tegas dia.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.