Dalam rangkaian kunjungan ke Perancis, Kepala Badan Riset dan Inoasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko melakukan pertemuan dengan para petinggi lembaga pemerintah di Perancis di Bidang Nuklir, Rabu (29/06). Melalui pertemuan ini Handoko menjajaki peluang kerja sama dengan pihak perancis dalam mengembangkan teknologi nuklir di Indonesia.
Pada pertemuan tersebut, Handoko menyampaikan dua hal penting terkait rencana pengembangan di bidang nuklir di Indonesia yakni perbaikan infrastruktur nuklir dan peningkatan capacity bulding. “Pertama, kami berencana untuk memperbaiki infrastruktur nuklir yang ada di Indonesia, salah satu yang akan diperbaiki adalah reaktor nuklir. Kedua, kami masih membutuhkan human resource di bidang teknologi nuklir,” kata Handoko.
Handoko berharap, melalui pertemuan ini pihaknya dapat membuka kerja sama dengan Perancis sebagai salah satu negara maju di bidang teknologi nuklir guna memajukan nuklir di Indonesia.
Beberapa petinggi lembaga nuklir yang hadir pada pertemuan tersebut antara lain Direktur International Institute of Nuclear Energy (I2EN), Ms. Karen Daifuku, Deputy Director of International Relations of CEA (French Alternative Energies and Atomic Energy Commission), Pascal Chaix, New Nuclear Project Development of EDF (Électricité de France), Laurent Fabre, Nuclear Divisionof Bureau Veritas, serta Boulesteix Frederique of IRSN (Institute De Radioactive et De Sorete Nuclear), Erik Dagorn.
Pada pertemuan tersebut, Handoko mengenalkan BRIN sebagai lembaga penelitian pemerintah yang ada di Indonesia, sekaligus untuk menjelaskan bahwa Badan Tenaga Nuklir Nasioanal yang sebelumnya dikenal masyarakat nukilr Perancis sekarang terintegrasi dengan BRIN. “Dalam kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan bahwa BRIN adalah lembaga penelitian pemerintah yang saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, BRIN baru dibentuk satu tahun lalu,” lanjutnya.
“BRIN merupakan gabungan dari beberapa lembaga penelitian, salah satunya adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang sudah diketahui bersama oleh masyarakat nuklir yang ada di Perancis. Mungkin sebagian dari anda sudah mengenal maupun telah memiliki kerja sama dengan BATAN, oleh karena itu dalam kesemapatan ini saya mau sampaikan bahwa tugas dan fungsi BATAN saat ini sudah beralih ke BRIN,” tambahnya.
Selama satu tahun integrasi BATAN ke BRIN, lanjut Handoko, sejumlah evaluasi sudah dilakukan untuk pengembangan teknologi nuklir kedepan. “Sejumlah evaluasi telah dilakukan baik dibidang program, human resource, infrasturktur, maupun pendanaan untuk program kegiatannya. Evaluasi tersebut dimaksud untuk pengembangan nuklir kedepannya bukan hanya nuclear untuk energi namun untuk bidang seperti kedokteran, industri maupun bidang lainnya,” ungkapnya.
Deputy Director of International Relations of CEA, Pascal Chaix menyampaikan bahwa pembahasan detail untuk pengembangan nuklir di Indonesia akan dibahas lebih lanjut pada pertemuan berikutnya, pertemuan dengan CEA akan dilajutkan pada tanggal 30 Juni 2022. Untuk pertemuan lainnya juga akan dibahas lanjut, intinya pihak Perancis siap membantu BRIN untuk meningkatkan teknologi nuklir yang ada di Indonesia.
Direktur I2EN, Ms. Karen menyampaikan undangan pertemuan yang diselenggarakan oleh Badan Tenaga Atom Internasional/International Atomic Energy Agency (IAEA) di mana pihak Perancis sebagai tuan rumah ”Dalam kesempatan ini saya juga akan mengundang perwakilan dari Indonesia untuk hadir pada IAEA Technical Course di bidang Ekonomi yang direncanakan pada Bulan Oktober 2022”.
Kunjungan ke CNRS
(BRIN)
Di hari yang sama, delegasi BRIN juga mengunjungi Centre national de la recherche scientifique (CNRS). CNRS merupakan Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis yang terkemuka di dunia dan sudah diakui secara internasional atas keunggulan penelitian ilmiahnya. CNRS menjadi acuan dalam dunia penelitian dan pengembangan, serta bagi masyarakat umum.
Lembaga ini dibawah nauangan Kementerian Pendidikan Tinggi dan Penelitian Prancis. CNRS memayungi lebih dari 11.00 peneliti dan 13.000 staf pendukung yang tersebar di berbagai dunia. Pemerintah Perancis telah mempercayakan CNRS dengan peran memajukan pengetahuan untuk kepentingan masyarakat.
Pertemuan ini bertujuan untuk memperkenalkan BRIN kepada CNRS. Dikatakan Handoko, BRIN merupakan lembaga penelitian baru terbentuk di Indonesia yang merupakan gabungan dari berbagai entitas riset. “BRIN memiliki peran penting diantaranya sebagai lembaga pemberi dana untuk penelitian dan yang kedua sebagai lembaga pelaksana penelitian di Indonesia,” ujar Handoko.
Terkait pendanaan riset di BRIN, Handoko menjelaskan berbagai skema pendanaan riset yang tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh periset BRIN namun juga oleh periset di luar BRIN. “BRIN memiliki skema berkaitan dengan research mobility program diantaranya skema visiting professor, postdoctoral fellowship, degree by research, research assistance for student,” pungkasnya.
Melalui pertemuan ini, pihak CNRS dan BRIN sepakat untuk melanjutkan kolaborasi penelitian baik berupa pengiriman peneliti dari BRIN ke CNRS maupun pengiriman peneliti dari CNRS ke Indonesia. Kemudian BRIN dan CNRS akan berkolaborasi dalam skema pendanaan penelitian. (Dt/ed:pur)
Pada pertemuan tersebut, Handoko menyampaikan dua hal penting terkait rencana pengembangan di bidang nuklir di Indonesia yakni perbaikan infrastruktur nuklir dan peningkatan capacity bulding. “Pertama, kami berencana untuk memperbaiki infrastruktur nuklir yang ada di Indonesia, salah satu yang akan diperbaiki adalah reaktor nuklir. Kedua, kami masih membutuhkan human resource di bidang teknologi nuklir,” kata Handoko.
Handoko berharap, melalui pertemuan ini pihaknya dapat membuka kerja sama dengan Perancis sebagai salah satu negara maju di bidang teknologi nuklir guna memajukan nuklir di Indonesia.
Beberapa petinggi lembaga nuklir yang hadir pada pertemuan tersebut antara lain Direktur International Institute of Nuclear Energy (I2EN), Ms. Karen Daifuku, Deputy Director of International Relations of CEA (French Alternative Energies and Atomic Energy Commission), Pascal Chaix, New Nuclear Project Development of EDF (Électricité de France), Laurent Fabre, Nuclear Divisionof Bureau Veritas, serta Boulesteix Frederique of IRSN (Institute De Radioactive et De Sorete Nuclear), Erik Dagorn.
Pada pertemuan tersebut, Handoko mengenalkan BRIN sebagai lembaga penelitian pemerintah yang ada di Indonesia, sekaligus untuk menjelaskan bahwa Badan Tenaga Nuklir Nasioanal yang sebelumnya dikenal masyarakat nukilr Perancis sekarang terintegrasi dengan BRIN. “Dalam kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan bahwa BRIN adalah lembaga penelitian pemerintah yang saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, BRIN baru dibentuk satu tahun lalu,” lanjutnya.
“BRIN merupakan gabungan dari beberapa lembaga penelitian, salah satunya adalah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang sudah diketahui bersama oleh masyarakat nuklir yang ada di Perancis. Mungkin sebagian dari anda sudah mengenal maupun telah memiliki kerja sama dengan BATAN, oleh karena itu dalam kesemapatan ini saya mau sampaikan bahwa tugas dan fungsi BATAN saat ini sudah beralih ke BRIN,” tambahnya.
Selama satu tahun integrasi BATAN ke BRIN, lanjut Handoko, sejumlah evaluasi sudah dilakukan untuk pengembangan teknologi nuklir kedepan. “Sejumlah evaluasi telah dilakukan baik dibidang program, human resource, infrasturktur, maupun pendanaan untuk program kegiatannya. Evaluasi tersebut dimaksud untuk pengembangan nuklir kedepannya bukan hanya nuclear untuk energi namun untuk bidang seperti kedokteran, industri maupun bidang lainnya,” ungkapnya.
Deputy Director of International Relations of CEA, Pascal Chaix menyampaikan bahwa pembahasan detail untuk pengembangan nuklir di Indonesia akan dibahas lebih lanjut pada pertemuan berikutnya, pertemuan dengan CEA akan dilajutkan pada tanggal 30 Juni 2022. Untuk pertemuan lainnya juga akan dibahas lanjut, intinya pihak Perancis siap membantu BRIN untuk meningkatkan teknologi nuklir yang ada di Indonesia.
Direktur I2EN, Ms. Karen menyampaikan undangan pertemuan yang diselenggarakan oleh Badan Tenaga Atom Internasional/International Atomic Energy Agency (IAEA) di mana pihak Perancis sebagai tuan rumah ”Dalam kesempatan ini saya juga akan mengundang perwakilan dari Indonesia untuk hadir pada IAEA Technical Course di bidang Ekonomi yang direncanakan pada Bulan Oktober 2022”.
Kunjungan ke CNRS
(BRIN)
Di hari yang sama, delegasi BRIN juga mengunjungi Centre national de la recherche scientifique (CNRS). CNRS merupakan Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis yang terkemuka di dunia dan sudah diakui secara internasional atas keunggulan penelitian ilmiahnya. CNRS menjadi acuan dalam dunia penelitian dan pengembangan, serta bagi masyarakat umum.
Lembaga ini dibawah nauangan Kementerian Pendidikan Tinggi dan Penelitian Prancis. CNRS memayungi lebih dari 11.00 peneliti dan 13.000 staf pendukung yang tersebar di berbagai dunia. Pemerintah Perancis telah mempercayakan CNRS dengan peran memajukan pengetahuan untuk kepentingan masyarakat.
Pertemuan ini bertujuan untuk memperkenalkan BRIN kepada CNRS. Dikatakan Handoko, BRIN merupakan lembaga penelitian baru terbentuk di Indonesia yang merupakan gabungan dari berbagai entitas riset. “BRIN memiliki peran penting diantaranya sebagai lembaga pemberi dana untuk penelitian dan yang kedua sebagai lembaga pelaksana penelitian di Indonesia,” ujar Handoko.
Terkait pendanaan riset di BRIN, Handoko menjelaskan berbagai skema pendanaan riset yang tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh periset BRIN namun juga oleh periset di luar BRIN. “BRIN memiliki skema berkaitan dengan research mobility program diantaranya skema visiting professor, postdoctoral fellowship, degree by research, research assistance for student,” pungkasnya.
Melalui pertemuan ini, pihak CNRS dan BRIN sepakat untuk melanjutkan kolaborasi penelitian baik berupa pengiriman peneliti dari BRIN ke CNRS maupun pengiriman peneliti dari CNRS ke Indonesia. Kemudian BRIN dan CNRS akan berkolaborasi dalam skema pendanaan penelitian. (Dt/ed:pur)
♔ BRIN
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.