BP Batam Akan Membangun Light Rail Transit atau LRTBatam Nightlife ☆
Ada sejumlah proyek infrastruktur akan dikembangkan BP Batam pada 2017.
Beberapa di antaranya, pembangunan awal Light Rail Transit, pelabuhan Kabil, perluasan Rumah Sakit BP Batam dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan Bengkong.
Jika dihitung-hitung, anggaran untuk pengerjaan infrastruktur itu memang tidak sedikit. Setidaknya membutuhkan anggaran lebih kurang Rp 600 miliar. Dari semua itu, pembangunan awal LRT yang paling menyerap biaya besar.
"Pagu anggarannya itu sekitar Rp 100 miliar," kata Direktur Humas dan Promosi BP Batam, Purnomo Andiantono, Kamis (22/12).
Dana itu digunakan untuk melakukan studi awal kelayakan transportasi publik berjenis LRT tersebut di Batam. Rencana lelangnya dijadwalkan Desember 2016 ini.
Untuk Pelabuhan Kabil, BP Batam menganggarkan biaya sekitar Rp 130 miliar untuk membangun dermaga curah. Pengembangan dermaga seluas lebih kurang 10 hektare itu dimaksudkan untuk melayani lalu lintas dan bongkar muat CPO. Kedepan diharapkan proses bongkar muat lebih efisien dalam hal waktu.
"Dermaga yang ada saat ini, kami nilai sudah tidak mampu lagi melayani bongkar muat yang semakin hari semakin meningkat," ujarnya.
BP Batam juga berkomitmen meningkatkan kualitas layanannya untuk rumah sakit. Itu dibuktikan dengan akan dibangunnya gedung baru di RSBP Batam di Sekupang. Peruntukannya sebagai pusat pengobatan jantung.
"Posisinya itu di belakang rumah sakit yang ada saat ini. Jadi kalau ada pasien sakit jantung, kita tidak perlu lagi keluar mencari rumah sakit. Cukup di Batam saja," kata Andi.
Pembangunan rumah sakit untuk pusat pengobatan jantung itu, diperkirakan memakan biaya sekitar Rp 53,67 miliar. Di sisi lain, BP Batam juga tengah melakukan studi untuk pembangunan IPAL berkapasitas 250 liter per detik.
Dengan begitu, air limbah yang dihasilkan rumah tangga akan diolah lagi menjadi air bersih. Air itu dapat digunakan untuk keperluan industri, cuci kendaraan, menyiram tanaman dan beberapa lainnya. Namun tidak untuk dikonsumsi sebagai air minum.
"Hasil recycle nya bisa untuk industri, cuci-mencuci dan untuk tanaman. Kalau konsumsi belum bisa," ujarnya.
Untuk proyek ini, BP Batam menganggarkan biaya sekitar Rp 319 miliar. Keseluruhan biaya itu bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lewat Kementerian Keuangan. Selain itu juga ada yang berasal dari tarif layanan BP Batam. (*)
Ada sejumlah proyek infrastruktur akan dikembangkan BP Batam pada 2017.
Beberapa di antaranya, pembangunan awal Light Rail Transit, pelabuhan Kabil, perluasan Rumah Sakit BP Batam dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di kawasan Bengkong.
Jika dihitung-hitung, anggaran untuk pengerjaan infrastruktur itu memang tidak sedikit. Setidaknya membutuhkan anggaran lebih kurang Rp 600 miliar. Dari semua itu, pembangunan awal LRT yang paling menyerap biaya besar.
"Pagu anggarannya itu sekitar Rp 100 miliar," kata Direktur Humas dan Promosi BP Batam, Purnomo Andiantono, Kamis (22/12).
Dana itu digunakan untuk melakukan studi awal kelayakan transportasi publik berjenis LRT tersebut di Batam. Rencana lelangnya dijadwalkan Desember 2016 ini.
Untuk Pelabuhan Kabil, BP Batam menganggarkan biaya sekitar Rp 130 miliar untuk membangun dermaga curah. Pengembangan dermaga seluas lebih kurang 10 hektare itu dimaksudkan untuk melayani lalu lintas dan bongkar muat CPO. Kedepan diharapkan proses bongkar muat lebih efisien dalam hal waktu.
"Dermaga yang ada saat ini, kami nilai sudah tidak mampu lagi melayani bongkar muat yang semakin hari semakin meningkat," ujarnya.
BP Batam juga berkomitmen meningkatkan kualitas layanannya untuk rumah sakit. Itu dibuktikan dengan akan dibangunnya gedung baru di RSBP Batam di Sekupang. Peruntukannya sebagai pusat pengobatan jantung.
"Posisinya itu di belakang rumah sakit yang ada saat ini. Jadi kalau ada pasien sakit jantung, kita tidak perlu lagi keluar mencari rumah sakit. Cukup di Batam saja," kata Andi.
Pembangunan rumah sakit untuk pusat pengobatan jantung itu, diperkirakan memakan biaya sekitar Rp 53,67 miliar. Di sisi lain, BP Batam juga tengah melakukan studi untuk pembangunan IPAL berkapasitas 250 liter per detik.
Dengan begitu, air limbah yang dihasilkan rumah tangga akan diolah lagi menjadi air bersih. Air itu dapat digunakan untuk keperluan industri, cuci kendaraan, menyiram tanaman dan beberapa lainnya. Namun tidak untuk dikonsumsi sebagai air minum.
"Hasil recycle nya bisa untuk industri, cuci-mencuci dan untuk tanaman. Kalau konsumsi belum bisa," ujarnya.
Untuk proyek ini, BP Batam menganggarkan biaya sekitar Rp 319 miliar. Keseluruhan biaya itu bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) lewat Kementerian Keuangan. Selain itu juga ada yang berasal dari tarif layanan BP Batam. (*)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.