blog-indonesia.com

Senin, 08 November 2021

Dubai Bangun Pabrik Senilai Rp 28 Triliun di RI

$ Bakal Bantu Pemenuhan Gula dan Energi Menperin Agus dan Managing Director AKS Dubai

Dalam lawatannya ke Dubai, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa produsen gula Al Khaleej Sugar Co. (AKS) berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia.

Menurut Menperin Agus, komitmen ini disampaikan langsung oleh Managing Director Al Khaleej Sugar Co. sekaligus Chairman Jamal A-Ghurair Group, Jamal Al-Ghurair saat pertemuan di Dubai, Selasa (2/11) waktu setempat.

AKS akan berinvestasi pabrik gula terintegrasi di Indonesia. Selain memproduksi gula, AKS juga rencananya memproduki bioetanol dan listrik dari biomassa,” ungkap Agus melalui keterangannya yang diterima redaksi INDUSTRY.co.id, Minggu (7/11).

Perlu diketahui, AKS bakal membenamkan investasi sebesar USD 2 miliar atau sekitar Rp 28,68 triliun untuk pengembangan pabrik etanol di Indonesia.

AKS sendiri merupakan produsen gula terbesar di kawasan Timur Tengah dan lima besar di dunia.

Di Dubai, AKS memiliki pabrik gula berkapasitas 6.000 ton gula per hari. Selain memiliki pabrik gula di Dubai, AKS juga berinvestasi di Mesir dan Spanyol. Penghasilan AKS per tahun diperkirakan sebesar USD 14 miliar.

Sementara itu, Plt. Dirjen Industri Agro Putu Juli Ardika menyampaikan bahwa pihaknya akan memfasilitasi rencana investasi AKS ini di Indonesia.

"Jika terwujud, investasi ini akan membantu pemenuhan kebutuhan gula nasional dan juga kebutuhan energi di Sulawesi dan kawasan Timur Indonesia," sebut Putu.

Putu juga menjelaskan bahwa rencana investasi AKS selain produksi gula, juga memproduksi sumber energi alternatif dari produk samping pengolahan gula tebu.

Hasil samping proses produksi gula tebu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baru dan terbarukan antara lain bioetanol untuk subtitusi BBM dari minyak bumi, dan biomassa dari bagas tebu sebagai sumber energi pembangkit tenaga listrik,” jelasnya.

Putu optimistis, investasi AKS di Indonesia akan dapat membantu pemenuhan gula dalam negeri, mendukung program substitusi impor, dan memproduksi energi baru terbarukan yang ramah lingkungan.

"Karena dia besar investasinya, dia mau memproduksi sekitar 750.00 ton per tahun. Dia sangat tertarik dan kita sedang membuat langkah-langkahnya supaya dia bisa berinvestasi," tuturnya.

Guna mendorong investasi raksasa gula UEA itu, lanjut Putu, Kemenperin telah mengundang pihak AKS untuk datang ke Indonesia dan melihat potensi tersebut.

Untuk menghasilkan tebu sebanyak 750 ribu ton tersebut, dibutuhkan sekitar 100 ribu hektar lahan tebu,” ungkapnya.

Saat ini, lahan yang diproyeksikan untuk ditanami tebu itu terdapat di Sulawesi. Selain memproduksi gula, AKS juga tertarik dengan produk turunan lainnya dari tebu, yakni biomassa yang dapat dijadikan energi listrik dan etanol untuk pencampuran bahan bakar.

Biomassa merupakan produk samping gula dengan jumlah mencapai 30% dari setiap produksi gula. Etanol ini terbuat dari produk samping proses gula yang bernama molasis dengan jumlah sebesar 4%,” jelasnya.

Putu menambahkan, etanol berperan untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Umumnya untuk kendaraan roda empat sudah bisa menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol 20%, sementara kendaraan roda dua 10%.

Di dalam negeri sendiri, kebutuhan etanol masih sangat besar dan belum dipenuhi oleh produksi dalam negeri,” tandasnya.

Sejalan dengan rencana investasi AKS, pemerintah pun berkeinginan untuk menjadikan industri gula nasional dapat menerapkan teknologi Industri 4.0 dan lebih lebih ramah terhadap lingkungan.

"Melalui teknologi industri 4.0 atau digitalisasi, akan terjadi efisiensi yang pada gilirannya akan memberi nilai tambah bagi produk-produk Indonesia, termasuk gula," pungkas Putu.

  ✪ Industry  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More